OPTIMIS
Ada seorang teman mengirimkan pesan. Bertanya kepada saya, apa makna kesulitan bagi anda? Kemudian saya menjelaskan kepadanya bahwa kesulitan adalah jalan menuju kebahagiaan. Jika kita mampu menyelesaikan setiap kesulitan hidup kita maka kita bisa menemukan kebahagiaan, itulah indahnya sebuah kesulitan, begitu jawab saya kepada teman itu.
Seorang Filsuf mengatakan bahwa setiap kali target ditingkatkan maka jalannya menjadi sulit, kendalanya banyak dan dibutuhkan waktu lebih lama. Jadi tingkat kesulitan berhubungan dengan tingkat target. Jika orang ingin sekedar senang dalam hidup, maka ia dapat mencari kesenangan instan, pergi ke tempat hiburan, berfoya-foya dan berpesta pora. Tetapi jika seseorang ingin meraih kebahagiaan, maka ia justeru harus siap menderita menghadapi kesulitan, melupakan kesenangan jangka pendek.
Kita sebagai makhluk yang didesain oleh Tuhan dengan sempurna, memiliki akal sebagai alat berfikir, hati sebagai alat memahami, nurani sebagai alat interospeksi, syahwat sebagai penggerak tingkah laku dan hawa nafsu sebagai tantangan. Kesemuanya itu dirancang untuk menghadapi medan kehidupan yang sulit. Dengan akal kita bisa memecahkan masalah yang sulit, dengan hati kita bisa menerima kenyataan yang pahit, dengan nurani kita bisa mundur selangkah demi memperbaiki diri, dengan syahwat membuat kita dinamis mencari dan dengan hawa nafsu kita menjadi tertantang untuk mampu mengendalkan diri.
Kita di satu sisi memang menyukai stabilitas dan kenyamanan hidup, tetapi di sisi lain kita juga menyukai kesulitan. Kita tidak selalu lari dari kesulitan, sebaliknya justeru menantang kesulitan. Jika dalam kehidupan sehari-hari hidup selalu stabil dan nyaman tanpa menjumpai kesulitan, maka dibuatlah stimulasi agar orang menaklukkan kesulitan buatan. Mahasiswa berlomba naik tebing buatan (wall climbing), pembalap mobil mencari medan berlumpur, yang berperahu mengikuti arum jeram, setiap agustusan orang ramai-ramai memanjat pohon pinang yang dilumuri olie, yang sudah punya dua kaki justeru berlomba lari dalam karung. Pokoknya banyak sekali kesulitan yang sengaja dibuat untuk ditaklukkan, mengapa? karena kita memang memiliki tabiat tertantang. Kesulitan buatan pada umumnya hanya melahirkan kesenangan, yakni senang menjadi juara, tetapi belum tentu sampai kepada kebahagiaan. Kesusahan biasanya menambahi kesulitan, tetapi tidak semua kesulitan membuat susah.
Adapun kebahagiaan biasanya merupakan buah dari ketabahan menghadapi kesulitan panjang yang bersifat alamiah dalam kehidupan. Misalnya, hakikat kebahagiaan hidup berumah tangga biasanya baru diperoleh setelah kakek nenek, yakni ketika menyaksikan anak cucu sebagai generasi penerusnya hidup sukses dan terhormat. Kake saya contohnya.
Kesulitan juga harus dibedakan antara analisa dan perasaan, antara kesulitan teknis dan merasa sulit. Ada hambatan yang menurut analisa teknis masuk kategori sangat sulit dan berat, tetapi ada orang yang memandangnya ringan-ringan saja. Kenapa? karena ia merasa tertantang untuk dapat menaklukkan kesulitan dan ia menyadari bahwa kesulitan itu merupakan proses mencapai kebahagiaan. Ia tidak merasa berat dan sulit ketika menghadapi kesulitan karena ia selalu membayangkan buah kebahagiaan yang akan dipetiknya, seperti seorang petani yang belepotan lumpur di sawah, ia tidak merasa risih dengan lumpur karena ia membayangkan panennya nanti. Sedangkan merasa sulit merupakan respon psikologis terhadap problem dan perasaan itu berhubungan dengan tingkat kapasitas kejiwaan yang bersangkutan.
Intinya segala kesulitan itu pasti berbuah hikmah karena jika kita bisa melewatinya kita pasti satu tingkat lebih kuat dari sebelumnya. Dan jika kedepan kita menemui kesulitan lagi kita akan berpikir " Kemarin aku bisa dan sekarang pun aku pasti bisa" (Optimisme+).
======================================
SUSAHNYA MEMAHAMI WANITA
Suatu malam, ketika sedang berjalan sepanjang
pelabuhan Ketapang Banyuwangi Jawa Timur, seorang
pria menemukan lampu tua yang diletakkan
di atas batu. Ketika ia mengambil dan menggosoknya, seorang
Jin mendadak muncul.
“Baik, cukup sudah!” bentak Jin itu.
“Ini keempat kalinya dalam bulan ini orang menggangguku!
Aku begitu marah sampai aku hanya akan memberimu satu
permintaan bukannya tiga! Jadi ayolah, ayo! Katakan apa yang
kau inginkan, dan jangan membuang waktuku seharian!.”
Orang itu berpikir cepat, kemudian berkata,
“Yah, aku selalu bermimpi pergi ke Bali, tetapi aku takut terbang
dan aku cenderung mabuk laut di atas kapal. Bagaimana kalau
kau buatkan aku jembatan ke Bali? Dengan begitu, aku bisa naik
mobil ke sana.” Jin itu tertawa.
“Jembatan ke Bali?! Kau pasti bercanda? Bagaimana aku bisa
mendapat penyangga yang sampai ke dasar Laut? Itu
membutuhkan terlalu banyak baja, dan sangat terlalu banyak
beton! itu sama sekali tidak bisa dilakukan! Pikirkan permintaan
lain!” Kecewa, pria itu berusaha keras untuk memikirkan
permintaan lain.
Akhirnya ia berkata,
“Baiklah, aku punya keinginan lain. Semua wanita dalam
hidupku berkata aku tidak peka. Aku berusaha dan berusaha
untuk menyenangkan mereka, tetapi tidak ada yang berhasil.
Aku tidak tahu di mana kesalahanku. Satu permintaanku adalah
untuk mengerti wanita... tahu bagaimana sebenarnya perasaan
mereka ketika mereka membisu padaku... tahu mengapa
mereka menangis ... tahu apa yang mereka inginkan ketika
mereka tidak memberitahu aku apa yang sebenarnya mereka
inginkan... aku ingin tahu apa yang membuat mereka benar-benar
bahagia.”
Sunyi sejenak, kemudian Jin itu berkata, “Kau mau jembatan itu
berjalur dua atau empat?”
………………………………………………………..
MORAL CERITA:
benarkah wanita begitu rumit untuk dipahami?
============================================
"Perbanyaklah mengingat sesuatu yang melenyapkan semua kelezatan, yaitu kematian!"
Berbahagialah manusia yang senantiasa bercermin dari kematian.
Tak ubahnya seperti guru yang baik, kematian memberikan banyak pelajaran, membingkai makna hidup, bahkan mengawasi alur kehidupan agar tak lari menyimpang.
Nilai-nilai pelajaran yang ingin diungkapkan guru kematian begitu banyak, menarik, bahkan menenteramkan. Di antaranya adalah apa yang mungkin sering kita rasakan dan lakukan.
1. Kematian mengingatkan bahwa waktu sangat berharga
Tak ada sesuatu pun buat seseorang yang mampu mengingatkan betapa berharganya nilai waktu selain kematian. Tak seorang pun tahu berapa lama lagi jatah waktu pentasnya di dunia ini akan berakhir. Sebagaimana tak seorang pun tahu di mana kematian akan menjemputnya.
Ketika seorang manusia melalaikan nilai waktu pada hakekatnya ia sedang menggiring dirinya kepada jurang kebinasaan. Karena tak ada satu detik pun waktu terlewat melainkan ajal kian mendekat.
Ketika jatah waktu terhamburkan sia-sia, dan ajal sudah di depan mata, tiba-tiba, lisan tergerak untuk mengatakan, "Ya Tuhan, mundurkan ajalku sedetik saja. Akan kugunakan itu untuk bertaubat dan mengejar ketinggalan." Tapi sayang, permohonan tinggallah permohonan. Dan kematian akan tetap datang tanpa ada perundingan.
2. Kematian mengingatkan bahwa kita bukan siapa-siapa
Kalau kehidupan dunia bisa diumpamakan dengan pentas sandiwara, maka kematian adalah akhir segala peran. Apa pun dan siapa pun peran yang telah dimainkan, ketika sutradara mengatakan 'habis', usai sudah permainan. Semua kembali kepada peran yang sebenarnya. Lalu, masih kurang patutkah kita dikatakan orang gila ketika bersikeras akan tetap selamanya menjadi tokoh yang kita perankan. Hingga kapan pun. Padahal, sandiwara sudah berakhir.
Sebagus-bagusnya peran yang kita mainkan, tak akan pernah melekat selamanya. Silakan kita bangga ketika dapat peran sebagai orang kaya. Silakan kita menangis ketika berperan sebagai orang miskin yang menderita. Tapi, bangga dan menangis itu bukan untuk selamanya. Semuanya akan berakhir. Dan, peran-peran itu akan dikembalikan kepada sang sutradara untuk dimasukkan kedalam laci-laci peran. Teramat naif kalau ada manusia yang berbangga dan yakin bahwa dia akan menjadi orang yang kaya dan berkuasa selamanya. Pun begitu, teramat naif kalau ada manusia yang merasa akan terus menderita selamanya. Semua berawal, dan juga akan berakhir. Dan akhir itu semua adalah KEMATIAN.
3. Kematian mengingatkan bahwa kita tak memiliki apa-apa
Tak ada satu benda pun yang bisa kita bawa ke liang kubur kecuali kain kafan atau peti mati. Siapa pun dia, kaya atau miskin, penguasa atau rakyat jelata, semuanya akan masuk lubang kubur bersama bungkusan kain kafan atau peti mati. Cuma itu. Itu pun masih bagus.
Karena, kita terlahir dengan tidak membawa apa-apa. Cuma tubuh kecil yang telanjang. Lalu, masih layakkah kita mengatas namakan kesuksesan diri ketika kita meraih keberhasilan. Masih patutkah kita membangga-banggakan harta dengan sebutan kepemilikan. Kita datang dengan tidak membawa apa-apa dan pergi pun bersama sesuatu yang tak berharga. Ternyata, semua hanya peran. Dan pemilik sebenarnya hanya Tuhan. Ketika peran usai, kepemilikan pun kembali kepada Tuhan. Lalu, dengan keadaan seperti itu, masihkah kita menyangkal bahwa kita bukan apa-apa. Dan, bukan siapa-siapa. Kecuali, hanya hamba Tuhan. Setelah itu, kehidupan pun berlalu melupakan peran yang pernah kita mainkan.
4. Kematian mengingatkan bahwa hidup sementara
Kejayaan dan kesuksesan kadang menghanyutkan anak manusia kepada sebuah khayalan bahwa ia akan hidup selamanya. Hingga kapan pun. Seolah ia ingin menyatakan kepada dunia bahwa tak satu pun yang mampu memisahkan antara dirinya dengan kenikmatan saat ini. Ketika sapaan kematian mulai datang berupa rambut yang beruban, tenaga yang kian berkurang, wajah yang makin keriput, barulah ia tersadar. Bahwa, segalanya akan berpisah. Dan pemisah kenikmatan itu bernama kematian. Hidup tak jauh dari siklus: awal, berkembang, dan kemudian berakhir.
5. Kematian mengingatkan bahwa hidup begitu berharga
Seorang hamba yang mengingat kematian akan senantiasa tersadar bahwa hidup teramat berharga. Hidup tak ubahnya seperti ladang pinjaman. Seorang petani yang cerdas akan memanfaatkan ladang itu dengan menanam tumbuhan yang berharga. Dengan sungguh-sungguh. Petani itu khawatir, ia tidak mendapat apa-apa ketika ladang harus dikembalikan. Dunia adalah ladang buat akhirat, Orang yang mencintai sesuatu takkan melewatkan sedetik pun waktunya untuk mengingat sesuatu itu. Termasuk, ketika kematian menjadi sesuatu yang paling diingat. Dengan memaknai kematian, berarti kita sedang menghargai arti kehidupan.
SELAMAT ULANG TAHUN KAWAN.... SEMOGA PENGURANGAN USIA INI TIDAK MENJADIKAN KITA MANUSIA YANG SOMBONG & ANGKUH.
===========================================
ku tuliskan surat ini atas nama rindu yang besarnya hanya Tuhan yang tahu.
Nak, menjadi ayah itu indah dan mulia. Besar kecemasanku menanti kelahiranmu dulu belum hilang hingga saat ini. Kecemasan yang indah karena ia didasari sebuah cinta. Sebuah cinta yang telah terasakan bahkan ketika yang dicintai belum sekalipun kutemui.
Nak, menjadi ayah itu mulia. Bacalah sejarah para filsuf & pujangga dan temukanlah betapa nasehat yang terbaik itu dicatat dari dialog seorang ayah dengan anak-anaknya.
Meskipun demikian, ketahuilah Nak, menjadi ayah itu berat dan sulit. Tapi kuakui, betapa sepanjang masa kehadiranmu di sisiku, aku seperti menemui keberadaanku, makna keberadaanmu, dan makna tugas kebapakanku terhadapmu. Sepanjang masa keberadaanmu adalah salah satu masa terindah dan paling aku banggakan di depan siapapun. Bahkan dihadapan Tuhan, ketika aku duduk berduaan berhadapan dengan Nya, hingga saat usia senja ini.
Nak, saat pertama engkau hadir, kucium dan kupeluk engkau sebagai buah cintaku dan ibumu. Sebagai bukti, bahwa aku dan ibumu tak lagi terpisahkan oleh apapun jua.
Tapi seiring waktu, ketika engkau suatu kali kau telah mampu berkata: "TIDAK", timbul kesadaranku siapa engkau sesungguhnya. Engkau bukan milikku, atau milik ibumu Nak. Engkau lahir bukan karena cintaku dan cinta ibumu. Engkau adalah milik Tuhan. Tak ada hakku menuntut pengabdian darimu. Karena pengabdianmu semata-mata seharusnya hanya untuk Tuhan.
Nak, sedih, pedih dan terhempaskan rasanya menyadari siapa sebenarnya aku dan siapa engkau. Dan dalam waktu panjang di malam-malam sepi, kusesali kesalahanku itu sepenuh-penuh air mata dihadapan Tuhan. Syukurlah, penyesalan itu mencerahkanku.
Sejak saat itu Nak, satu-satunya usahaku adalah mendekatkanmu kepada pemilikmu yang sebenarnya. Membuatmu senantiasa berusaha memenuhi keinginan pemilikmu. Melakukan segala sesuatu karena Nya, bukan karena kau dan ibumu. Tugasku bukan membuatmu dikagumi orang lain, tapi agar engkau dikagumi dan dicintai Tuhan.
Inilah usaha terberatku Nak, karena artinya aku harus lebih dulu memberi contoh kepadamu dekat dengan Tuhan. Keinginanku harus lebih dulu sesuai dengan keinginan Tuhan. Agar perjalananmu mendekati Nya tak lagi terlalu sulit.
Kemudian, kitapun memulai perjalanan itu , tak pernah engkau kuhindarkan dari kerikil tajam dan lumpur hitam. Aku cuma menggenggam jemarimu dan merapatkan jiwa kita satu sama lain. Agar dapat kau rasakan perjalanan ruhaniah yang sebenarnya.
Saat engkau mengeluh letih berjalan, kukuatkan engkau karena kita memang tak boleh berhenti. Perjalanan mengenal Tuhan tak kenal letih dan berhenti, Nak. Berhenti berarti mati, inilah kata-kataku tiap kali memeluk dan menghapus air matamu, ketika engkau hampir putus asa.
Akhirnya Nak, kalau nanti, ketika semua manusia dikumpulkan di hadapan Tuhan, kalau boleh aku berharap, aku ingin saat itu aku melihatmu dekat dengan Tuhan. Aku akan bangga Nak, karena itulah bukti bahwa semua titipanNya bisa kita kembalikan kepada pemilikNya.
Dari ayah yang senantiasa merindukanmu, air mata ini masih menetes saat akan kututup suratku ini nak. Semoga kalian berbahagia di dunia dan akhirat. Amiiiiiin....
I STILL LOVE YOU DAD WHAT EVER YOU ARE........ BUT IM SORY I CAN MAKE YOU HAPPY TO THIS DAY....
I LOVE YOU DAD...........
I LOVE YOU DAD...........
I LOVE YOU DAD...........
I LOVE YOU DAD...........
REALY I LOVE YOU..........
============================================================
Hareem Musashi May 29, 2010 at 4:29pm Reply • Report
Kau berkulit hitam, keriting, tinggi, bermata cokelat, tak pernah memilih terlahir dari rahim yang mana, dimana, dan dari etnis apa. Lalu, emosi, kesadaran, nalar dan rasamu tumbuh merambati pengalaman dan pengajaran yang menghampirimu. Bila lantas kau memilih untuk memeluk suatu agama. Itu pilihanmu. Itu hakmu.
Aku berkulit putih, rambut lurus, bermata hitam. Juga tidak pernah memilih terlahir dari rahim seorang bernama Khadijah, di sebuah kota tepian laut, dan dari keluarga dengan keyakinan Islam yang teguh. Maka, emosi, kesadaran, nalar, rasaku tumbuh merambati pengalaman dan pengajaran Islam yang menghampiriku. Bila lantas aku terbentuk dan terbangun menjadi seorang Musilm. Itu pilihanku. Itu keyakinanku. Dan, semua orang berhak memiliki keyakinannya masing-masing bukan?
Kau tak bisa memaksaku untuk menyerupaimu, aku pun begitu. Kita memiliki pilihan masing-masing. Kau boleh mengajakku, merayuku atau menggodaku, tetapi kau tak berhak memaksaku. Aku juga begitu. Dan, aku tidak akan pernah memaksamu untuk menjadi sepertiku. Kau adalah dirimu sendiri. Bagiku diriku sendiri, bagimu dirimu sendiri. Tak ada paksaan dalam menjadi seseorang dengan identitas tertentu, bukan?
Bila kita berbeda dalam beberapa hal, haruskan kita menyoalkannya? Berdebat atasnya? Bertarung atasnya? Memang, ada terlalu banyak perbedaan antara kau dan aku: kau berkulit hitam, aku berkulit putih. Kau Budhis & aku Muslim. Kau adalah dirimu dan aku adalah diriku. Haruskah kita memaksa untuk menjadi serupa?
Andai dunia ini serupa. Dunia ini tentu kesepian. Stagnan. Tak ada persilangan. Tak ada warna yang lain. Tak ada suara yang lain. Semua suara adalah bunyi yang sama. Setiap warna sama saja. Tak ada perbedaan. Jadi, tentu saja: tak ada harmoni. Monokrom. Membosankan, Bukan?
Tak ada yang mungkin untuk diserupakan sepenuhnya. Sebab keberagaman adalah salah satu wajah Tuhan yang menjadi manifestasi kesempurnaanya. Bila segalanya serupa, tentu meragukan bila kita harus menilai Tuhan sempurna. Dalam keserupaan tak ada kesempurnaan. Dalam ketaksempurnaan tak mungkin ada keagungan Tuhan.
Sekali lagi, tak ada yang mungkin untuk diserupakan sepenuhnya: bila kau pintar, aku bodoh, aku bisa mengejarmu dengan belajar, berguru atau bersekolah. Bila kau Kristiani aku Islam, aku bisa mempelajarinya dimana saja untuk memiliki pemahaman yang serupa pemahamanmu. Bila kau S2 aku S1, aku akan kuliah untuk jadi sama sepertimu, Namun bila kau Ambon, aku sunda, tak ada satu pun sekolah yang bisa kumasuki untuk mengubahnya, bukan? Segalanya tak mungkin diserupakan sepenuhnya. Begitu memang.
Perbedaan adalah rahmat Tuhan. Perbedaan adalah wajah kesempurnaannya. Sesungguhnya, Aku menciptakan kalian dari golongan laki-laki dan perempuan, dan menjadikanmu bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar kelak kamu akan saling mengenal, begitu kata Tuhanku berseru. Maka, perbedaan adalah modal, untuk saling mengenal, untuk saling memahami. Sebab bila segalanya sudah sama dan serupa, kata "perkenalan" tentu tak akan bermakna apa-apa.
Maka bila seseorang memaksamu untuk menjadi sama sepertinya, dengan mengatasnamakan agama dan Tuhanku, mari kukatakan kepadamu "ia benar-benar pembohong besar". Sebab tak ada paksaan dalam agamaku, seperti juga tak ada paksaan dalam agamamu. Bila seseorang memaksamu, memukulmu, menodongkan senjata kepadamu, katakanlah kepadanya Salam, Haleluya, Om shanti shanti om, Shalom... bukankah semua itu memiliki makna yang sama meski diucapkan dalam lidah yang berbeda?
Maka bila kita berbeda dalam banyak hal, mungkinkah perbedaan kita hanyalah perbedaan artifisial yang sesungguhnya tak berarti apa-apa? Sebab, kita tak pernah tahu, barangkali jauh sekali di dalam diri kita, kita memiliki keserupaan terdalam yang paling bermakna dihadapan Tuhan.
Bila bukan kemanusiaan kita, mungkin kemakhluk Tuhanan kita.
=================================================
Hareem Musashi May 29, 2010 at 4:29pm Reply • Report
Kau berkulit hitam, keriting, tinggi, bermata cokelat, tak pernah memilih terlahir dari rahim yang mana, dimana, dan dari etnis apa. Lalu, emosi, kesadaran, nalar dan rasamu tumbuh merambati pengalaman dan pengajaran yang menghampirimu. Bila lantas kau memilih untuk memeluk suatu agama. Itu pilihanmu. Itu hakmu.
Aku berkulit putih, rambut lurus, bermata hitam. Juga tidak pernah memilih terlahir dari rahim seorang bernama Khadijah, di sebuah kota tepian laut, dan dari keluarga dengan keyakinan Islam yang teguh. Maka, emosi, kesadaran, nalar, rasaku tumbuh merambati pengalaman dan pengajaran Islam yang menghampiriku. Bila lantas aku terbentuk dan terbangun menjadi seorang Musilm. Itu pilihanku. Itu keyakinanku. Dan, semua orang berhak memiliki keyakinannya masing-masing bukan?
Kau tak bisa memaksaku untuk menyerupaimu, aku pun begitu. Kita memiliki pilihan masing-masing. Kau boleh mengajakku, merayuku atau menggodaku, tetapi kau tak berhak memaksaku. Aku juga begitu. Dan, aku tidak akan pernah memaksamu untuk menjadi sepertiku. Kau adalah dirimu sendiri. Bagiku diriku sendiri, bagimu dirimu sendiri. Tak ada paksaan dalam menjadi seseorang dengan identitas tertentu, bukan?
Bila kita berbeda dalam beberapa hal, haruskan kita menyoalkannya? Berdebat atasnya? Bertarung atasnya? Memang, ada terlalu banyak perbedaan antara kau dan aku: kau berkulit hitam, aku berkulit putih. Kau Budhis & aku Muslim. Kau adalah dirimu dan aku adalah diriku. Haruskah kita memaksa untuk menjadi serupa?
Andai dunia ini serupa. Dunia ini tentu kesepian. Stagnan. Tak ada persilangan. Tak ada warna yang lain. Tak ada suara yang lain. Semua suara adalah bunyi yang sama. Setiap warna sama saja. Tak ada perbedaan. Jadi, tentu saja: tak ada harmoni. Monokrom. Membosankan, Bukan?
Tak ada yang mungkin untuk diserupakan sepenuhnya. Sebab keberagaman adalah salah satu wajah Tuhan yang menjadi manifestasi kesempurnaanya. Bila segalanya serupa, tentu meragukan bila kita harus menilai Tuhan sempurna. Dalam keserupaan tak ada kesempurnaan. Dalam ketaksempurnaan tak mungkin ada keagungan Tuhan.
Sekali lagi, tak ada yang mungkin untuk diserupakan sepenuhnya: bila kau pintar, aku bodoh, aku bisa mengejarmu dengan belajar, berguru atau bersekolah. Bila kau Kristiani aku Islam, aku bisa mempelajarinya dimana saja untuk memiliki pemahaman yang serupa pemahamanmu. Bila kau S2 aku S1, aku akan kuliah untuk jadi sama sepertimu, Namun bila kau Ambon, aku sunda, tak ada satu pun sekolah yang bisa kumasuki untuk mengubahnya, bukan? Segalanya tak mungkin diserupakan sepenuhnya. Begitu memang.
Perbedaan adalah rahmat Tuhan. Perbedaan adalah wajah kesempurnaannya. Sesungguhnya, Aku menciptakan kalian dari golongan laki-laki dan perempuan, dan menjadikanmu bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar kelak kamu akan saling mengenal, begitu kata Tuhanku berseru. Maka, perbedaan adalah modal, untuk saling mengenal, untuk saling memahami. Sebab bila segalanya sudah sama dan serupa, kata "perkenalan" tentu tak akan bermakna apa-apa.
Maka bila seseorang memaksamu untuk menjadi sama sepertinya, dengan mengatasnamakan agama dan Tuhanku, mari kukatakan kepadamu "ia benar-benar pembohong besar". Sebab tak ada paksaan dalam agamaku, seperti juga tak ada paksaan dalam agamamu. Bila seseorang memaksamu, memukulmu, menodongkan senjata kepadamu, katakanlah kepadanya Salam, Haleluya, Om shanti shanti om, Shalom... bukankah semua itu memiliki makna yang sama meski diucapkan dalam lidah yang berbeda?
Maka bila kita berbeda dalam banyak hal, mungkinkah perbedaan kita hanyalah perbedaan artifisial yang sesungguhnya tak berarti apa-apa? Sebab, kita tak pernah tahu, barangkali jauh sekali di dalam diri kita, kita memiliki keserupaan terdalam yang paling bermakna dihadapan Tuhan.
Bila bukan kemanusiaan kita, mungkin kemakhluk Tuhanan kita.
====================================================
Pada suatu ketika, di sebuah taman kecil ada seorang kakek. Di dekat kaket tersebut terdapat beberapa anak yang sedang asyik bermain pasir, membentuk lingkaran. Kakek itu lalu menghampiri mereka, dan berkata:
“Siapa diantara kalian yang mau uang Rp. 50.000!!” Semua anak itu terhenti bermain dan serempak mengacungkan tangan sambil memasang muka manis penuh senyum dan harap. Kakek lalu berkata, “Kakek akan memberikan uang ini, setelah kalian semua melihat ini dulu.”
Kakek tersebut lalu meremas-remas uang itu hingga lusuh. Di remasnya terus hingga beberapa saat. Ia lalu kembali bertanya “Siapa yang masih mau dengan uang ini lusuh ini?” Anak-anak itu tetap bersemangat mengacungkan tangan.
“Tapi,, kalau kakek injak bagaimana? “. Lalu, kakek itu menjatuhkan uang itu ke pasir dan menginjaknya dengan sepatu. Di pijak dan di tekannya dengan keras uang itu hingga kotor. Beberapa saat, Ia lalu mengambil kembali uang itu. Dan kakek kembali bertanya: “Siapa yang masih mau uang ini?”
Tetap saja. Anak-anak itu mengacungkan jari mereka. Bahkan hingga mengundang perhatian setiap orang. Kini hampir semua yang ada di taman itu mengacungkan tangan. :)
***
Sahabat C & M, cerita diatas sangatlah sederhana. Namun kita dapat belajar sesuatu yang sangat berharga dari cerita itu. Apapun yang dilakukan oleh si Kakek, semua anak akan tetap menginginkan uang itu, Kenapa? karena tindakan kakek itu tak akan mengurangi nilai dari uang yang di hadiahkan. Uang itu tetap berharga Rp. 50.000
Seringkali, dalam hidup ini, kita merasa lusuh, kotor, tertekan, tidak berarti, terinjak, tak kuasa atas apa yang terjadi pada sekeliling kita, atas segala keputusan yang telah kita ambil, kita merasa rapuh. Kita juga kerap mengeluh atas semua ujian yang di berikan-Nya. Kita seringkali merasa tak berguna, tak berharga di mata orang lain. Kita merasa di sepelekan, di acuhkan dan tak dipedulikan oleh keluarga, teman, bahkan oleh lingkungan kita.
Namun, percayalah, apapun yang terjadi, atau *bakal terjadi*, kita tak akan pernah kehilangan nilai kita di mata Sang Pencipta. Bagi-Nya, lusuh, kotor, tertekan, ternoda, selalu ada saat untuk ampunan dan maaf.
Kita tetap tak ternilai di mata Sang Pencipta.
Nilai dari diri kita, tidak timbul dari apa yang kita sandang, atau dari apa yang kita dapat. Nilai diri kita, akan dinilai dari akhlak dan perangai kita. Tingkah laku kita. seberapapun kita diinjak oleh ketidak adilan, kita akan tetap diperebutkan, kalau kita tetap konsisten menjaga sikap kita.
Sahabat, akhlak ialah bunga kehidupan kita. Merupakan seberapa bernilainya manusia. Dengan akhlak, rasa sayang dan senang akan selalu mengikuti kita, dan merupakan modal hidup.
Orang yang tidak mempunyai akhlak, meskipun ia berharta, tidak ada nilainya. Meskipun dia cantik, tapi jika sikapnya buruk dan tiada berakhlak, maka kecantikannya tiada berguna baginya. Begitu pula dengan orang yang berpangkat tinggi, tanpa akhlak, dia menjadi orang yang dibenci.
=============================================
Suatu hari diadakan sebuah lomba menyebrangi air terjun yg curam dan dalam, para peserta diharuskam menyebrang dengan menggunakan tali baja dan sebatang tali pengaman. Sejak lomba dimulai ada banyak peserta yang gagal menyebrang. Akan tetapi ada seorang peserta laki-laki dengan segala kemampuan, konsentrasi dan motivasi yang tunggi pada akhirnya dia berhasil menyebrang air terjun dan di anugrahi medali kehormatan.
Tidak lama kemudian, peserta ini didaulat kembali untuk menyebrang ke tempat asal untuk membuktikan bahwa kemenanganya bukanlah karena factor keberuntungan. Laki-laki itupun bersedia menyebrang kembali tapi sebelum dia menyebrang dia bertanya terlebih dahulu pada semua penonton yang hadir disana
“ saya akan kembali menyebrang lagi, tapi apakah kalian PERCAYA saya bisa melakukannya ??
Serentak penonton menjawab “ ya, saya percaya “
Kemudian laki2 itu kembali berkata “ jika memang kalian percaya saya bias menyebrangi air terjun itu, maka siapakah diantara kalian yg mau ikut dengan saya untuk menyebrangi air terjun itu ??? kalian jangan takut saya akan menuntun kalian untuk menyebranginya”
Hingga beberapa kali laki-laki itu menawarkan ajakannya, namun tak ada satupun diantara penonton yg menjawab dan mau ikut menyebrang. Tiba-tiba seorang anak kecil muncul ditengan kerumunan dan berkata “ saya mau ikut menyebrang”
Akhirnya perjalananpun dimulai, laki2 itu dengan sangat hati menuntun anak kecil tadi untuk menyebrangi air terjun, dengan penuh perjuangan akhirnya laki2 dan anak kecil itu berhasil menyebrangi air terjun. Kini para penonton mulai mengalihkan perhatian kepada anak kecil yg mau ikut menyebrang dan ada diantara penonton yang bertanya kepada anak kecil itu
“ nak, kenapa kamu mau ikut menyebrang dengan laki2 itu ??? apa kamu tidak takut terjatuh ??
Lalu anak kecil itu menjawab “ karena laki2 itu adalah AYAH SAYA“
Terdapat PERBEDAAN antara PERCAYA denagn MEMPERCAYAKAN. Sikap penonton dalam cerita diatas adalah lambang dari rasa PERCAYA, sedangkan keikutsertaan anak itu dalam menyebrangi air terjun adalak MEMPERCAYAKAN.
Terkadang manusia berada pada tingkat PERCAYA pada sangpencipta, namun tidak bersedia secara total MEMPERCAYAKAN hidup dalam iman kedapaNYA. Seorang istri/ suami percaya bahwa istri atau suaminya tidak selingkuh tapi tidak mempercayakan keyakinanya itu akibatnya timbul cemburu dan curiga yg berlebihan.
Jika hidup itu hanya sekedar percaya berarti menunjukan penyerahan diri yang tidak lengkap terhadap apa yg kita percaya. Hidup sekedar percaya tidak menuntut komitmen penuh namun “PERCAYA” merupakan langkah awal sebelum masuk pada tahap “MEMPERCAYAKAN”
Kita mengetahui siapa yang kita percayai namun hidup yang mempercayaha bukan berarti menyerah secra total dan pasrah tanpa usaha dan melihat realitas yg ada.
Dalam kehidupan keagamaan, mempercayakan diri kepada sang pencipta berarti sadar bahwa Dia maha kauasa dan maha tau serta maha besar. Mempercayakan diri kepada sang pencipta berarti mengenal dia melalui kehidupan ibadah yang baik, membaca kitab suci, beramal kepada sesame, dll. Kadang kita percaya akan kebesaran sang pencipta tapi kita tidak mempercayakan secara total kehidupa kita kepada sang pencipta sehingga kadang kita merasa khawatir dalam menghadapi sebuah masalah besar.
Jika kita PERCAYA dengan kebesaran sang pencipta maka sudah seharusnya kita MEMPERCAYAKAN secara total segala yg terjadi dalam kehidupan kita hanya kepadaNYA Karena kita tau dan mengenal siapa yang kita percayai.
Kita percaya TAKDIR Tuhan selalu baik bagi umatnya maka sudah seharusnya kita MEMPERCAYAKAN segalanya kepada sipemilik takdir…
Semoga cerita diatas bermanfaat bagi kita semua.....
============================================
Suatu hari diadakan sebuah lomba menyebrangi air terjun yg curam dan dalam, para peserta diharuskam menyebrang dengan menggunakan tali baja dan sebatang tali pengaman. Sejak lomba dimulai ada banyak peserta yang gagal menyebrang. Akan tetapi ada seorang peserta laki-laki dengan segala kemampuan, konsentrasi dan motivasi yang tunggi pada akhirnya dia berhasil menyebrang air terjun dan di anugrahi medali kehormatan.
Tidak lama kemudian, peserta ini didaulat kembali untuk menyebrang ke tempat asal untuk membuktikan bahwa kemenanganya bukanlah karena factor keberuntungan. Laki-laki itupun bersedia menyebrang kembali tapi sebelum dia menyebrang dia bertanya terlebih dahulu pada semua penonton yang hadir disana
“ saya akan kembali menyebrang lagi, tapi apakah kalian PERCAYA saya bisa melakukannya ??
Serentak penonton menjawab “ ya, saya percaya “
Kemudian laki2 itu kembali berkata “ jika memang kalian percaya saya bias menyebrangi air terjun itu, maka siapakah diantara kalian yg mau ikut dengan saya untuk menyebrangi air terjun itu ??? kalian jangan takut saya akan menuntun kalian untuk menyebranginya”
Hingga beberapa kali laki-laki itu menawarkan ajakannya, namun tak ada satupun diantara penonton yg menjawab dan mau ikut menyebrang. Tiba-tiba seorang anak kecil muncul ditengan kerumunan dan berkata “ saya mau ikut menyebrang”
Akhirnya perjalananpun dimulai, laki2 itu dengan sangat hati menuntun anak kecil tadi untuk menyebrangi air terjun, dengan penuh perjuangan akhirnya laki2 dan anak kecil itu berhasil menyebrangi air terjun. Kini para penonton mulai mengalihkan perhatian kepada anak kecil yg mau ikut menyebrang dan ada diantara penonton yang bertanya kepada anak kecil itu
“ nak, kenapa kamu mau ikut menyebrang dengan laki2 itu ??? apa kamu tidak takut terjatuh ??
Lalu anak kecil itu menjawab “ karena laki2 itu adalah AYAH SAYA“
Terdapat PERBEDAAN antara PERCAYA denagn MEMPERCAYAKAN. Sikap penonton dalam cerita diatas adalah lambang dari rasa PERCAYA, sedangkan keikutsertaan anak itu dalam menyebrangi air terjun adalak MEMPERCAYAKAN.
Terkadang manusia berada pada tingkat PERCAYA pada sangpencipta, namun tidak bersedia secara total MEMPERCAYAKAN hidup dalam iman kedapaNYA. Seorang istri/ suami percaya bahwa istri atau suaminya tidak selingkuh tapi tidak mempercayakan keyakinanya itu akibatnya timbul cemburu dan curiga yg berlebihan.
Jika hidup itu hanya sekedar percaya berarti menunjukan penyerahan diri yang tidak lengkap terhadap apa yg kita percaya. Hidup sekedar percaya tidak menuntut komitmen penuh namun “PERCAYA” merupakan langkah awal sebelum masuk pada tahap “MEMPERCAYAKAN”
Kita mengetahui siapa yang kita percayai namun hidup yang mempercayaha bukan berarti menyerah secra total dan pasrah tanpa usaha dan melihat realitas yg ada.
Dalam kehidupan keagamaan, mempercayakan diri kepada sang pencipta berarti sadar bahwa Dia maha kauasa dan maha tau serta maha besar. Mempercayakan diri kepada sang pencipta berarti mengenal dia melalui kehidupan ibadah yang baik, membaca kitab suci, beramal kepada sesame, dll. Kadang kita percaya akan kebesaran sang pencipta tapi kita tidak mempercayakan secara total kehidupa kita kepada sang pencipta sehingga kadang kita merasa khawatir dalam menghadapi sebuah masalah besar.
Jika kita PERCAYA dengan kebesaran sang pencipta maka sudah seharusnya kita MEMPERCAYAKAN secara total segala yg terjadi dalam kehidupan kita hanya kepadaNYA Karena kita tau dan mengenal siapa yang kita percayai.
Kita percaya TAKDIR Tuhan selalu baik bagi umatnya maka sudah seharusnya kita MEMPERCAYAKAN segalanya kepada sipemilik takdir…
Semoga cerita diatas bermanfaat bagi kita semua.....
=========================================
==========================================
70 TAHUN BERDOA
Ada seorang kakek yang tinggal di India. Umurnya
sudah lebih dari 70 th. Sepanjang hidupnya selama
70 th itu, ia gunakan untuk menyembah berhala dari
batu. Setiap hari ia begitu taat menyembah tuhannya itu.
Suatu ketika, kakek ini punya suatu keinginan. Ia pun kemudian
mendatangi tuhannya seraya memohon agar doa‘nya dapat
dikabulkan.
“Oh, tuhanku Latta. Oh tuhanku Uzza. Tujuh puluh tahun aku terus
menerus menyembahmu. Selama itu, tak ada sesuatupun yang
aku mohonkan kepadamu. Sekarang, aku ada permohonan
kepadamu. Mohon, kabulkanlah permohonanku ini”.
Kakek itu memohon sambil merengek-rengek kepada Latta dan
Uzza kiranya doa‘nya dapat dikabulkan. Demikian seterusnya
dia lakukan. Setelah sampai tujuh puluh kali doa‘ itu ia panjatkan,
tak ada sedikitpun pengabulan dari berhala tuhannya yang ia
peroleh. Maka kakek itu sedih sekali dan akhirnya putus asa.
Dalam keputusasaannya itu, ternyata Allah SWT memberi
hidayah kepada kakek. Hati sang kakek dilapangkan oleh Allah,
dan sang kakek segera sadar akan kekeliruannya selama ini.
Gantilah kakek itu berdoa‘ kepada Allah SWT .
“ Ya Allah SWT, baru sekarang aku menghadap-Mu. Aku
memohon ssuatu kepada-Mu. Kabulkanlah, ya Allah SWT,
permohonanku ini “.
Selesai kakek itu bermunajat kepada Allah SWT, maka sesaat
kemudian ia mendengar jawban dari Allah SWT.
“ Wahai hamba-Ku, mintalah kamu kepada-Ku, niscaya Aku akan
memberimu “.
Waktu para malaikat mendengar jawaban yang diberikan Allah
SWT kepada sang kakek, maka gemparlah para malaikat.
“ Ya Allah SWT, tujuh puluh tahun lamanya orang itu musyrik
dan menyembah berhala. Dan telah tujuh puluh kali pula ia telah
memohon kepada berhalanya agar dikabulkan permohonannya,
namun itu tidak terjadi. Sekarang, ia baru sekali saja berdoa`
kepada-Mu, mengapa Engkau kabulkan permohonannya itu ?”
Mendengar pertanyaan para malaikat itu, maka Allah SWT
segera memberi penjelasan.
“ Wahai para malaikat, jika berhala yang benda mati itu tidak
bisa mengabulkan permohonannya dan Aku-pun juga tidak, lalu
dimana letak perbedaannya antara Aku dan berhala itu ?”
============================================
KOPI ASIN
Dia bertemu dengan gadis itu di sebuah pesta, gadis
yang menakjubkan. Banyak pria berusaha
mendekatinya. Sedangkan dia sendiri hanya seorang
laki-laki biasa. Tak ada yang begitu menghiraukannya. Saat pesta
telah usai, dia mengundang gadis itu untuk minum kopi
bersamanya. Walaupun terkejut dengan undangan yang
mendadak, si gadis tidak mau mengecewakannya.
Mereka berdua duduk di sebuah kedai kopi yang nyaman. Si
laki-laki begitu gugup untuk mengatakan sesuatu, sedangkan
sang gadis merasa sangat tidak nyaman.
“Ayolah, cepat. Aku ingin segera pulang”, kata sang gadis dalam
hatinya.
Tiba-tiba si laki-laki berkata pada pelayan, “Tolong ambilkan
saya garam. Saya ingin membubuhkan dalam kopi saya.”
Semua orang memandang dan melihat aneh padanya. Mukanya
kontan menjadi merah, tapi ia tetap mengambil dan
membubuhkan garam dalam kopi serta meminum kopinya.
Sang gadis bertanya dengan penuh rasa ingin tahu kepadanya,
“Kebiasaanmu kok sangat aneh?”.
“Saat aku masih kecil, aku tinggal di dekat laut. Aku sangat suka
bermain-main di laut, di mana aku bisa merasakan laut.. asin
dan pahit. Sama seperti rasa kopi ini”, jawab si laki-laki.
“Sekarang, tiap kali aku minum kopi asin, aku jadi teringat akan
masa kecilku, tanah kelahiranku. Aku sangat merindukan
kampung halamanku, rindu kedua orangtuaku yang masih
tinggal di sana”, lanjutnya dengan mata berlinang.
Sang gadis begitu terenyuh. Itu adalah hal sangat menyentuh
hati. Perasaan yang begitu dalam dari seorang laki-laki yang
mengungkapkan kerinduan akan kampung halamannya. Ia pasti
seorang yang mencintai dan begitu peduli akan rumah dan
keluarganya. Ia pasti mempunyai rasa tanggung jawab akan
tempat tinggalnya. Kemudian sang gadis memulai
pembicaraan, mulai bercerita tentang tempat tinggalnya yang
jauh, masa kecilnya, keluarganya... Pembicaraan yang sangat
menarik bagi mereka berdua. Dan itu juga merupakan awal yang
indah dari kisah cinta mereka.
Mereka terus menjalin hubungan. Sang gadis menyadari bahwa
ia adalah laki-laki idaman baginya. Ia begitu toleran, baik hati,
hangat, penuh perhatian.. pokoknya ia adalah pria baik yang
hampir saja diabaikan begitu saja. Untung saja ada kopi asin !
Cerita berlanjut seperti tiap kisah cinta yang indah: sang putri
menikah dengan sang pangeran, dan mereka hidup bahagia...
Dan, tiap ia membuatkan suaminya secangkir kopi, ia
membubuhkan sedikit garam didalamnya, karena ia tahu itulah
kesukaan suaminya.
Setelah 40 tahun berlalu, si laki-laki meninggal dunia. Ia
meninggalkan sepucuk surat bagi istrinya:
“Sayangku, maafkanlah aku. Maafkan kebohongan yang telah
aku buat sepanjang hidupku. Ini adalah satu-satunya
kebohonganku padamu - tentang kopi asin. Kamu ingat kan saat
kita pertama kali berkencan? Aku sangat gugup waktu itu.
Sebenarnya aku menginginkan sedikit gula. Tapi aku malah
mengatakan garam. Waktu itu aku ingin membatalkannya, tapi
aku tak sanggup, maka aku biarkan saja semuanya. Aku tak
pernah mengira kalau hal itu malah menjadi awal pembicaraan
kita. Aku telah mencoba untuk mengatakan yang sebenarnya
kepadamu. Aku telah mencobanya beberapa kali dalam hidupku,
tapi aku begitu takut untuk melakukannya, karena aku telah
berjanji untuk tidak menyembunyikan apapun darimu... Sekarang
aku sedang sekarat. Tidak ada lagi yang dapat aku khawatirkan,
maka aku akan mengatakan ini padamu: Aku tidak menyukai
kopi yang asin. Tapi sejak aku mengenalmu, aku selalu minum
kopi yang rasanya asin sepanjang hidupku. Aku tidak pernah
menyesal atas semua yang telah aku lakukan padamu. Aku tidak
pernah menyesali semuanya. Dapat berada disampingmu adalah
kebahagiaan terbesar dalam hidupku. Jika aku punya kesempatan
untuk menjalani hidup sekali lagi, aku tetap akan berusaha
mengenalmu dan menjadikanmu istriku walaupun aku harus
minum kopi asin lagi.”
Sambil membaca, airmatanya membasahi surat itu.
Suatu hari seseorang menanyainya, “Bagaimana rasa kopi asin?”
Ia menjawab, “Rasanya begitu manis.”
============================================
KERJA ADALAH SEBUAH KEHORMATAN
Seorang pemuda yang sedang lapar pergi menuju
restoran jalanan dan iapun menyantap makanan yang
telah dipesan. Saat pemuda itu makan datanglah
seorang anak kecil laki-laki menjajakan kue kepada pemuda
tersebut, “Pak mau beli kue, Pak?”
Dengan ramah pemuda yang sedang makan menjawab “Tidak,
saya sedang makan”. Anak kecil tersebut tidaklah berputus asa
dengan tawaran pertama. Ia tawarkan lagi kue setelah pemuda
itu selesai makan, pemuda tersebut menjawab: “Tidak Dik saya
sudah kenyang”.
Setelah pemuda itu membayar ke kasir dan beranjak pergi dari
warung kaki lima, anak kecil penjaja kue tidak menyerah dengan
usahanya yang sudah hampir seharian menjajakan kue buatan
bunda. Mungkin anak kecil ini berpikir “Saya coba lagi tawarkan
kue ini kepada bapak itu, siapa tahu kue ini dijadikan oleh-oleh
buat orang di rumah”. Ini adalah sebuah usaha yang gigih
membantu ibunda untuk menyambung kehidupan yang serba
pas-pasan ini.
Saat pemuda tadi beranjak pergi dari warung tersebut anak
kecil penjaja kue menawarkan ketiga kali kue dagangan. “Pak
mau beli kue saya?”, pemuda yang ditawarkan jadi risih juga
untuk menolak yang ketiga kalinya, kemudian ia keluarkan uang
Rp 2000,- dari dompet dan ia berikan sebagai sedekah saja.
“Dik ini uang saya kasih, kuenya nggak usah saya ambil, anggap
saja ini sedekahan dari saya buat adik”.
Lalu uang yang diberikan pemuda itu ia ambil dan diberikan
kepada pengemis yang sedang meminta-minta. Pemuda tadi
jadi bingung, lho ini anak dikasih uang kok malah dikasihkan
kepada orang lain. “Kenapa kamu berikan uang tersebut, kenapa
tidak kamu ambil?. Anak kecil penjaja kue tersenyum lugu
menjawab, “Saya sudah berjanji sama ibu di rumah, ingin
menjualkan kue buatan ibu, bukan jadi pengemis, dan saya akan
bangga pulang ke rumah bertemu ibu kalau kue buatan ibu
terjual habis. Dan uang yang saya berikan kepada ibu hasil usaha
kerja keras saya. Ibu saya tidak suka saya jadi pengemis”.
Pemuda tadi jadi terkagum dengan kata-kata yang diucapkan
anak kecil penjaja kue yang masih sangat kecil buat ukuran
seorang anak yang sudah punya etos kerja bahwa “kerja itu
adalah sebuah kehormatan”, kalau dia tidak sukses bekerja
menjajakan kue, ia berpikir kehormatan kerja di hadapan ibunya
mempunyai nilai yang kurang. Suatu pantangan bagi ibunya,
bila anaknya menjadi pengemis, ia ingin setiap ia pulang ke
rumah melihat ibu tersenyum menyambut kedatangannya dan
senyuman bunda yang tulus ia balas dengan kerja yang terbaik
dan menghasilkan uang.
Kemudian pemuda tadi memborong semua kue yang dijajakan
lelaki kecil, bukan karena ia kasihan, bukan karena ia lapar tapi
karena prinsip yang dimiliki oleh anak kecil itu “kerja adalah
sebuah kehormatan”, ia akan mendapatkan uang kalau ia sudah
bekerja dengan baik.
Makna yang bisa diambil:
Kerja bukanlah masalah uang semata, namun lebih mendalam
mempunyai sesuatu arti bagi hidup kita. Kadang mata kita
menjadi “hijau” melihat uang, sampai akhirnya melupakan apa
arti pentingnya kebanggaan profesi yg kita miliki.
Bukan masalah tinggi rendah atau besar kecilnya suatu profesi,
namun yang lebih penting adalah etos kerja, dalam arti
penghargaan terhadap apa yang kita kerjakan. Sekecil apapun
yang kita kerjakan, sejauh itu memberikan rasa bangga di dalam
diri, maka itu akan memberikan arti besar.
============================================
50 TAHUN SALAH PAHAM
Dikisahkan, disebuh gedung pertemuan yang amat
megah, seorang pejabat senior istana sedang
menyelenggarakan pesta ulang tahun perkawinannya
yang ke-50. Peringatan kawin emas itu ramai didatangi oleh
tamu-tamu penting seperti para bangsawan, pejabat istana,
pedagang besar serta seniman-seniman terpandang dari
seluruh pelosok negeri. Bahkan kerabat serta kolega dari
kerajaan-kerajaan tetangga juga hadir. Pesta ulang tahun
perkawinan pun berlangsung dengan megah dan sangat
meriah.
Setelah berbagai macam hiburan ditampilkan, sampailah pada
puncak acara, yaitu jamuan makan malam yang sangat mewah.
Sebelum menikmati jamuan tersebut, seluruh hadirin mengikuti
prosesi penyerahan hidangan istimewa dari sang pejabat istana
kepada istri tercinta. Hidangan itu tak lain adalah sepotong ikan
emas yang diletakkan di sebuah piring besar yang mahal. Ikan
emas itu dimasak langsung oleh koki kerajaan yang sangat
terkenal.
“Hadirin sekalian, ikan emas ini bukanlah ikan yang mahal.
Tetapi, inilah ikan kegemaran kami berdua, sejak kami menikah
dan masih belum punya apa-apa, sampai kemudian di usia
perkawinan kami yang ke-50 serta dengan segala keberhasilan
ini. Ikan emas ini tetap menjadi simbol kedekatan, kemesraan,
kehangatan, dan cinta kasih kami yang abadi,” kata sang pejabat
senior dalam pidato singkatnya.
Lalu, tibalah detik-detik yang istimewa yang mana seluruh
hadirin tampak khidmat menyimak prosesi tersebut. Pejabat
senior istana mengambil piring, lalu memotong bagian kepala
dan ekor ikan emas. Dengan senyum mesra dan penuh
kelembutan, ia berikan piring berisikan potongan kepala dan
ekor ikan emas tadi kepada isterinya. Ketika tangan sang isteri
menerima piring itu, serentak hadirin bertepuk tangan dengan
meriah sekali. Untuk beberapa saat, mereka tampak ikut
terbawa oleh suasana romantis, penuh kebahagiaan, dan
mengharukan tersebut.
Namun suasana tiba-tiba jadi hening dan senyap. Samar-samar
terdengar isak tangis si isteri pejabat senior. Sesaat kemudian,
isak tangis itu meledak dan memecah kesunyian gedung pesta.
Para tamu yang ikut tertawa bahagia mendadak jadi diam
menunggu apa gerangan yang bakal terjadi. Sang pejabat
tampak kikuk dan kebingungan. Lalu ia mendekati isterinya dan
bertanya “Mengapa engkau menangis, isteriku?”
Setelah tangisan reda, sang isteri menjelaskan “Suamiku…sudah
50 tahun usia pernikahan kita. Selama itu. aku telah dengan
melayani dalam duka dan suka tanpa pernah mengeluh. Demi
kasihku kepadamu, aku telah rela selalu makan kepala dan ekor
ikan emas selama 50 tahun ini. Tapi sungguh tak kusangka, di hari
istimewa ini engkau masih saja memberiku bagian yang sama.
Ketahuilah suamiku, itulah bagian yang paling tidak aku sukai.”
tutur sang isteri.
Pejabat senior terdiam dan terpana sesaat. Lalu dengan mata
berkaca-kaca pula, ia berkata kepada isterinya,” Isteriku yang
tercinta…50 tahun yang lalu saat aku masih miskin, kau bersedia
menjadi isteriku. Aku sungguh-sungguh bahagia dan sangat
mencintaimu. Sejak itu aku bersumpah pada diriku sendiri, bahwa
seumur hidup aku akan bekerja keras, membahagiakanmu,
membalas cinta kasih dan pengorbananmu.”
Sambil mengusap air matanya, pejabat senior itu melanjutkan,
“Demi Tuhan, setiap makan ikan emas, bagian yang paling aku
sukai adalah kepala dan ekornya. Tapi sejak kita menikah, aku rela
menyantap bagian tubuh ikan emas itu. Semua kulakukan demi
sumpahku untuk memberikan yang paling berharga buatmu.”
Sang pejabat terdiam sejenak, lalu ia melanjutkan lagi “Walaupun
telah hidup bersama selama 50 tahun dan selalu saling mencintai,
ternyata kita tidak cukup saling memahami. Maafkan saya, hingga
detik ini belum tahu bagaimana cara membuatmu bahagia.”
Akhirnya, sang pejabat memeluk isterinya dengan erat. Tamutamu
terhormat pun tersentuh hatinya melihat keharuan tadi dan
mereka kemudian bersulang untuk menghormati kedua
pasangan tersebut.
……………………
Arti cerita diatas:
Bisa saja, sepasang suami - isteri saling mencintai dan hidup
serumah selama bertahun-tahun lamanya. Tetapi jika di
antaranya tidak ada saling keterbukaan dalam komunikasi, maka
kemesraan mereka sesungguhnya rawan dengan konflik.
Kebiasaan memendam masalah itu cukup riskan karena seperti
menyimpan bom waktu dalam keluarga. Kalau perbedaan tetap
disimpan sebagai ganjalan dihati, tidak pernah dibiacarakan
secara tulus dan terbuka, dan ketidakpuasan terus
bermunculan, maka konflik akan semakin tak tertahankan dan
akhirnya bisa meledak. Jika keadaan sudah seperti ini, tentulah
luka yang ditimbulkan akan semakin dalam dan terasa lebih
menyakitkan.
Kita haruslah selalu membangun pola komunikasi yang terbuka
dengan dilandasi kasih, kejujuran, kesetiaan, kepercayaan,
pengertian dan kebiasaan berpikir positif
============================================
Ada Tetesan Setelah Tetesan Terakhir
Pasar malam dibuka di sebuah kota. Penduduk menyambutnya dengan gembira. Berbagai macam permainan, stand makanan dan pertunjukan diadakan. Salah satu yang paling istimewa adalah atraksi manusia kuat.
Begitu banyak orang setiap malam menyaksikan unjuk kekuatan otot manusia kuat ini. Manusia kuat ini mampu melengkungkan baja tebal hanya dengan tangan telanjang. Tinjunya dapat menghancurkan batu bata tebal hingga berkeping-keping.
Ia mengalahkan semua pria di kota itu dalam lomba panco. Namun setiap kali menutup pertunjukkannya ia hanya memeras sebuah jeruk dengan genggamannya. Ia memeras jeruk tersebut hingga ke tetes terakhir.
'Hingga tetes terakhir', pikirnya.
Manusia kuat lalu menantang para penonton: "Hadiah yang besar kami sediakan kepada barang siapa yang bisa memeras hingga keluar satu tetes saja air jeruk dari buah jeruk ini!"
Kemudian naiklah seorang lelaki, seorang yang atletis, ke atas panggung. Tangannya kekar. Ia memeras dan memeras... dan menekan sisa jeruk... tapi tak setetespun air jeruk keluar. Sepertinya seluruh isi jeruk itu sudah terperas habis. Ia gagal.
Beberapa pria kuat lainnya turut mencoba, tapi tak ada yang berhasil. Manusia kuat itu tersenyum-senyum sambil berkata : "Aku berikan satu kesempatan terakhir, siapa yang mau mencoba?"
Seorang wanita kurus setengah baya mengacungkan tangan dan meminta agar ia boleh mencoba. "Tentu saja boleh nyonya. Mari naik ke panggung." Walau dibayangi kegelian di hatinya, manusia kuat itu membimbing wanita itu naik ke atas pentas. Beberapa orang tergelak-gelak mengolok-olok wanita itu. Pria kuat lainnya saja gagal meneteskan setetes air dari potongan jeruk itu apalagi ibu kurus tua ini. Itulah yang ada di pikiran penonton.
Wanita itu lalu mengambil jeruk dan menggenggamnya. Semakin banyak penonton yang menertawakannya. Lalu wanita itu mencoba memegang sisa jeruk itu dengan penuh konsentrasi. Ia memegang sebelah pinggirnya, mengarahkan ampas jeruk ke arah tengah, demikian terus ia ulangi dengan sisi jeruk yang lain. Ia terus menekan serta memijit jeruk itu, hingga akhirnya memeras... dan "ting!" setetes air jeruk muncul terperas dan jatuh di atas meja panggung.
Penonton terdiam terperangah. Lalu cemoohan segera berubah menjadi tepuk tangan riuh.
Manusia kuat lalu memeluk wanita kurus itu, katanya, "Nyonya, aku sudah melakukan pertunjukkan semacam ini ratusan kali. Dan, banyak orang pernah mencobanya agar bisa membawa pulang hadiah uang yang aku tawarkan, tapi mereka semua gagal. Hanya Anda satu-satunya yang berhasil memenangkan hadiah itu.
Boleh aku tahu, bagaimana Anda bisa melakukan hal itu?"
"Begini," jawab wanita itu, "Aku adalah seorang janda yang ditinggal mati suamiku. Aku harus bekerja keras untuk mencari nafkah bagi hidup kelima anakku.
Jika engkau memiliki tanggungan beban seperti itu, engkau akan mengetahui bahwa selalu ada tetesan air walau itu di padang gurun sekalipun. Engkau juga akan
mengetahui jalan untuk menemukan tetesan itu. Jika hanya memeras setetes air jeruk dari ampas yang engkau buat, bukanlah hal yang sulit bagiku. Selalu ada tetesan setelah tetesan terakhir. Aku telah ratusan kali mengalami jalan buntu untuk semua masalah serta kebutuhan yang keluargaku perlukan. Namun hingga saat ini aku selalu menerima tetes berkat untuk hidup keluargaku. Aku percaya Tuhanku hidup dan aku percaya tetesan berkat-Nya tidak pernah kering, walau mata jasmaniku melihat semuanya telah kering. Aku punya alasan untuk menerima jalan keluar dari masalahku. Saat aku mencari, aku menerimanya karena ada pribadi yang mengasihiku.”
Bila Anda memiliki alasan yang cukup kuat, Anda akan menemukan jalannya, demikian kata seorang bijak. Seringkali kita tak kuat melakukan sesuatu karena tak memiliki alasan yang cukup kuat untuk menerima hal tersebut.
============================================
Tetap Setia
Mungkin kisah yang terjadi di kota Amman, Jordania, tergolong langka, unik sekaligus mengundang geli. Seorang pria Jordania yang bernama Bakr Melhem merasa kesepian karena hidup terpisah dengan istrinya yang berada di luar kota. Pria ini iseng-iseng “berselingkuh” dengan wanita lain dalam dunia maya melalui chatroom (ruang ngobrol) di internet. Setelah tiga bulan saling chatting, mereka benar-benar merasa cocok dan saling jatuh cinta. Bahkan sepasang kekasih di dunia maya ini berniat menikah. Mereka lantas membuat janji untuk bertemu di sebuah tempat. Namun saat mereka berdua bertemu, mereka terkejut dan terkesima. Bukannya apa-apa, tapi ternyata “wanita selingkuhan” di internet ini adalah istrinya sendiri. Kontan saja mereka berdua saling menuduh bahwa ia pasangan yang tidak setia. Rencana perkawinanpun batal dan sebaliknya mereka berdua sepakat untuk cerai karena satu sama lain tidak setia!
Kesetiaan memang menjadi barang langka bagi peradaban dunia modern ini. Begitu mudahnya seorang suami berselingkuh dengan wanita lain, sementara itu si istri juga tidak mau kalah dan segera mencari pria idaman lain (PIL). Ujung-ujungnya pun sudah bisa ditebak, mereka memutuskan untuk cerai. Yang menyedihkan, hal yang seperti ini tidak hanya terjadi di kalangan orang yang tidak kenal Tuhan, sebaliknya banyak orang Kristen juga bercerai karena tidak ada lagi kesetiaan.
Semua ketidaksetiaan ini biasanya dipicu oleh pendapat umum yang berkata bahwa rumput tetangga memang selalu terlihat lebih hijau dibandingkan dengan rumput di halaman kita sendiri. Terjebak dengan pandangan yang seperti ini membuat satu sama lain mengorbankan kesetiaan demi mendapatkan sesuatu yang lebih “hijau”, padahal kenyataannya tidak seperti itu.
Perbedaan pendapat memang kerap kali terjadi dan kekurangan-kekurangan pasangan kita memang akan semakin terlihat, tetapi itu bukan berarti melegalkan ketidaksetiaan kita. Justru di saat kita melihat ada kekurangan dan kelemahan di sana sini, tugas kitalah untuk menutup dan menjadi pelengkap baginya. Andaikata setiap orang punya pandangan seperti ini, tentu ketidaksetiaan dan perselingkuhan bisa ditekan sampai titik nol!
Tidak ada yang melegalkan ketidaksetiaan, termasuk kekurangan dan kelemahan pasangan kita
============================================
Teruslah Mengetuk
Ketika Kolonel Harland Sanders pensiun pada usia 65, ia tidak memiliki uang banyak untuk dirinya sendiri, kecuali mobil van tua, sebuah pensiun bulanan senile $ 105, dan resep masakan daging ayam.
Mengetahui bahwa ia tidak bisa hidup layak di usia pensiun dengan penghasilan segitu, ia mengambil resep ayam di tangan, duduk di belakang kemudi dari mobil van-nya, dan berangkat untuk membuat kekayaannya. Rencana pertamanya adalah untuk menjual resep ayam untuk pemilik restoran, yang pada gilirannya akan memberinya sisa untuk setiap potong ayam mereka jual - 5 sen per ayam. Kunjungan Restoran pertama yang ia tawari menolaknya.
Begitu pula yang kedua.
Begitu pula yang ketiga.
Bahkan, sampai yang ke 1008 . kunjungan Colonel Sanders berakhir dengan penolakan. Namun, ia terus melakukan penawaran ke pemilik rumah makan. Saat ia melakukan perjalanan melintasi Amerika Serikat, ia tidur di mobil untuk menghemat uang. Baru pada penawaran ke 1009 memberinya jawaban pertama "ya."
Setelah berjalan dua tahun , telah tercatat penjualan total di lima restoran. Kolonel masih terus berjuang, ia tahu bahwa ia mempunyai resep besar ayam goreng dan bahwa suatu hari nanti ide itu akan sukses.
Tentu saja, Anda tahu bagaimana akhir cerita. Gagasan tersebut sukses. Pada 1963, Kolonel memiliki 600 restoran di seluruh negeri yang menjual resep rahasia Kentucky Fried Chicken (dengan 11 bumbu dan rempah-rempah).
Pada tahun 1964 royalti resepnya dibeli oleh gubernur Kentucky John Brown. Meskipun penjualan resep ayam goring membuatnya multi-jutawan, ia telap melanjutkan untuk mewakili dan mempromosikan KFC sampai kematiannya pada tahun 1990.
Kisah Colonel Sanders mengajarkan pelajaran penting: yaitu tidak pernah terlalu terlambat untuk memutuskan dan tidak pernah menyerah.
Sebelumnya dalam hidupnya Kolonel terlibat dalam usaha-usaha bisnis lainnya - tapi semua gagal. Dia pernah punya usaha pompa bensin di usia30-an, sebuah usaha restoran di usia 40-an, dan dia gagal pada kedua usahanya. Namun Pada usia 65 tahun, Harland Sanders memutuskan resep ayamnya yang merupakan ide yang gemilang, dan ia menolak untuk menyerah, bahkan dalam penolakan berulang-ulang.
Dia tahu bahwa jika ia terus mengetuk pintu, akhirnya seseorang akan berkata "ya." Ini adalah bagaimana Tuhan telah memerintahkan dalam kehidupan. Dia berkata, "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu." , "Mintalah - tidak hanya sekali, tetapi sebanyak-banyaknya. Teruslah mengetok mengetuk sampai pintu dibuka."
Jika Anda saat ini bekerja dengan setengah hati dalam menjalankan Takdir Tuhan dalam hidup Anda ...dan jika Anda memiliki sifat terlalu mudah menyerah di masa lalu ...
ingat:
Tidak pernah terlalu terlambat untuk gigih berjuang. Tidak pernah terlalu terlambat memutuskan jangan pernah menyerah. Terus mengetuk. Terus bertanya. Teruslah mencari.
============================================
YA TUHANKU, KENAPA ENGKAU
TIDAK MENOLONGKU?
Ada seorang laki - laki yang tinggal di dekat sebuah
sungai. Bulan - bulan musim penghujan sudah
dimulai.
Hampir tidak ada hari tanpa hujan baik hujan rintik-rintik
maupun hujan lebat.
Pada suatu hari terjadi bencana di daerah tersebut. Karena hujan
turun deras agak berkepanjangan, permukaan sungai semakin
lama semakin naik, dan akhirnya terjadilah banjir.
Saat itu banjir sudah sampai ketinggian lutut orang dewasa.
Daerah tersebut pelan-pelan mulai terisolir. Orang - orang sudah
banyak yang mulai mengungsi dari daerah tersebut, takut kalau
permukaan air semakin tinggi.
Lain dengan orang-orang yang sudah mulai ribut mengungsi,
lelaki tersebut tampak tenang tinggal di rumah. Akhirnya
datanglah truk penyelamat berhenti di depan rumah lelaki
tersebut.
“Pak, cepat masuk ikut truk ini, nggak lama lagi banjir semakin
tinggi”, teriak salah satu regu penolong ke lelaki tersebut.
Si lelaki menjawab: “Tidak, terima kasih, anda terus saja
menolong yang lain. Saya pasti akan diselamatkan Tuhan. Saya
ini kan sangat rajin berdoa.”
Setelah beberapa kali membujuk tidak berhasil, akhirnya truk
tersebut melanjutkan perjalanan untuk menolong yang lain.
Permukaan air semakin tinggi. Ketinggian mulai mencapai 1.5
meter. Lelaki tersebut masih di rumah, duduk di atas almari.
Datanglah regu penolong dengan membawa perahu karet dan
berhenti di depan rumah lelaki tersebut.
“Pak, cepat kesini, naik perahu ini. Keadaan semakin tidak
terkendali. Kemungkinan air akan semakin meninggi.
Lagi-lagi laki-laki tersebut berkata: “ Terima kasih, tidak usah
menolong saya, saya orang yang beriman, saya yakin Tuhan akan
selamatkan saya dari keadaan ini.
Perahu dan regu penolongpun pergi tanpa dapat membawa
lelaki tersebut.
Perkiraan banjir semakin besar ternyata menjadi kenyatan.
Ketinggian air sudah sedemikian tinggi sehingga air sudah
hampir menenggelamkan rumah-rumah disitu. Lelaki itu
nampak di atas wuwungan rumahnya sambil terus berdoa.
Datanglah sebuah helikopter dan regu penolong. Regu
penolong melihat ada seorang laki-laki duduk di wuwungan
rumahnya. Mereka melempar tangga tali dari pesawat. Dari atas
terdengar suara dari megaphone: “ Pak, cepat pegang tali itu
dan naiklah kesini. “, tetapi lagi-lagi laki-laki tersebut menjawab
dengan berteriak: “Terima kasih, tapi anda tidak usah menolong
saya. Saya orang yang beriman dan rajin berdoa. Tuhan pasti
akan menyelamatkan saya”.
Ketinggian banjir semakin lama semakin naik, dan akhirnya
seluruh rumah di daerah tersebut sudah terendam seluruhnya.
Bagaimana nasib lelaki tersebut?
Lelaki tersebut akhirnya mati tenggelam.
Di akhirat dia dihadapkan pada Tuhan. Lelaki ini kemudian mulai
berbicara bernada protes: “Ya Tuhan, aku selalu berdoa padamu,
selalu ingat padamu, tapi kenapa aku tidak engkau selamatkan
dari banjir itu?”
Tuhan menjawab dengan singkat: “Aku selalu mendengar doa-doamu,
untuk itulah aku telah mengirimkan truk, kemudian
perahu dan terakhir pesawat helikopter. Tetapi kenapa kamu
tidak ikut salah satupun?
...............
Sebuah cerita menarik. Demikian juga dalam kehidupan kita,
kita bekerja dan selalu melakukan doa kepada Allah s.w.t. Dan
Allah sudah sering mengirimkan “truk”, “perahu”, dan “pesawat”
kepada kita, tapi kita tidak menyadarinya.
============================================
MAMPUKAH KITA MENCINTAI
TANPA SYARAT?
Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia
yang sudah senja bahkan sudah mendekati malam,
Pak Suyatno 58 tahun kesehariannya diisi dengan
merawat istrinya yang sakit istrinya juga sudah tua. mereka
menikah sudah lebih 32 tahun Mereka dikarunia 4 orang anak
di sinilah awal cobaan menerpa, setelah istrinya melahirkan anak
ke empat tiba-tiba kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan
itu terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ketiga seluruh
tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang
lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.
Setiap hari Pak Suyatno memandikan, membersihkan kotoran,
menyuapi, dan mengangkat istrinya ke atas tempat tidur.
Sebelum berangkat kerja dia letakkan istrinya didepan TV
supaya istrinya tidak merasa kesepian.
Walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu melihat istrinya
tersenyum, untunglah tempat usaha Pak Suyatno tidak begitu
jauh dari rumahnya sehingga siang hari dia pulang untuk
menyuapi istrinya makan siang. Sorenya dia pulang
memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib
dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apaapa
saja yang dia alami seharian.
Walaupun istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa
menanggapi, Pak Suyatno sudah cukup senang bahkan dia
selalu menggoda istrinya setiap berangkat tidur.
Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun,
dengan sabar dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan
ke empat buah hati mereka, sekarang anak-anak mereka sudah
dewasa tinggal si bungsu yg masih kuliah.
Pada suatu hari ke empat anak Suyatno berkumpul dirumah
orang tua mereka sambil menjenguk ibunya. Karena setelah
anak mereka menikah sudah tinggal dengan keluarga masingmasing
dan Pak Suyatno memutuskan ibu mereka dia yg
merawat, yang dia inginkan hanya satu semua anaknya berhasil.
Dengan kalimat yg cukup hati-hati anak yg sulung berkata “Pak
kami ingin sekali merawat ibu , semenjak kami kecil melihat
bapak merawat ibu tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari
bibir bapak.........bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu” .
Dengan air mata berlinang anak itu melanjutkan kata-katanya”
sudah yg keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah
lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak
menikmati masa tua bapak dengan berkorban seperti ini kami
sudah tidak tega melihat bapak, kami janji kami akan merawat
ibu sebaik-baik secara bergantian”.
Pak Suyatno menjawab hal yg sama sekali tidak diduga anak2
mereka.
“Anak-anakku ......... Jikalau perkawinan dan hidup didunia ini
hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah......tapi
ketahuilah dengan adanya ibu kalian disampingku itu sudah
lebih dari cukup, dia telah melahirkan kalian…sejenak
kerongkongannya tersekat,... kalian yg selalu kurindukan hadir
didunia ini dengan penuh cinta yg tidak satupun dapat
menghargai dengan apapun. coba kalian tanya ibumu apakah
dia menginginkan keadaanya seperti ini.
Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa
bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya sekarang,
kalian menginginkan bapak yg masih diberi Tuhan kesehatan
dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yg masih
sakit.”
Sejenak meledaklah tangis anak-anak Pak Suyatno. Merekapun
melihat butiran2 kecil jatuh dipelupuk mata Ibu Suyatno..
dengan pilu ditatapnya mata suami yg sangat dicintainya itu.
Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun
TV swasta untuk menjadi nara sumber dan merekapun
mengajukan pertanyaan kepada Suyatno
kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yg
sudah tidak bisa apa-apa.
disaat itulah meledak tangis beliau dengan tamu yg hadir di
studio. kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup
menahan haru
disitulah pak Suyatno bercerita;
***Jika manusia didunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam
perkawinannya, tetapi tidak mau memberi ( memberi waktu,
tenaga, pikiran, perhatian ) adalah kesia-siaan.
Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan
sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai
saya dengan hati dan batinnya bukan dengan mata, dan dia
memberi saya 4 orang anak yg lucu-lucu. Sekarang dia sakit
karena berkorban untuk cinta kita bersama…dan itu merupakan
ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk
mencintainya apa adanya, sehatpun belum tentu saya mencari
penggantinya apalagi dia sakit ***
============================================
SUMPAH SUCI ORANG SUCI
Seorang suci sedang bermeditasi di bawah sebuah
pohon pada pertemuan dua jalan. Meditasinya
terganggu seorang pemuda yang berlari dengan
panik ke arah jalan yang menuju dirinya.
“Tolonglah saya,” pemuda itu memohon. “Ada orang yang salah
menuduh, dikiranya saya mencuri. Ia mengejar saya bersama
banyak orang. Kalau mereka sampai menangkap saya, kedua
tangan saya akan dipotong.”
Pemuda itu kemudian memanjat pohon yang digunakan
pendeta itu untuk bermeditasi dan cepat bersembunyi di antara
dahan-dahannya, “ Tolong jangan katakan kepada mereka
dimana saya bersembunyi,” kata pemuda itu memelas. Pendeta
suci itu melihat dengan mata hatinya, bahwa si pemuda
memang tidak bersalah dan telah berkata sesungguhnya.
Beberapa menit kemudian datanglah sekelompok orang desa
dan pemimpinnya bertanya, “Bapak melihat pemuda yang
berlari ke arah sini?”
Berpuluh tahun sebelumnya pendeta itu pernah bersumpah
untuk selalu berkata jujur, jadi ia mengatakan telah melihat
pemuda itu.
“Kemana perginya?” kata si Kepala Desa itu tak sabar.
Pendeta itu sebenarnya tidak ingin mengkhianati pemuda,
namun sumpahnya telah menakutkannya. Ditunjuknya pohon
di atasnya. Penduduk desa beramai-ramai menyeret si pemuda
keluar dari sela-sela dahan dan memotong kedua tangannya.
Ketika pendeta itu mati, dia dibawa ke Mahkamah Agung Surga.
Ia dikutuk karena sikapnya terhadap pemuda tidak berdosa itu.
Tetapi, si pendeta protes, “saya telah bersumpah suci saya akan
selalu berkata jujur.”
Pengadilan itu berkata, “Namun hari itu kamu lebih mencintai
kebanggaan dari kebajikan. Bukan demi kebajikan kamu
menyerahkan pemuda itu kepada penuntutnya, namun kamu
semata-mata mempertahankan citra kosong tentang dirimu
sendiri sebagai orang ‘suci’.
Kebajikan manusia yang terbatas kerap memandu pemahaman
menjadi kekuatan yang memaksa kita untuk berbuat jahat...”
============================================
AYAM DAN BEBEK
Sepasang pengantin baru tengah berjalan
bergandengan tangan di sebuah Taman pada suatu
malam musim panas yang indah, seusai makan malam.
Mereka sedang menikmati kebersamaan yang menakjubkan
tatkala mereka Mendengar suara di kejauhan: “Kuek! Kuek!”
“Dengar,” kata si istri, “Itu pasti suara ayam.”
“Bukan, bukan. Itu suara bebek,” kata si suami.
“Nggak, aku yakin itu ayam,” si istri bersikeras.
“Mustahil. Suara ayam itu ‘kukuruyuuuk!’, bebek itu ‘kuek! Kuek!’
Itu bebek, Sayang,” kata si suami dengan disertai gejala-gejala
awal Kejengkelan.
“Kuek! Kuek!” terdengar lagi.
“Nah, tuh! Itu suara bebek,” kata si suami.
“Bukan, Sayang. Itu ayam. Aku yakin betul,” tandas si istri, sembari
Menghentakkan kaki.
“Dengar ya! Itu a... DA... Lah... Be... Bek, B-E-B-E-K. Bebek!
Mengerti?” si suami berkata dengan gusar. “Tapi itu ayam,” masih
saja si istri bersikeras.
“Itu jelas-jelas bue... Bek, kamu... Kamu....”
Terdengar lagi suara, “Kuek! Kuek!” sebelum si suami
mengatakan sesuatu Yang sebaiknya tak dikatakannya. Si istri
sudah hampir menangis, “Tapi itu ayam....”
Si suami melihat air Mata yang mengambang di pelupuk Mata
istrinya, Dan Akhirnya.... Wajahnya melembut Dan katanya
dengan mesra, “Maafkan aku, Sayang. Kurasa kamu benar. Itu
memang suara ayam kok.”
“Terima kasih, Sayang,” kata si istri sambil menggenggam
tangan Suaminya.
“Kuek! Kuek!” terdengar lagi suara di hutan, mengiringi mereka
berjalan Bersama dalam cinta.
…………..
Maksud dari cerita bahwa si suami akhirnya sadar adalah: siapa
sih yang Peduli itu ayam atau bebek? Yang lebih penting adalah
keharmonisan Mereka, yang membuat mereka dapat
menikmati kebersamaan pada malam yang Indah itu.
Berapa banyak pernikahan yang hancur hanya gara-gara
persoalan sepele?
Berapa banyak perceraian terjadi karena hal-hal “ayam atau
bebek”?
Ketika Kita memahami cerita tersebut, Kita akan ingat apa yang
menjadi Prioritas Kita. Pernikahan jauh lebih penting ketimbang
mencari siapa yang benar tentang apakah itu ayam atau bebek.
Lagi pula, betapa sering Kita merasa yakin, amat sangat mantap,
mutlak bahwa Kita benar, namun belakangan ternyata Kita salah?
Lho, siapa tahu? Mungkin saja itu adalah ayam yang direkayasa
genetik sehingga bersuara seperti bebek!
..............
============================================
TIGA PERTANYAAN
Ada seorang pemuda yang mencari seorang guru
agama, pemuka agama atau siapapun yang bisa
menjawab tiga pertanyaannya. Akhirnya sang
pemuda itu menemukan seorang bijaksana.
Pemuda (P) : Anda siapa? Bisakah menjawab pertanyaan-pertanyaan
saya?
Bijaksana (B) : Saya hamba Allah dan dengan izin-Nya saya akan
menjawab pertanyaan anda.
P : Anda yakin? Sedang profesor dan banyak orang pintar saja
tidak mampu menjawab pertanyaan saya.
B : Saya akan mencoba sejauh kemampuan saya.
P : Saya punya tiga buah pertanyaan.
1. Kalau memang Tuhan itu ada, tunjukkan wujud Tuhan kepada
saya.
2. Apakah yang dinamakan takdir?
3. Kalau setan diciptakan dari api kenapa dimasukkan ke neraka
yang terbuat dari api, tentu tidak menyakitkan buat setan,
sebab mereka memiliki unsur yang sama. Apakah Tuhan tidak
pernah berfikir sejauh itu?
Tiba-tiba sang orang bijaksana tersebut menampar pipi si
pemuda dengan keras.
P (sambil menahan sakit) : Kenapa anda marah kepada saya?
B : Saya tidak marah… Tamparan itu adalah jawaban saya atas
tiga buah pertanyaan yang Anda ajukan.
P : Saya sungguh-sungguh tidak mengerti.
B : Bagaimana rasanya tamparan saya?
P : Tentu saja saya merasa sakit.
B : Jadi anda percaya bahwa sakit itu ada?
P : Ya.
B : Tunjukkan pada saya wujud sakit itu!
P : Saya tidak bisa.
B : Itulah jawaban pertanyaan pertama. Kita semua merasakan
keberadaan Tuhan tanpa mampu melihat wujudNya
B : Apakah tadi malam Anda bermimpi akan ditampar oleh saya?
P : Tidak.
B : Apakah pernah terpikir oleh Anda akan menerima sebuah
tamparan dari saya hari ini?
P : Tidak.
B : Itulah yang dinamakan Takdir.
B : Terbuat dari apa tangan yang saya gunakan untuk menampar
anda?
P : Kulit.
B : Terbuat dari apa pipi anda?
P : Kulit.
B : Bagaimana rasanya tamparan saya?
P : Sakit
B : Walaupun setan dan neraka sama terbuat dari api, neraka
tetap menjadi tempat menyakitkan untuk setan.
============================================
TOKO SUAMI
Sebuah toko yang menjual suami baru saja dibuka di
kota New York dimana wanita dapat memilih suami.
Diantara instruksi-instruksi yang ada di pintu masuk
terdapat instruksi yang menunjukkan bagaimana aturan main
untuk masuk toko tersebut. “Kamu hanya dapat mengunjungi
toko ini SATU KALI” Toko tersebut terdiri dari 6 lantai dimana
setiap lantai akan menunjukkan sebuah calon kelompok suami.
Semakin tinggi lantainya, semakin tinggi pula nilai lelaki
tersebut. Bagaimanapun, ini adalah semacam jebakan. Kamu
dapat memilih lelaki di lantai tertentu atau lebih memilih ke
lantai berikutnya tetapi dengan syarat tidak bisa turun ke lantai
sebelumnya kecuali untuk keluar dari toko... Lalu, seorang wanita
pun pergi ke toko “suami” tersebut untuk mencari suami..
Di lantai 1 terdapat tulisan seperti ini : Lantai 1: Lelaki di lantai
ini memiliki pekerjaan dan taat pada Tuhan
Wanita itu tersenyum, kemudian dia naik ke lantai selanjutnya.
Di lantai 2 terdapat tulisan seperti ini: Lantai 2: Lelaki di lantai
ini memiliki pekerjaan, taat pada Tuhan, dan senang anak kecil
Kembali wanita itu naik ke lantai selanjutnya.
Di lantai 3 terdapat tulisan seperti ini : Lantai 3: Lelaki di lantai
ini memiliki pekerjaan, taat pada Tuhan, senang anak kecil dan
cakep banget.
“Wow”, tetapi pikirannya masih penasaran dan terus naik.
Lalu sampailah wanita itu di lantai 4 dan terdapat tulisan
Lantai 4 : Lelaki di lantai ini yang memiliki pekerjaan, taat pada
Tuhan, senang anak kecil, cakep banget dan suka membantu
pekerjaan rumah.
“Ya ampun !” Dia berseru, “Aku hampir tak percaya”
Dan dia tetap melanjutkan ke lantai 5 dan terdapat tulisan
seperti ini:
Lantai 5 : Lelaki di lantai ini memiliki pekerjaan, taat pada Tuhan,
senang anak kecil, cakep banget, suka membantu pekerjaan
rumah, dan memiliki rasa romantis.
Dia tergoda untuk berhenti tapi kemudian dia melangkah
kembali ke lantai 6 dan terdapat tulisan seperti ini:
Lantai 6 : Anda adalah pengunjung yang ke 4.363.012. Tidak
ada lelaki di lantai ini. Lantai ini hanya semata-mata bukti untuk
wanita yang tidak pernah puas.
Terima kasih telah berbelanja di toko “Suami”. Hati-hati ketika
keluar toko dan semoga hari yang indah buat anda.
====================================================================
PILIHAN SULIT
Silahkan pilih orang yang terpenting dalam sepanjang
hidupmu.
Disaat menuju jam-jam istirahat kelas, dosen
mengatakan pada mahasiswa dan mahasiswinya:
“Mari kita buat satu permainan, mohon bantu saya sebentar.”
Kemudian salah satu mahasiswi berjalan menuju pelataran
papan tulis.
DOSEN: Silahkan tulis 20 nama yang paling dekat dengan anda,
pada papan tulis.
Dalam sekejap sudah di tuliskan semuanya oleh mahasiswi
tersebut. Ada nama tetangganya, teman kantornya, orang
terkasih dan lain-lain.
DOSEN: Sekarang silahkan coret satu nama diantaranya yang
menurut anda paling tidak penting !
Mahasiswi itu lalu mencoret satu nama, nama tetangganya.
DOSEN: Silahkan coret satu lagi!
Kemudian mahasiswi itu mencoret satu nama teman kantornya
lagi.
DOSEN: Silahkan coret satu lagi !
Mahasiswi itu mencoret lagi satu nama dari papan tulis dan
seterusnya.
Sampai pada akhirnya di atas papan tulis hanya tersisa tiga
nama, yaitu nama orang tuanya, suaminya dan nama anaknya.
Dalam kelas tiba-tiba terasa begitu sunyi tanpa suara, semua
Mahasiswa dan mahasiswi tertuju memandang ke arah dosen,
dalam pikiran mereka (para mahasiswa atau mahasiswi) mengira
sudah selesai tidak ada lagi yang harus dipilih oleh mahasiswi
itu.
Tiba-tiba dosen memecahkan keheningan dengan berkata,
“Silahkan coret satu lagi!”
Dengan pelahan-lahan mahasiswi itu melakukan suatu pilihan
yang amat sangat sulit. Dia kemudian mengambil kapur tulis,
mencoret nama orang tuanya.
DOSEN: Silahkan coret satu lagi!
Hatinya menjadi binggung. Kemudian ia mengangkat kapur
tulis tinggi-tinggi. Lambat laun menetapkan dan mencoret
nama anaknya. Dalam sekejap waktu, terdengar suara isak
tangis, sepertinya sangat sedih.
Setelah suasana tenang, Dosen lalu bertanya, “Orang terkasihmu
bukannya Orang tuamu dan Anakmu? Orang tua yang
membesarkan anda, anak adalah anda yang melahirkan, sedang
suami itu bisa dicari lagi. Tapi mengapa anda berbalik lebih
memilih suami sebagai orang yang paling sulit untuk
dipisahkan?
Semua teman sekelas mengarah padanya, menunggu apa yang
akan di jawabnya.
Setelah agak tenang, kemudian pelahan-lahan ia berkata,
“Sesuai waktu yang berlalu, orang tua akan pergi dan
meninggalkan saya, sedang anak jika sudah besar setelah itu
menikah bisa meninggalkan saya juga, yang benar-benar bisa
menemani saya dalam hidup ini hanyalah suami saya.”
SEBENARNYA, KEHIDUPAN BAGAIKAN BAWANG BOMBAI, JIKA
DIKUPAS SESIUNG DEMI SESIUNG, ADA KALANYA KITA DAPAT
DIBUAT MENANGIS
=================================================================
ANGKA 0 DAN ANGKA 1
Cobalah sebutkan angka terbesar yang kita ketahui, dan
kalikanlah dengan angka Nol, kita akan mendapatkan
hasil selalu Nol.
Cobalah sebutkan angka terkecil yang kita ketahui, dan bagilah
dengan angka Nol, kita akan mendapatkan hasil tidak terhingga.
Sedang angka 1, berapapun angka yang kita sebutkan, dibagi
ataupun dikali hasilnya selalu sama dengan bilangan itu sendiri.
Angka Nol adalah representasi dari KEIKHLASAN. KEIKHLASAN
selalu membawa/ membuahkan KEBERKAHAN.
Angka Satu adalah representasi kebalikan dari KEIKHLASAN. Dan
KETIDAK IKHLASAN tidak pernah membawa keberkahan.
Manusia dengan kehidupannya, pada awalnya dan masa kanakkanaknya
berada pada posisi angka Nol. Semakin dewasa,
dengan segala pengalaman hidupnya dia akan bergerak naik
turun ke arah 1 atau ke arah 0.
Orang yang mengikuti hawa nafsunya, akan semakin mendekati
ke angka 1. Pada saat mencapai angka 1, dia akan menuhankan
dirinya. Dia akan merasa bahwa dunia sudah digenggamnya
dan itu atas usaha dan jerih payahnya. Tampak sekali
kesombongan selalu muncul dari tingkah lakunya.
Orang yang mampu mengendalikan hawa nafsunya, dia akan
bergerak ke arah Nol, menuju ke fitrahnya kembali. Orang
seperti ini selalu rendah hati (bukan rendah diri), selalu tawadlu,
berserah diri dan bertawakal, baik pada saat diberi kelebihan
maupun kekurangan.
Dari sisi rizki, orang yang berada pada angka 1, apabila misalnya
mendapatkan rizki Rp. 1.000.000,-, maka itulah uang yang
diperolehnya, tidak lebih dan tidak kurang. Nilai keberkahannya
adalah 1 juta rupiah dibagi 1 sama dengan 1 juta rupiah.
Orang yang berada pada angka 0, apabila misalnya
mendapatkan rizki Rp. 1.000.000,-, maka nilai keberkahannya
adalah tak terhingga. Berapapun rizki yang diperoleh, dia
mendapatkan rizki yang berkah tidak terhingga. Orang dengan
angka Nol ini derajat keikhlasannya sudah tertinggi, sehingga
berapapun yang diperoleh, selalu dapat mencukupi dirinya,
bahkan mampu menolong orang lain.
Orang dengan angka 0 hanya terdapat pada para Nabi.
Semakin ikhlas seseorang, semakin mendekat ke arah 0.
Misalnya 0.2, maka nilai keberkahannya adalah 1 Juta dibagi 0.2
= Rp 5.000.000,-
Sebaliknya, pada saat orang mendapatkan halangan dan
cobaan. Orang-orang yang ikhlas, yang memiliki angka 0,
berapapun bilangan halangan dan cobaannya, dikalikan dengan
0 akan sama dengan 0. Dia tidak pernah merasakan beban
apapun terhadap halangan dan cobaan yang menimpanya.
Sedangkan pada orang yang berbilangan 1, dia akan merasakan
sakit, stress dan bahkan sakit jiwa atau berputus asa, karena dia
selalu merasakan gejolak jiwa sesuai dengan besar dan kecilnya
cobaan.
Itulah keikhlasan yang terkait dengan keberkahan. Keikhlasan
adalah dari hati, dan hanya hati kita sendiri dan Allah saja yang
mengetahui.
Maka, seorang penjual es keliling yang menyumbangkan Rp
2.000,- ke kotak Masjid secara ikhlas, sangat jauh nilainya di
depan Allah dibanding dengan seorang Jutawan yang
menyumbangkan uang Rp 1 Juta ke kotak Masjid karena niat
yang lain.
Untuk itu, setiap manusia perlu mengupayakan kembali atau
mengarah ke titik Nol. Maka akan diperoleh ketenangan dan
kecukupan yang telah dijanjikan Allah.
=================================================
Seorang tua yang bijak ditanya oleh tamunya.
Tamu :"Sebenarnya apa itu perasaan 'bosan', pak tua?"
Pak Tua :
"Bosan adalah keadaan dimana pikiran menginginkan perubahan, mendambakan sesuatu yang baru, dan menginginkan berhentinya rutinitas hidup dan keadaan yang monoton dari waktu ke waktu."
Tamu :"Kenapa kita merasa bosan?"
Pak Tua :"Karena kita tidak pernah merasa puas dengan apa yang kita miliki."
Tamu :"Bagaimana menghilangkan kebosanan?"
Pak Tua : "Hanya ada satu cara, nikmatilah kebosanan itu, maka kita pun akan terbebas darinya."
Tamu :"Bagaimana mungkin bisa menikmati kebosanan?"
Pak Tua:"Bertanyalah pada dirimu sendiri: mengapa kamu tidak pernah bosan makan nasi yang sama rasanya setiap hari?"
Tamu :"Karena kita makan nasi dengan lauk dan sayur yang berbeda, Pak Tua."
Pak Tua :"Benar sekali, anakku, tambahkan sesuatu yang baru dalam rutinitasmu maka kebosanan pun akan hilang."
Tamu: "Bagaimana menambahkan hal baru dalam rutinitas?"
Pak Tua :
"Ubahlah caramu melakukan rutinitas itu. Kalau biasanya menulis sambil duduk, cobalah menulis sambil jongkok atau berbaring. Kalau biasanya membaca di kursi, cobalah membaca sambil berjalan-jalan atau meloncat-loncat. Kalau biasanya menelpon dengan tangan kanan, cobalah dengan tangan kiri atau dengan kaki kalau bisa. Dan seterusnya."
Lalu Tamu itu pun pergi.
Beberapa hari kemudian Tamu itu mengunjungi Pak Tua lagi.
Tamu :"Pak tua, saya sudah melakukan apa yang Anda sarankan, kenapa saya masih merasa bosan juga?"
Pak Tua :"Coba lakukan sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan."
Tamu :"Contohnya? "
Pak Tua :"Mainkan permainan yang paling kamu senangi di waktu kecil dulu."
Lalu Tamu itu pun pergi.
Beberapa minggu kemudian, Tamu itu datang lagi ke rumah Pak Tua.
Tamu :
"Pak tua, saya melakukan apa yang Anda sarankan. Di setiap waktu senggang saya bermain sepuas-puasnya semua permainan anak-anak yang saya senangi dulu. Dan keajaibanpun terjadi. Sampai sekarang saya tidak pernah merasa bosan lagi, meskipun di saat saya melakukan hal-hal yang dulu pernah saya anggap membosankan. Kenapa bisa demikian, Pak Tua?"
Sambil tersenyum Pak Tua berkata:
"Karena segala sesuatu sebenarnya berasal dari pikiranmu sendiri, anakku. Kebosanan itu pun berasal dari pikiranmu yang berpikir tentang kebosanan. Saya menyuruhmu bermain seperti anak kecil agar pikiranmu menjadi ceria. Sekarang kamu tidak merasa bosan lagi karena pikiranmu tentang keceriaan berhasil mengalahkan pikiranmu tentang kebosanan. Segala sesuatu berasal dari pikiran. Berpikir bosan menyebabkan kau bosan. Berpikir ceria menjadikan kamu ceria."
============================================
Ada seorang teman mengirimkan pesan. Bertanya kepada saya, apa makna kesulitan bagi anda? Kemudian saya menjelaskan kepadanya bahwa kesulitan adalah jalan menuju kebahagiaan. Jika kita mampu menyelesaikan setiap kesulitan hidup kita maka kita bisa menemukan kebahagiaan, itulah indahnya sebuah kesulitan, begitu jawab saya kepada teman itu.
Seorang Filsuf mengatakan bahwa setiap kali target ditingkatkan maka jalannya menjadi sulit, kendalanya banyak dan dibutuhkan waktu lebih lama. Jadi tingkat kesulitan berhubungan dengan tingkat target. Jika orang ingin sekedar senang dalam hidup, maka ia dapat mencari kesenangan instan, pergi ke tempat hiburan, berfoya-foya dan berpesta pora. Tetapi jika seseorang ingin meraih kebahagiaan, maka ia justeru harus siap menderita menghadapi kesulitan, melupakan kesenangan jangka pendek.
Kita sebagai makhluk yang didesain oleh Tuhan dengan sempurna, memiliki akal sebagai alat berfikir, hati sebagai alat memahami, nurani sebagai alat interospeksi, syahwat sebagai penggerak tingkah laku dan hawa nafsu sebagai tantangan. Kesemuanya itu dirancang untuk menghadapi medan kehidupan yang sulit. Dengan akal kita bisa memecahkan masalah yang sulit, dengan hati kita bisa menerima kenyataan yang pahit, dengan nurani kita bisa mundur selangkah demi memperbaiki diri, dengan syahwat membuat kita dinamis mencari dan dengan hawa nafsu kita menjadi tertantang untuk mampu mengendalkan diri.
Kita di satu sisi memang menyukai stabilitas dan kenyamanan hidup, tetapi di sisi lain kita juga menyukai kesulitan. Kita tidak selalu lari dari kesulitan, sebaliknya justeru menantang kesulitan. Jika dalam kehidupan sehari-hari hidup selalu stabil dan nyaman tanpa menjumpai kesulitan, maka dibuatlah stimulasi agar orang menaklukkan kesulitan buatan. Mahasiswa berlomba naik tebing buatan (wall climbing), pembalap mobil mencari medan berlumpur, yang berperahu mengikuti arum jeram, setiap agustusan orang ramai-ramai memanjat pohon pinang yang dilumuri olie, yang sudah punya dua kaki justeru berlomba lari dalam karung. Pokoknya banyak sekali kesulitan yang sengaja dibuat untuk ditaklukkan, mengapa? karena kita memang memiliki tabiat tertantang. Kesulitan buatan pada umumnya hanya melahirkan kesenangan, yakni senang menjadi juara, tetapi belum tentu sampai kepada kebahagiaan. Kesusahan biasanya menambahi kesulitan, tetapi tidak semua kesulitan membuat susah.
Adapun kebahagiaan biasanya merupakan buah dari ketabahan menghadapi kesulitan panjang yang bersifat alamiah dalam kehidupan. Misalnya, hakikat kebahagiaan hidup berumah tangga biasanya baru diperoleh setelah kakek nenek, yakni ketika menyaksikan anak cucu sebagai generasi penerusnya hidup sukses dan terhormat. Kake saya contohnya.
Kesulitan juga harus dibedakan antara analisa dan perasaan, antara kesulitan teknis dan merasa sulit. Ada hambatan yang menurut analisa teknis masuk kategori sangat sulit dan berat, tetapi ada orang yang memandangnya ringan-ringan saja. Kenapa? karena ia merasa tertantang untuk dapat menaklukkan kesulitan dan ia menyadari bahwa kesulitan itu merupakan proses mencapai kebahagiaan. Ia tidak merasa berat dan sulit ketika menghadapi kesulitan karena ia selalu membayangkan buah kebahagiaan yang akan dipetiknya, seperti seorang petani yang belepotan lumpur di sawah, ia tidak merasa risih dengan lumpur karena ia membayangkan panennya nanti. Sedangkan merasa sulit merupakan respon psikologis terhadap problem dan perasaan itu berhubungan dengan tingkat kapasitas kejiwaan yang bersangkutan.
Intinya segala kesulitan itu pasti berbuah hikmah karena jika kita bisa melewatinya kita pasti satu tingkat lebih kuat dari sebelumnya. Dan jika kedepan kita menemui kesulitan lagi kita akan berpikir " Kemarin aku bisa dan sekarang pun aku pasti bisa" (Optimisme+).
======================================
SUSAHNYA MEMAHAMI WANITA
Suatu malam, ketika sedang berjalan sepanjang
pelabuhan Ketapang Banyuwangi Jawa Timur, seorang
pria menemukan lampu tua yang diletakkan
di atas batu. Ketika ia mengambil dan menggosoknya, seorang
Jin mendadak muncul.
“Baik, cukup sudah!” bentak Jin itu.
“Ini keempat kalinya dalam bulan ini orang menggangguku!
Aku begitu marah sampai aku hanya akan memberimu satu
permintaan bukannya tiga! Jadi ayolah, ayo! Katakan apa yang
kau inginkan, dan jangan membuang waktuku seharian!.”
Orang itu berpikir cepat, kemudian berkata,
“Yah, aku selalu bermimpi pergi ke Bali, tetapi aku takut terbang
dan aku cenderung mabuk laut di atas kapal. Bagaimana kalau
kau buatkan aku jembatan ke Bali? Dengan begitu, aku bisa naik
mobil ke sana.” Jin itu tertawa.
“Jembatan ke Bali?! Kau pasti bercanda? Bagaimana aku bisa
mendapat penyangga yang sampai ke dasar Laut? Itu
membutuhkan terlalu banyak baja, dan sangat terlalu banyak
beton! itu sama sekali tidak bisa dilakukan! Pikirkan permintaan
lain!” Kecewa, pria itu berusaha keras untuk memikirkan
permintaan lain.
Akhirnya ia berkata,
“Baiklah, aku punya keinginan lain. Semua wanita dalam
hidupku berkata aku tidak peka. Aku berusaha dan berusaha
untuk menyenangkan mereka, tetapi tidak ada yang berhasil.
Aku tidak tahu di mana kesalahanku. Satu permintaanku adalah
untuk mengerti wanita... tahu bagaimana sebenarnya perasaan
mereka ketika mereka membisu padaku... tahu mengapa
mereka menangis ... tahu apa yang mereka inginkan ketika
mereka tidak memberitahu aku apa yang sebenarnya mereka
inginkan... aku ingin tahu apa yang membuat mereka benar-benar
bahagia.”
Sunyi sejenak, kemudian Jin itu berkata, “Kau mau jembatan itu
berjalur dua atau empat?”
………………………………………………………..
MORAL CERITA:
benarkah wanita begitu rumit untuk dipahami?
============================================
"Perbanyaklah mengingat sesuatu yang melenyapkan semua kelezatan, yaitu kematian!"
Berbahagialah manusia yang senantiasa bercermin dari kematian.
Tak ubahnya seperti guru yang baik, kematian memberikan banyak pelajaran, membingkai makna hidup, bahkan mengawasi alur kehidupan agar tak lari menyimpang.
Nilai-nilai pelajaran yang ingin diungkapkan guru kematian begitu banyak, menarik, bahkan menenteramkan. Di antaranya adalah apa yang mungkin sering kita rasakan dan lakukan.
1. Kematian mengingatkan bahwa waktu sangat berharga
Tak ada sesuatu pun buat seseorang yang mampu mengingatkan betapa berharganya nilai waktu selain kematian. Tak seorang pun tahu berapa lama lagi jatah waktu pentasnya di dunia ini akan berakhir. Sebagaimana tak seorang pun tahu di mana kematian akan menjemputnya.
Ketika seorang manusia melalaikan nilai waktu pada hakekatnya ia sedang menggiring dirinya kepada jurang kebinasaan. Karena tak ada satu detik pun waktu terlewat melainkan ajal kian mendekat.
Ketika jatah waktu terhamburkan sia-sia, dan ajal sudah di depan mata, tiba-tiba, lisan tergerak untuk mengatakan, "Ya Tuhan, mundurkan ajalku sedetik saja. Akan kugunakan itu untuk bertaubat dan mengejar ketinggalan." Tapi sayang, permohonan tinggallah permohonan. Dan kematian akan tetap datang tanpa ada perundingan.
2. Kematian mengingatkan bahwa kita bukan siapa-siapa
Kalau kehidupan dunia bisa diumpamakan dengan pentas sandiwara, maka kematian adalah akhir segala peran. Apa pun dan siapa pun peran yang telah dimainkan, ketika sutradara mengatakan 'habis', usai sudah permainan. Semua kembali kepada peran yang sebenarnya. Lalu, masih kurang patutkah kita dikatakan orang gila ketika bersikeras akan tetap selamanya menjadi tokoh yang kita perankan. Hingga kapan pun. Padahal, sandiwara sudah berakhir.
Sebagus-bagusnya peran yang kita mainkan, tak akan pernah melekat selamanya. Silakan kita bangga ketika dapat peran sebagai orang kaya. Silakan kita menangis ketika berperan sebagai orang miskin yang menderita. Tapi, bangga dan menangis itu bukan untuk selamanya. Semuanya akan berakhir. Dan, peran-peran itu akan dikembalikan kepada sang sutradara untuk dimasukkan kedalam laci-laci peran. Teramat naif kalau ada manusia yang berbangga dan yakin bahwa dia akan menjadi orang yang kaya dan berkuasa selamanya. Pun begitu, teramat naif kalau ada manusia yang merasa akan terus menderita selamanya. Semua berawal, dan juga akan berakhir. Dan akhir itu semua adalah KEMATIAN.
3. Kematian mengingatkan bahwa kita tak memiliki apa-apa
Tak ada satu benda pun yang bisa kita bawa ke liang kubur kecuali kain kafan atau peti mati. Siapa pun dia, kaya atau miskin, penguasa atau rakyat jelata, semuanya akan masuk lubang kubur bersama bungkusan kain kafan atau peti mati. Cuma itu. Itu pun masih bagus.
Karena, kita terlahir dengan tidak membawa apa-apa. Cuma tubuh kecil yang telanjang. Lalu, masih layakkah kita mengatas namakan kesuksesan diri ketika kita meraih keberhasilan. Masih patutkah kita membangga-banggakan harta dengan sebutan kepemilikan. Kita datang dengan tidak membawa apa-apa dan pergi pun bersama sesuatu yang tak berharga. Ternyata, semua hanya peran. Dan pemilik sebenarnya hanya Tuhan. Ketika peran usai, kepemilikan pun kembali kepada Tuhan. Lalu, dengan keadaan seperti itu, masihkah kita menyangkal bahwa kita bukan apa-apa. Dan, bukan siapa-siapa. Kecuali, hanya hamba Tuhan. Setelah itu, kehidupan pun berlalu melupakan peran yang pernah kita mainkan.
4. Kematian mengingatkan bahwa hidup sementara
Kejayaan dan kesuksesan kadang menghanyutkan anak manusia kepada sebuah khayalan bahwa ia akan hidup selamanya. Hingga kapan pun. Seolah ia ingin menyatakan kepada dunia bahwa tak satu pun yang mampu memisahkan antara dirinya dengan kenikmatan saat ini. Ketika sapaan kematian mulai datang berupa rambut yang beruban, tenaga yang kian berkurang, wajah yang makin keriput, barulah ia tersadar. Bahwa, segalanya akan berpisah. Dan pemisah kenikmatan itu bernama kematian. Hidup tak jauh dari siklus: awal, berkembang, dan kemudian berakhir.
5. Kematian mengingatkan bahwa hidup begitu berharga
Seorang hamba yang mengingat kematian akan senantiasa tersadar bahwa hidup teramat berharga. Hidup tak ubahnya seperti ladang pinjaman. Seorang petani yang cerdas akan memanfaatkan ladang itu dengan menanam tumbuhan yang berharga. Dengan sungguh-sungguh. Petani itu khawatir, ia tidak mendapat apa-apa ketika ladang harus dikembalikan. Dunia adalah ladang buat akhirat, Orang yang mencintai sesuatu takkan melewatkan sedetik pun waktunya untuk mengingat sesuatu itu. Termasuk, ketika kematian menjadi sesuatu yang paling diingat. Dengan memaknai kematian, berarti kita sedang menghargai arti kehidupan.
SELAMAT ULANG TAHUN KAWAN.... SEMOGA PENGURANGAN USIA INI TIDAK MENJADIKAN KITA MANUSIA YANG SOMBONG & ANGKUH.
===========================================
ku tuliskan surat ini atas nama rindu yang besarnya hanya Tuhan yang tahu.
Nak, menjadi ayah itu indah dan mulia. Besar kecemasanku menanti kelahiranmu dulu belum hilang hingga saat ini. Kecemasan yang indah karena ia didasari sebuah cinta. Sebuah cinta yang telah terasakan bahkan ketika yang dicintai belum sekalipun kutemui.
Nak, menjadi ayah itu mulia. Bacalah sejarah para filsuf & pujangga dan temukanlah betapa nasehat yang terbaik itu dicatat dari dialog seorang ayah dengan anak-anaknya.
Meskipun demikian, ketahuilah Nak, menjadi ayah itu berat dan sulit. Tapi kuakui, betapa sepanjang masa kehadiranmu di sisiku, aku seperti menemui keberadaanku, makna keberadaanmu, dan makna tugas kebapakanku terhadapmu. Sepanjang masa keberadaanmu adalah salah satu masa terindah dan paling aku banggakan di depan siapapun. Bahkan dihadapan Tuhan, ketika aku duduk berduaan berhadapan dengan Nya, hingga saat usia senja ini.
Nak, saat pertama engkau hadir, kucium dan kupeluk engkau sebagai buah cintaku dan ibumu. Sebagai bukti, bahwa aku dan ibumu tak lagi terpisahkan oleh apapun jua.
Tapi seiring waktu, ketika engkau suatu kali kau telah mampu berkata: "TIDAK", timbul kesadaranku siapa engkau sesungguhnya. Engkau bukan milikku, atau milik ibumu Nak. Engkau lahir bukan karena cintaku dan cinta ibumu. Engkau adalah milik Tuhan. Tak ada hakku menuntut pengabdian darimu. Karena pengabdianmu semata-mata seharusnya hanya untuk Tuhan.
Nak, sedih, pedih dan terhempaskan rasanya menyadari siapa sebenarnya aku dan siapa engkau. Dan dalam waktu panjang di malam-malam sepi, kusesali kesalahanku itu sepenuh-penuh air mata dihadapan Tuhan. Syukurlah, penyesalan itu mencerahkanku.
Sejak saat itu Nak, satu-satunya usahaku adalah mendekatkanmu kepada pemilikmu yang sebenarnya. Membuatmu senantiasa berusaha memenuhi keinginan pemilikmu. Melakukan segala sesuatu karena Nya, bukan karena kau dan ibumu. Tugasku bukan membuatmu dikagumi orang lain, tapi agar engkau dikagumi dan dicintai Tuhan.
Inilah usaha terberatku Nak, karena artinya aku harus lebih dulu memberi contoh kepadamu dekat dengan Tuhan. Keinginanku harus lebih dulu sesuai dengan keinginan Tuhan. Agar perjalananmu mendekati Nya tak lagi terlalu sulit.
Kemudian, kitapun memulai perjalanan itu , tak pernah engkau kuhindarkan dari kerikil tajam dan lumpur hitam. Aku cuma menggenggam jemarimu dan merapatkan jiwa kita satu sama lain. Agar dapat kau rasakan perjalanan ruhaniah yang sebenarnya.
Saat engkau mengeluh letih berjalan, kukuatkan engkau karena kita memang tak boleh berhenti. Perjalanan mengenal Tuhan tak kenal letih dan berhenti, Nak. Berhenti berarti mati, inilah kata-kataku tiap kali memeluk dan menghapus air matamu, ketika engkau hampir putus asa.
Akhirnya Nak, kalau nanti, ketika semua manusia dikumpulkan di hadapan Tuhan, kalau boleh aku berharap, aku ingin saat itu aku melihatmu dekat dengan Tuhan. Aku akan bangga Nak, karena itulah bukti bahwa semua titipanNya bisa kita kembalikan kepada pemilikNya.
Dari ayah yang senantiasa merindukanmu, air mata ini masih menetes saat akan kututup suratku ini nak. Semoga kalian berbahagia di dunia dan akhirat. Amiiiiiin....
I STILL LOVE YOU DAD WHAT EVER YOU ARE........ BUT IM SORY I CAN MAKE YOU HAPPY TO THIS DAY....
I LOVE YOU DAD...........
I LOVE YOU DAD...........
I LOVE YOU DAD...........
I LOVE YOU DAD...........
REALY I LOVE YOU..........
============================================================
Hareem Musashi May 29, 2010 at 4:29pm Reply • Report
Kau berkulit hitam, keriting, tinggi, bermata cokelat, tak pernah memilih terlahir dari rahim yang mana, dimana, dan dari etnis apa. Lalu, emosi, kesadaran, nalar dan rasamu tumbuh merambati pengalaman dan pengajaran yang menghampirimu. Bila lantas kau memilih untuk memeluk suatu agama. Itu pilihanmu. Itu hakmu.
Aku berkulit putih, rambut lurus, bermata hitam. Juga tidak pernah memilih terlahir dari rahim seorang bernama Khadijah, di sebuah kota tepian laut, dan dari keluarga dengan keyakinan Islam yang teguh. Maka, emosi, kesadaran, nalar, rasaku tumbuh merambati pengalaman dan pengajaran Islam yang menghampiriku. Bila lantas aku terbentuk dan terbangun menjadi seorang Musilm. Itu pilihanku. Itu keyakinanku. Dan, semua orang berhak memiliki keyakinannya masing-masing bukan?
Kau tak bisa memaksaku untuk menyerupaimu, aku pun begitu. Kita memiliki pilihan masing-masing. Kau boleh mengajakku, merayuku atau menggodaku, tetapi kau tak berhak memaksaku. Aku juga begitu. Dan, aku tidak akan pernah memaksamu untuk menjadi sepertiku. Kau adalah dirimu sendiri. Bagiku diriku sendiri, bagimu dirimu sendiri. Tak ada paksaan dalam menjadi seseorang dengan identitas tertentu, bukan?
Bila kita berbeda dalam beberapa hal, haruskan kita menyoalkannya? Berdebat atasnya? Bertarung atasnya? Memang, ada terlalu banyak perbedaan antara kau dan aku: kau berkulit hitam, aku berkulit putih. Kau Budhis & aku Muslim. Kau adalah dirimu dan aku adalah diriku. Haruskah kita memaksa untuk menjadi serupa?
Andai dunia ini serupa. Dunia ini tentu kesepian. Stagnan. Tak ada persilangan. Tak ada warna yang lain. Tak ada suara yang lain. Semua suara adalah bunyi yang sama. Setiap warna sama saja. Tak ada perbedaan. Jadi, tentu saja: tak ada harmoni. Monokrom. Membosankan, Bukan?
Tak ada yang mungkin untuk diserupakan sepenuhnya. Sebab keberagaman adalah salah satu wajah Tuhan yang menjadi manifestasi kesempurnaanya. Bila segalanya serupa, tentu meragukan bila kita harus menilai Tuhan sempurna. Dalam keserupaan tak ada kesempurnaan. Dalam ketaksempurnaan tak mungkin ada keagungan Tuhan.
Sekali lagi, tak ada yang mungkin untuk diserupakan sepenuhnya: bila kau pintar, aku bodoh, aku bisa mengejarmu dengan belajar, berguru atau bersekolah. Bila kau Kristiani aku Islam, aku bisa mempelajarinya dimana saja untuk memiliki pemahaman yang serupa pemahamanmu. Bila kau S2 aku S1, aku akan kuliah untuk jadi sama sepertimu, Namun bila kau Ambon, aku sunda, tak ada satu pun sekolah yang bisa kumasuki untuk mengubahnya, bukan? Segalanya tak mungkin diserupakan sepenuhnya. Begitu memang.
Perbedaan adalah rahmat Tuhan. Perbedaan adalah wajah kesempurnaannya. Sesungguhnya, Aku menciptakan kalian dari golongan laki-laki dan perempuan, dan menjadikanmu bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar kelak kamu akan saling mengenal, begitu kata Tuhanku berseru. Maka, perbedaan adalah modal, untuk saling mengenal, untuk saling memahami. Sebab bila segalanya sudah sama dan serupa, kata "perkenalan" tentu tak akan bermakna apa-apa.
Maka bila seseorang memaksamu untuk menjadi sama sepertinya, dengan mengatasnamakan agama dan Tuhanku, mari kukatakan kepadamu "ia benar-benar pembohong besar". Sebab tak ada paksaan dalam agamaku, seperti juga tak ada paksaan dalam agamamu. Bila seseorang memaksamu, memukulmu, menodongkan senjata kepadamu, katakanlah kepadanya Salam, Haleluya, Om shanti shanti om, Shalom... bukankah semua itu memiliki makna yang sama meski diucapkan dalam lidah yang berbeda?
Maka bila kita berbeda dalam banyak hal, mungkinkah perbedaan kita hanyalah perbedaan artifisial yang sesungguhnya tak berarti apa-apa? Sebab, kita tak pernah tahu, barangkali jauh sekali di dalam diri kita, kita memiliki keserupaan terdalam yang paling bermakna dihadapan Tuhan.
Bila bukan kemanusiaan kita, mungkin kemakhluk Tuhanan kita.
=================================================
Hareem Musashi May 29, 2010 at 4:29pm Reply • Report
Kau berkulit hitam, keriting, tinggi, bermata cokelat, tak pernah memilih terlahir dari rahim yang mana, dimana, dan dari etnis apa. Lalu, emosi, kesadaran, nalar dan rasamu tumbuh merambati pengalaman dan pengajaran yang menghampirimu. Bila lantas kau memilih untuk memeluk suatu agama. Itu pilihanmu. Itu hakmu.
Aku berkulit putih, rambut lurus, bermata hitam. Juga tidak pernah memilih terlahir dari rahim seorang bernama Khadijah, di sebuah kota tepian laut, dan dari keluarga dengan keyakinan Islam yang teguh. Maka, emosi, kesadaran, nalar, rasaku tumbuh merambati pengalaman dan pengajaran Islam yang menghampiriku. Bila lantas aku terbentuk dan terbangun menjadi seorang Musilm. Itu pilihanku. Itu keyakinanku. Dan, semua orang berhak memiliki keyakinannya masing-masing bukan?
Kau tak bisa memaksaku untuk menyerupaimu, aku pun begitu. Kita memiliki pilihan masing-masing. Kau boleh mengajakku, merayuku atau menggodaku, tetapi kau tak berhak memaksaku. Aku juga begitu. Dan, aku tidak akan pernah memaksamu untuk menjadi sepertiku. Kau adalah dirimu sendiri. Bagiku diriku sendiri, bagimu dirimu sendiri. Tak ada paksaan dalam menjadi seseorang dengan identitas tertentu, bukan?
Bila kita berbeda dalam beberapa hal, haruskan kita menyoalkannya? Berdebat atasnya? Bertarung atasnya? Memang, ada terlalu banyak perbedaan antara kau dan aku: kau berkulit hitam, aku berkulit putih. Kau Budhis & aku Muslim. Kau adalah dirimu dan aku adalah diriku. Haruskah kita memaksa untuk menjadi serupa?
Andai dunia ini serupa. Dunia ini tentu kesepian. Stagnan. Tak ada persilangan. Tak ada warna yang lain. Tak ada suara yang lain. Semua suara adalah bunyi yang sama. Setiap warna sama saja. Tak ada perbedaan. Jadi, tentu saja: tak ada harmoni. Monokrom. Membosankan, Bukan?
Tak ada yang mungkin untuk diserupakan sepenuhnya. Sebab keberagaman adalah salah satu wajah Tuhan yang menjadi manifestasi kesempurnaanya. Bila segalanya serupa, tentu meragukan bila kita harus menilai Tuhan sempurna. Dalam keserupaan tak ada kesempurnaan. Dalam ketaksempurnaan tak mungkin ada keagungan Tuhan.
Sekali lagi, tak ada yang mungkin untuk diserupakan sepenuhnya: bila kau pintar, aku bodoh, aku bisa mengejarmu dengan belajar, berguru atau bersekolah. Bila kau Kristiani aku Islam, aku bisa mempelajarinya dimana saja untuk memiliki pemahaman yang serupa pemahamanmu. Bila kau S2 aku S1, aku akan kuliah untuk jadi sama sepertimu, Namun bila kau Ambon, aku sunda, tak ada satu pun sekolah yang bisa kumasuki untuk mengubahnya, bukan? Segalanya tak mungkin diserupakan sepenuhnya. Begitu memang.
Perbedaan adalah rahmat Tuhan. Perbedaan adalah wajah kesempurnaannya. Sesungguhnya, Aku menciptakan kalian dari golongan laki-laki dan perempuan, dan menjadikanmu bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar kelak kamu akan saling mengenal, begitu kata Tuhanku berseru. Maka, perbedaan adalah modal, untuk saling mengenal, untuk saling memahami. Sebab bila segalanya sudah sama dan serupa, kata "perkenalan" tentu tak akan bermakna apa-apa.
Maka bila seseorang memaksamu untuk menjadi sama sepertinya, dengan mengatasnamakan agama dan Tuhanku, mari kukatakan kepadamu "ia benar-benar pembohong besar". Sebab tak ada paksaan dalam agamaku, seperti juga tak ada paksaan dalam agamamu. Bila seseorang memaksamu, memukulmu, menodongkan senjata kepadamu, katakanlah kepadanya Salam, Haleluya, Om shanti shanti om, Shalom... bukankah semua itu memiliki makna yang sama meski diucapkan dalam lidah yang berbeda?
Maka bila kita berbeda dalam banyak hal, mungkinkah perbedaan kita hanyalah perbedaan artifisial yang sesungguhnya tak berarti apa-apa? Sebab, kita tak pernah tahu, barangkali jauh sekali di dalam diri kita, kita memiliki keserupaan terdalam yang paling bermakna dihadapan Tuhan.
Bila bukan kemanusiaan kita, mungkin kemakhluk Tuhanan kita.
====================================================
Pada suatu ketika, di sebuah taman kecil ada seorang kakek. Di dekat kaket tersebut terdapat beberapa anak yang sedang asyik bermain pasir, membentuk lingkaran. Kakek itu lalu menghampiri mereka, dan berkata:
“Siapa diantara kalian yang mau uang Rp. 50.000!!” Semua anak itu terhenti bermain dan serempak mengacungkan tangan sambil memasang muka manis penuh senyum dan harap. Kakek lalu berkata, “Kakek akan memberikan uang ini, setelah kalian semua melihat ini dulu.”
Kakek tersebut lalu meremas-remas uang itu hingga lusuh. Di remasnya terus hingga beberapa saat. Ia lalu kembali bertanya “Siapa yang masih mau dengan uang ini lusuh ini?” Anak-anak itu tetap bersemangat mengacungkan tangan.
“Tapi,, kalau kakek injak bagaimana? “. Lalu, kakek itu menjatuhkan uang itu ke pasir dan menginjaknya dengan sepatu. Di pijak dan di tekannya dengan keras uang itu hingga kotor. Beberapa saat, Ia lalu mengambil kembali uang itu. Dan kakek kembali bertanya: “Siapa yang masih mau uang ini?”
Tetap saja. Anak-anak itu mengacungkan jari mereka. Bahkan hingga mengundang perhatian setiap orang. Kini hampir semua yang ada di taman itu mengacungkan tangan. :)
***
Sahabat C & M, cerita diatas sangatlah sederhana. Namun kita dapat belajar sesuatu yang sangat berharga dari cerita itu. Apapun yang dilakukan oleh si Kakek, semua anak akan tetap menginginkan uang itu, Kenapa? karena tindakan kakek itu tak akan mengurangi nilai dari uang yang di hadiahkan. Uang itu tetap berharga Rp. 50.000
Seringkali, dalam hidup ini, kita merasa lusuh, kotor, tertekan, tidak berarti, terinjak, tak kuasa atas apa yang terjadi pada sekeliling kita, atas segala keputusan yang telah kita ambil, kita merasa rapuh. Kita juga kerap mengeluh atas semua ujian yang di berikan-Nya. Kita seringkali merasa tak berguna, tak berharga di mata orang lain. Kita merasa di sepelekan, di acuhkan dan tak dipedulikan oleh keluarga, teman, bahkan oleh lingkungan kita.
Namun, percayalah, apapun yang terjadi, atau *bakal terjadi*, kita tak akan pernah kehilangan nilai kita di mata Sang Pencipta. Bagi-Nya, lusuh, kotor, tertekan, ternoda, selalu ada saat untuk ampunan dan maaf.
Kita tetap tak ternilai di mata Sang Pencipta.
Nilai dari diri kita, tidak timbul dari apa yang kita sandang, atau dari apa yang kita dapat. Nilai diri kita, akan dinilai dari akhlak dan perangai kita. Tingkah laku kita. seberapapun kita diinjak oleh ketidak adilan, kita akan tetap diperebutkan, kalau kita tetap konsisten menjaga sikap kita.
Sahabat, akhlak ialah bunga kehidupan kita. Merupakan seberapa bernilainya manusia. Dengan akhlak, rasa sayang dan senang akan selalu mengikuti kita, dan merupakan modal hidup.
Orang yang tidak mempunyai akhlak, meskipun ia berharta, tidak ada nilainya. Meskipun dia cantik, tapi jika sikapnya buruk dan tiada berakhlak, maka kecantikannya tiada berguna baginya. Begitu pula dengan orang yang berpangkat tinggi, tanpa akhlak, dia menjadi orang yang dibenci.
=============================================
Suatu hari diadakan sebuah lomba menyebrangi air terjun yg curam dan dalam, para peserta diharuskam menyebrang dengan menggunakan tali baja dan sebatang tali pengaman. Sejak lomba dimulai ada banyak peserta yang gagal menyebrang. Akan tetapi ada seorang peserta laki-laki dengan segala kemampuan, konsentrasi dan motivasi yang tunggi pada akhirnya dia berhasil menyebrang air terjun dan di anugrahi medali kehormatan.
Tidak lama kemudian, peserta ini didaulat kembali untuk menyebrang ke tempat asal untuk membuktikan bahwa kemenanganya bukanlah karena factor keberuntungan. Laki-laki itupun bersedia menyebrang kembali tapi sebelum dia menyebrang dia bertanya terlebih dahulu pada semua penonton yang hadir disana
“ saya akan kembali menyebrang lagi, tapi apakah kalian PERCAYA saya bisa melakukannya ??
Serentak penonton menjawab “ ya, saya percaya “
Kemudian laki2 itu kembali berkata “ jika memang kalian percaya saya bias menyebrangi air terjun itu, maka siapakah diantara kalian yg mau ikut dengan saya untuk menyebrangi air terjun itu ??? kalian jangan takut saya akan menuntun kalian untuk menyebranginya”
Hingga beberapa kali laki-laki itu menawarkan ajakannya, namun tak ada satupun diantara penonton yg menjawab dan mau ikut menyebrang. Tiba-tiba seorang anak kecil muncul ditengan kerumunan dan berkata “ saya mau ikut menyebrang”
Akhirnya perjalananpun dimulai, laki2 itu dengan sangat hati menuntun anak kecil tadi untuk menyebrangi air terjun, dengan penuh perjuangan akhirnya laki2 dan anak kecil itu berhasil menyebrangi air terjun. Kini para penonton mulai mengalihkan perhatian kepada anak kecil yg mau ikut menyebrang dan ada diantara penonton yang bertanya kepada anak kecil itu
“ nak, kenapa kamu mau ikut menyebrang dengan laki2 itu ??? apa kamu tidak takut terjatuh ??
Lalu anak kecil itu menjawab “ karena laki2 itu adalah AYAH SAYA“
Terdapat PERBEDAAN antara PERCAYA denagn MEMPERCAYAKAN. Sikap penonton dalam cerita diatas adalah lambang dari rasa PERCAYA, sedangkan keikutsertaan anak itu dalam menyebrangi air terjun adalak MEMPERCAYAKAN.
Terkadang manusia berada pada tingkat PERCAYA pada sangpencipta, namun tidak bersedia secara total MEMPERCAYAKAN hidup dalam iman kedapaNYA. Seorang istri/ suami percaya bahwa istri atau suaminya tidak selingkuh tapi tidak mempercayakan keyakinanya itu akibatnya timbul cemburu dan curiga yg berlebihan.
Jika hidup itu hanya sekedar percaya berarti menunjukan penyerahan diri yang tidak lengkap terhadap apa yg kita percaya. Hidup sekedar percaya tidak menuntut komitmen penuh namun “PERCAYA” merupakan langkah awal sebelum masuk pada tahap “MEMPERCAYAKAN”
Kita mengetahui siapa yang kita percayai namun hidup yang mempercayaha bukan berarti menyerah secra total dan pasrah tanpa usaha dan melihat realitas yg ada.
Dalam kehidupan keagamaan, mempercayakan diri kepada sang pencipta berarti sadar bahwa Dia maha kauasa dan maha tau serta maha besar. Mempercayakan diri kepada sang pencipta berarti mengenal dia melalui kehidupan ibadah yang baik, membaca kitab suci, beramal kepada sesame, dll. Kadang kita percaya akan kebesaran sang pencipta tapi kita tidak mempercayakan secara total kehidupa kita kepada sang pencipta sehingga kadang kita merasa khawatir dalam menghadapi sebuah masalah besar.
Jika kita PERCAYA dengan kebesaran sang pencipta maka sudah seharusnya kita MEMPERCAYAKAN secara total segala yg terjadi dalam kehidupan kita hanya kepadaNYA Karena kita tau dan mengenal siapa yang kita percayai.
Kita percaya TAKDIR Tuhan selalu baik bagi umatnya maka sudah seharusnya kita MEMPERCAYAKAN segalanya kepada sipemilik takdir…
Semoga cerita diatas bermanfaat bagi kita semua.....
============================================
Suatu hari diadakan sebuah lomba menyebrangi air terjun yg curam dan dalam, para peserta diharuskam menyebrang dengan menggunakan tali baja dan sebatang tali pengaman. Sejak lomba dimulai ada banyak peserta yang gagal menyebrang. Akan tetapi ada seorang peserta laki-laki dengan segala kemampuan, konsentrasi dan motivasi yang tunggi pada akhirnya dia berhasil menyebrang air terjun dan di anugrahi medali kehormatan.
Tidak lama kemudian, peserta ini didaulat kembali untuk menyebrang ke tempat asal untuk membuktikan bahwa kemenanganya bukanlah karena factor keberuntungan. Laki-laki itupun bersedia menyebrang kembali tapi sebelum dia menyebrang dia bertanya terlebih dahulu pada semua penonton yang hadir disana
“ saya akan kembali menyebrang lagi, tapi apakah kalian PERCAYA saya bisa melakukannya ??
Serentak penonton menjawab “ ya, saya percaya “
Kemudian laki2 itu kembali berkata “ jika memang kalian percaya saya bias menyebrangi air terjun itu, maka siapakah diantara kalian yg mau ikut dengan saya untuk menyebrangi air terjun itu ??? kalian jangan takut saya akan menuntun kalian untuk menyebranginya”
Hingga beberapa kali laki-laki itu menawarkan ajakannya, namun tak ada satupun diantara penonton yg menjawab dan mau ikut menyebrang. Tiba-tiba seorang anak kecil muncul ditengan kerumunan dan berkata “ saya mau ikut menyebrang”
Akhirnya perjalananpun dimulai, laki2 itu dengan sangat hati menuntun anak kecil tadi untuk menyebrangi air terjun, dengan penuh perjuangan akhirnya laki2 dan anak kecil itu berhasil menyebrangi air terjun. Kini para penonton mulai mengalihkan perhatian kepada anak kecil yg mau ikut menyebrang dan ada diantara penonton yang bertanya kepada anak kecil itu
“ nak, kenapa kamu mau ikut menyebrang dengan laki2 itu ??? apa kamu tidak takut terjatuh ??
Lalu anak kecil itu menjawab “ karena laki2 itu adalah AYAH SAYA“
Terdapat PERBEDAAN antara PERCAYA denagn MEMPERCAYAKAN. Sikap penonton dalam cerita diatas adalah lambang dari rasa PERCAYA, sedangkan keikutsertaan anak itu dalam menyebrangi air terjun adalak MEMPERCAYAKAN.
Terkadang manusia berada pada tingkat PERCAYA pada sangpencipta, namun tidak bersedia secara total MEMPERCAYAKAN hidup dalam iman kedapaNYA. Seorang istri/ suami percaya bahwa istri atau suaminya tidak selingkuh tapi tidak mempercayakan keyakinanya itu akibatnya timbul cemburu dan curiga yg berlebihan.
Jika hidup itu hanya sekedar percaya berarti menunjukan penyerahan diri yang tidak lengkap terhadap apa yg kita percaya. Hidup sekedar percaya tidak menuntut komitmen penuh namun “PERCAYA” merupakan langkah awal sebelum masuk pada tahap “MEMPERCAYAKAN”
Kita mengetahui siapa yang kita percayai namun hidup yang mempercayaha bukan berarti menyerah secra total dan pasrah tanpa usaha dan melihat realitas yg ada.
Dalam kehidupan keagamaan, mempercayakan diri kepada sang pencipta berarti sadar bahwa Dia maha kauasa dan maha tau serta maha besar. Mempercayakan diri kepada sang pencipta berarti mengenal dia melalui kehidupan ibadah yang baik, membaca kitab suci, beramal kepada sesame, dll. Kadang kita percaya akan kebesaran sang pencipta tapi kita tidak mempercayakan secara total kehidupa kita kepada sang pencipta sehingga kadang kita merasa khawatir dalam menghadapi sebuah masalah besar.
Jika kita PERCAYA dengan kebesaran sang pencipta maka sudah seharusnya kita MEMPERCAYAKAN secara total segala yg terjadi dalam kehidupan kita hanya kepadaNYA Karena kita tau dan mengenal siapa yang kita percayai.
Kita percaya TAKDIR Tuhan selalu baik bagi umatnya maka sudah seharusnya kita MEMPERCAYAKAN segalanya kepada sipemilik takdir…
Semoga cerita diatas bermanfaat bagi kita semua.....
=========================================
Aku mulai dengan membahas tentang Cinta :
Pernahkan mendengar tentang kata-kata rugi di dalam suatu hubungan. Apakah dalam cinta ada kata rugi ataupun untung (bati)? Jikalau dua orang menjalin suatu hubungan, adakah yang dirugikan atau diuntungkan dalam konteks perasaan? Jika menurutku kata sakit, bahagia itu ada tapi aku ragu untuk mengatakan bahwa dalam cinta itu ada kata untung-rugi.
Tapi kita sering mendengar untung rugi dalam suatu hubungan dalam konteks materi juga seksualitas. Contohnya, beberapa kawan kita mengatakan betapa ruginya kita tidak memanfaatkan materi, pengaruh, kekuasaan yang pacar kita punya. Setelah kita putus ma pacar kita tapi kita tidak mendapat sesuatu atau pernah melakukan sesuatu bisa jadi merupakan suatu untung-rugi. Untung bagi pihak satu dan rugi bagi pihak lainnya.
Dalam hal seks misalnya (buat cowo), kita dianggap rugi jikalau kita belum menidurinya. Atau kita dirugikan karena dia belum menjadi suami kita tapi sudah meniduri kita lalu meninggalkan kita begitu saja (buat cewe). Hal-hal seperti itu sudah berkembang sejak jaman dulu. Tapi, emang sekarang lebih terbuka saja.
Lalu jadi timbul pertanyaan, apakah suatu hubungan hanya berisi tidur dan seks? Walaupun banyak hubungan yang berakhir hanya karena seks. Apakah kita bercinta dengan materi bukan orang yang memiliki materi tersebut? Walaupun banyak hubungan yang berakhir karena masalah materi.
Bagaimanakah parameter sesungguhnya? Apakah itu dinilai dari fisik (paras rupawan, body montok tinggi semampai)? Walaupun banyak orang berfisik baik namun ditinggalkan oleh kekasihnya ntah karena seks yang tidak memuaskan, tidak bermateri yang berlebih, atau juga attitude yang tidak bisa diterima. Wah, ternyata sangat kompleks dan bersinergi. Inilah manusia yang kehidupannya selalu kompleks dan selalu ada sudut pandang yang berbeda. Dan semua pertanyaan ini mempunyai jawaban yang pastinya berbeda-beda.
Jikalau sudah demikian, apakah kita mau untuk dirugikan dalam suatu hubungan? Saya yakin setiap orang akan menolak. Apakah kita mau diuntungkan dalam menjalin suatu hubungan? Pastinya akan mengangguk tanda setuju. Namun, kenapa kita tidak mencoba membangun suatu hubungan yang saling menguntungkan? Kata saling menguntungkan berbeda arti dengan saling memanfaatkan untuk mencapai keuntungan masing-masing. Memanfaatkan orang lain (walaupun itu pasangan kita) menjadi suatu fenomena yang lazim dalam kehidupan kita sehari-hari dalam gaya hidup yang semakin individualis.
Simpelnya, misalnya saya mempunyai pacar yang tampan dan pinter. Maka, setelah kami resmi pacaran saya diuntungkan dengan adanya dia dalam mengerjakan tugas-tugas saya. Juga dengan tubuhnya yang menghangatkan saya (dia juga diuntungkan dalam hal ini). Dan dia yang diuntungkan dengan adanya ojek/supir yang setia menunggu berjam-jam di salon kecantikan, ada donatur yang siap membiayai keinginannya (bukan kebutuhannya), dll.
Toh, tapi kita ternyata tidak pernah berpikir secara matematis berapa jika dinominalkan. Itu dikarenakan kita iklas. Dan memang tidak berniat untuk meminta kembali nominal tersebut. Jadi, sekarang kembali pada realitas. Kita sudah mengakhiri hubungan dan berpisah. Namun, kenapa masih memikirkan kita diuntungkan atau dirugikan jika pada saat kita menjalani suatu hubungan kita merasa semua itu ikhlas?
Ikhlaskan saja jika dia meninggalkan kita. Kita tidak dirugikan. Jikalau kita merasa rugi, itu adalah kerugian yang dilakukan oleh kita sendiri akibat kebodohan kita sendiri dan cuma perasaan kita sendiri. Buang jauh rasa rugi itu.
Maafkanlah orang itu dan saatnya berubah. Hubungan yang telah berakhir harusnya dapat memberikan kita keuntungan tentang pengetahuan dan pengalaman tentang bagaimana menjalin suatu hubungan yang baik di masa depan. Kancingkan baju, pasang dan ikat sepatumu lalu tegakkanlah badanmu. Berlarilah dan tatap hari-harimu dengan semangat.
HILANGNYA CINTA TAK MENGHANCURKAN DUNIA KITA.
Pernahkan mendengar tentang kata-kata rugi di dalam suatu hubungan. Apakah dalam cinta ada kata rugi ataupun untung (bati)? Jikalau dua orang menjalin suatu hubungan, adakah yang dirugikan atau diuntungkan dalam konteks perasaan? Jika menurutku kata sakit, bahagia itu ada tapi aku ragu untuk mengatakan bahwa dalam cinta itu ada kata untung-rugi.
Tapi kita sering mendengar untung rugi dalam suatu hubungan dalam konteks materi juga seksualitas. Contohnya, beberapa kawan kita mengatakan betapa ruginya kita tidak memanfaatkan materi, pengaruh, kekuasaan yang pacar kita punya. Setelah kita putus ma pacar kita tapi kita tidak mendapat sesuatu atau pernah melakukan sesuatu bisa jadi merupakan suatu untung-rugi. Untung bagi pihak satu dan rugi bagi pihak lainnya.
Dalam hal seks misalnya (buat cowo), kita dianggap rugi jikalau kita belum menidurinya. Atau kita dirugikan karena dia belum menjadi suami kita tapi sudah meniduri kita lalu meninggalkan kita begitu saja (buat cewe). Hal-hal seperti itu sudah berkembang sejak jaman dulu. Tapi, emang sekarang lebih terbuka saja.
Lalu jadi timbul pertanyaan, apakah suatu hubungan hanya berisi tidur dan seks? Walaupun banyak hubungan yang berakhir hanya karena seks. Apakah kita bercinta dengan materi bukan orang yang memiliki materi tersebut? Walaupun banyak hubungan yang berakhir karena masalah materi.
Bagaimanakah parameter sesungguhnya? Apakah itu dinilai dari fisik (paras rupawan, body montok tinggi semampai)? Walaupun banyak orang berfisik baik namun ditinggalkan oleh kekasihnya ntah karena seks yang tidak memuaskan, tidak bermateri yang berlebih, atau juga attitude yang tidak bisa diterima. Wah, ternyata sangat kompleks dan bersinergi. Inilah manusia yang kehidupannya selalu kompleks dan selalu ada sudut pandang yang berbeda. Dan semua pertanyaan ini mempunyai jawaban yang pastinya berbeda-beda.
Jikalau sudah demikian, apakah kita mau untuk dirugikan dalam suatu hubungan? Saya yakin setiap orang akan menolak. Apakah kita mau diuntungkan dalam menjalin suatu hubungan? Pastinya akan mengangguk tanda setuju. Namun, kenapa kita tidak mencoba membangun suatu hubungan yang saling menguntungkan? Kata saling menguntungkan berbeda arti dengan saling memanfaatkan untuk mencapai keuntungan masing-masing. Memanfaatkan orang lain (walaupun itu pasangan kita) menjadi suatu fenomena yang lazim dalam kehidupan kita sehari-hari dalam gaya hidup yang semakin individualis.
Simpelnya, misalnya saya mempunyai pacar yang tampan dan pinter. Maka, setelah kami resmi pacaran saya diuntungkan dengan adanya dia dalam mengerjakan tugas-tugas saya. Juga dengan tubuhnya yang menghangatkan saya (dia juga diuntungkan dalam hal ini). Dan dia yang diuntungkan dengan adanya ojek/supir yang setia menunggu berjam-jam di salon kecantikan, ada donatur yang siap membiayai keinginannya (bukan kebutuhannya), dll.
Toh, tapi kita ternyata tidak pernah berpikir secara matematis berapa jika dinominalkan. Itu dikarenakan kita iklas. Dan memang tidak berniat untuk meminta kembali nominal tersebut. Jadi, sekarang kembali pada realitas. Kita sudah mengakhiri hubungan dan berpisah. Namun, kenapa masih memikirkan kita diuntungkan atau dirugikan jika pada saat kita menjalani suatu hubungan kita merasa semua itu ikhlas?
Ikhlaskan saja jika dia meninggalkan kita. Kita tidak dirugikan. Jikalau kita merasa rugi, itu adalah kerugian yang dilakukan oleh kita sendiri akibat kebodohan kita sendiri dan cuma perasaan kita sendiri. Buang jauh rasa rugi itu.
Maafkanlah orang itu dan saatnya berubah. Hubungan yang telah berakhir harusnya dapat memberikan kita keuntungan tentang pengetahuan dan pengalaman tentang bagaimana menjalin suatu hubungan yang baik di masa depan. Kancingkan baju, pasang dan ikat sepatumu lalu tegakkanlah badanmu. Berlarilah dan tatap hari-harimu dengan semangat.
HILANGNYA CINTA TAK MENGHANCURKAN DUNIA KITA.
==========================================
Setiap manusia yang hidup di dunia ini pasti pernah merasakan bagaimana rasanya sakit hati, seperti cintanya di tolak oleh orang yang mungkin paling di sayanginya, putus cinta (broken heart)--- {ini yang sering terjadi di kalangan muda}, adanya permasalahan dengan rekan kerja atau atasan kita karena ucapan dan perbuatannya yang mungkin membuat hati kita sakit atau dengan kata lain "menjengkelkan", dan lain sebagainya.
Berikut ini, saya berikan tips-tips yang dapat mengobati sakit hati tersebut:
1. Jangan terlalu memikirkan masalah tersebut
Daripada kita selalu memikirkan masalah itu, lebih baik kita perbanyak teman kemudian adakanlah reuni dengan teman lama atau teman baru kita, sehingga kita tidak memikirkan orang yang telah membuat sakit hati kita. Belum tentu juga, dia yang telah menyakiti hati kita merasa telah membuat kita sakit hati. Daripada kita tambah sakit hati lebih baik kita happy - happy dengan teman - teman kita... (begitu lebih baik bukan)..
2. Bagi yang muslim, sebaiknya mendekatkan diri kepada Allah SWT
Bisa di lakukan dengan cara membaca al-qur'an, menghafal ayat-ayat al-qur'an, bersedekah untuk fakir miskin (anak yatim ,dll) agar kita bisa mendekatkan diri kepada Allah, karena Allah tidak akan pernah memberikan cobaan bagi makhluk ciptaannya di luar batas kemampuannya. Dengan adanya masalah ini kita menjadi dekat kan dengan Allah... Di coba dech!!!
-->>Sedangkan untuk agama yang laen... kalian juga bisa melakukan hal yang sama, seperti mendalami kitab suci kalian, bisa juga bersedekah.. intinya lebih mendekatkan diri lagi kepada sang Pencipta...
3. Jangan pernah menghindar dari orang yang telah menyakiti kita
Artinya di sini, tetaplah kita menganggap bahwa dia itu benar-benar ada di depan kita dan jangan sekali-kali kalian menghindar dari dirinya, kalau kalian menghindar berarti kalian kalah, (semakin kalian menghindar, maka semakin kalian membenci dirinya). Tetaplah beranikan melihat wajahnya seperti biasa dengan begitu kita akan terbiasa dan menganggap masalah itu sudah tidak ada lagi serta berkomunikasilah seperti biasanya.
4. Dengarkanlah musik yang agak ngebit sehingga membuat kalian happy
Jangan sekali-kali kalian mendengarkan musik - musik yang slow karena bisa jadi musik yang slow itu bisa kalian kaitkan dengan permasalahan yang kalian hadapi dan kemungkinan besar bisa saja membuat kalian selalu mengingat rasa sakit hati itu.
5. Perbanyaklah istirahat / tidur
Daripada kalian ngedumel tiap detik, menit, jam, bahkan bisa sampe berhari-hari ataupun berminggu-minggu lebih baik kalian luangkan waktu untuk tidur. Karena dengan tidur, pikiran kita bisa kembali positif kembali, sehingga dengan mudah kita menghilangkan rasa sakit hati kita.
6. Curhatlah dengan orang yang kalian bisa percayai
Dengan melakukan curhat (curahan hati) kepada orang yang bisa memegang rahasia kita, dapat menghilangkan rasa sakit hati, karena kita telah mengungkapkan semua perasaan yang ada di benak kita, jadi hari esok membuat kita bergairah lagi dalam menjalankan aktivitas...
7. Tuliskanlah sakit hati kita di buku Diary
Bagi yang suka menulis buku diary, alangkah baiknya kalian juga mengungkapkan rasa sakit hati kalian ke dalam buku diary, karena di buku diary kita bisa bercerita sepuas-puasnya. Mungkin suatu hari nanti, entah itu berapa hari, minggu ataukah tahun, kita bisa membuka kembali serta membaca permasalahan yang telah membuat kita sakit hati, sehingga di masa mendatang bisa membuat kita tegar dalam kehidupan ini. (Bahkan mungkin kalian akan menertawakan diri sendiri dan berkata : kenapa sebodoh itukah diriku telah sakit hati, sungguh meruginya diriku ini)--->> ini bisa di rasakan dampaknya di masa mendatang... hehehe..
8. Cobalah untuk memaafkan orang yang telah menyakiti hati kita
Cara ini, terkadang amat sulit di lakukan karena ternyata memaafkan seseorang itu lebih sulit dari pada membuat orang lain sakit hati. Cobalah dari sekarang juga, berusaha untuk memaafkan orang lain, karena sesungguhnya Sang Pencipta itu maha pemaaf. Kita hanya bagian terkecil di dunia ini...
So.. jangan lupa di praktekkan ya, tips - tips untuk mengobati sakit hati.... di jamin ampuh dech!!! ^_^
Berikut ini, saya berikan tips-tips yang dapat mengobati sakit hati tersebut:
1. Jangan terlalu memikirkan masalah tersebut
Daripada kita selalu memikirkan masalah itu, lebih baik kita perbanyak teman kemudian adakanlah reuni dengan teman lama atau teman baru kita, sehingga kita tidak memikirkan orang yang telah membuat sakit hati kita. Belum tentu juga, dia yang telah menyakiti hati kita merasa telah membuat kita sakit hati. Daripada kita tambah sakit hati lebih baik kita happy - happy dengan teman - teman kita... (begitu lebih baik bukan)..
2. Bagi yang muslim, sebaiknya mendekatkan diri kepada Allah SWT
Bisa di lakukan dengan cara membaca al-qur'an, menghafal ayat-ayat al-qur'an, bersedekah untuk fakir miskin (anak yatim ,dll) agar kita bisa mendekatkan diri kepada Allah, karena Allah tidak akan pernah memberikan cobaan bagi makhluk ciptaannya di luar batas kemampuannya. Dengan adanya masalah ini kita menjadi dekat kan dengan Allah... Di coba dech!!!
-->>Sedangkan untuk agama yang laen... kalian juga bisa melakukan hal yang sama, seperti mendalami kitab suci kalian, bisa juga bersedekah.. intinya lebih mendekatkan diri lagi kepada sang Pencipta...
3. Jangan pernah menghindar dari orang yang telah menyakiti kita
Artinya di sini, tetaplah kita menganggap bahwa dia itu benar-benar ada di depan kita dan jangan sekali-kali kalian menghindar dari dirinya, kalau kalian menghindar berarti kalian kalah, (semakin kalian menghindar, maka semakin kalian membenci dirinya). Tetaplah beranikan melihat wajahnya seperti biasa dengan begitu kita akan terbiasa dan menganggap masalah itu sudah tidak ada lagi serta berkomunikasilah seperti biasanya.
4. Dengarkanlah musik yang agak ngebit sehingga membuat kalian happy
Jangan sekali-kali kalian mendengarkan musik - musik yang slow karena bisa jadi musik yang slow itu bisa kalian kaitkan dengan permasalahan yang kalian hadapi dan kemungkinan besar bisa saja membuat kalian selalu mengingat rasa sakit hati itu.
5. Perbanyaklah istirahat / tidur
Daripada kalian ngedumel tiap detik, menit, jam, bahkan bisa sampe berhari-hari ataupun berminggu-minggu lebih baik kalian luangkan waktu untuk tidur. Karena dengan tidur, pikiran kita bisa kembali positif kembali, sehingga dengan mudah kita menghilangkan rasa sakit hati kita.
6. Curhatlah dengan orang yang kalian bisa percayai
Dengan melakukan curhat (curahan hati) kepada orang yang bisa memegang rahasia kita, dapat menghilangkan rasa sakit hati, karena kita telah mengungkapkan semua perasaan yang ada di benak kita, jadi hari esok membuat kita bergairah lagi dalam menjalankan aktivitas...
7. Tuliskanlah sakit hati kita di buku Diary
Bagi yang suka menulis buku diary, alangkah baiknya kalian juga mengungkapkan rasa sakit hati kalian ke dalam buku diary, karena di buku diary kita bisa bercerita sepuas-puasnya. Mungkin suatu hari nanti, entah itu berapa hari, minggu ataukah tahun, kita bisa membuka kembali serta membaca permasalahan yang telah membuat kita sakit hati, sehingga di masa mendatang bisa membuat kita tegar dalam kehidupan ini. (Bahkan mungkin kalian akan menertawakan diri sendiri dan berkata : kenapa sebodoh itukah diriku telah sakit hati, sungguh meruginya diriku ini)--->> ini bisa di rasakan dampaknya di masa mendatang... hehehe..
8. Cobalah untuk memaafkan orang yang telah menyakiti hati kita
Cara ini, terkadang amat sulit di lakukan karena ternyata memaafkan seseorang itu lebih sulit dari pada membuat orang lain sakit hati. Cobalah dari sekarang juga, berusaha untuk memaafkan orang lain, karena sesungguhnya Sang Pencipta itu maha pemaaf. Kita hanya bagian terkecil di dunia ini...
So.. jangan lupa di praktekkan ya, tips - tips untuk mengobati sakit hati.... di jamin ampuh dech!!! ^_^
==========================================
Pernahkah diantara kita mendapat banyak pujian dan cacian ??? saya yakin pasti pernah.. lebih banyak mana antara pujian dan cacian yg kalian terima ??
PUJIAN adalah sebuah bentuk perhagaan bagi seseorang atas apa yang ada dalam diri manusia itu seperti pujian atas kecantikan, kepintaran, kesabaran, kekayaan, pekerjaan, status social, dan masih banyak lagi. Sudah bisa dipastikan tidak ada satu orang manusiapun yang tidak merasa senang dengan sebuah pujian, pujian kadang memang perlu kita berikan kepada seseorang karena pujian adalah sebuah bentuk perhargaan dari kita untuk keberadaan atau hasil karya orang lain.
CACIAN adalah sebuah bentuk ketidak sukaan, ketidak sepahaman seseorang kepada orang lain. Cacian biasanya dilakukan melalui kata2 yang kurang enak didengar, cacian diberikan karena ketidak sepahaman seseorang akan kecantikan, kepintaran, kesabaran, kekayaan, pekerjaan, status social, dll. Sudah bisa dipastikan kita akan merasa tidak enak mendengar sebuah cacian atau bahkan banyak diantara kita yang merasakan sakit hati dengan sebuah cacian.
Lantas bagaiamana cara kita menyikapi sebuah PUJIAN dan CACIAN ???
Yang Pertama Harus Kita Ingat adalah PUJIAN dan CACIAN adalah salah satu UJIAN namun dalam bentuk yang berbeda, kita pasti selalu ingat bahwa Tuhan memberikan kita ujian dalam bentuk KEBAIKAN dan KEBURUKAN.
Pujian adalah sebuah ujian dalam bentuk kebaikan, kita dipuji karena kecantikan, kepintaran, kesabaran, kekayaan, pekerjaan, status social, dll. Kita pasti merasa senang dan bangga namun berhati-hatilah, karena kita sering lupa bahwa sesungguhnya saat itu kita sedang di uji oleh Tuhan. Di uji seberapa besar rasa syukur yg kita panjatkan kepada Tuhan atas semua kelebihan yang Tuhan berikan kepada kita sehingga kita bisa mendapat pujian dari orang lain. Apakah kita akan merasa tinggi hati dengan semua pujian atau kita akan bersikap rendah hati dan menyadari bahwa semua kelebihan yang kita punya adalah semata2 karunia dari Tuhan sang pencipta. Boleh kita merasa senang dengan pujian namun tetaplah BERSYUKUR kepada Tudah sang pencipta.
Cacian adalah bentuk ujian dalam bentuk keburukan, setidaknya itulah yang manusia rasakan jika mendapat sebuah cacian, merasa sakit hati dan marah. Namun ingatlah sebuah cacian bisa jadi adalah sebuah tolak ukur bagi kita agar kita bisa introspeksi diri, bagaimana kita bisa mengetahui bahwa kita salah jika kita tidak mendapat teguran dari orang lain. saat kita mendapat cacian Saat itu Tuhan menguji kita. seberapa besar KESABARAN kita dalam neghadapi sebuah cacian dan apakan cacian itu bisa merubah kita menjadi orang yang lebih baik atau kita malah menyesali diri dan menyalahkan orang lain yang telah mencaci kita.
Dalam hal ini yang terpenting adalah bagaimana cara kita menyikapi sebuah ujian ??? karena sikap yang paling baik adalah apabila mendapat kesenangan kita BERSYUKUR dan apabila kita ditimpa penderitaan kita BERSABAR.
Sabar dalam ujian adalah sesuatu kekuatan yang menolong manusia untuk tetap teguh pendirian di jalur kebenaran.
Sedangkan orang yang tidak sabar dengan ujian akan mudah gelisah, ketakutan, mudah stress, mudah menyerah.
Kita harus menjadi orang yang bisa menikmati sebuah ujian dan nikmatnya ujian akan dirasakan oleh orang-orang yang memiliki keyakinan akan kehidupan dan mempunyai sebuah landasan keimanan yang kuat.
So’ kita lebih suka PUJIAN atau CACIAN ???
Semua Tergantung pada cara kita dalam menyikapinya…..
PUJIAN adalah sebuah bentuk perhagaan bagi seseorang atas apa yang ada dalam diri manusia itu seperti pujian atas kecantikan, kepintaran, kesabaran, kekayaan, pekerjaan, status social, dan masih banyak lagi. Sudah bisa dipastikan tidak ada satu orang manusiapun yang tidak merasa senang dengan sebuah pujian, pujian kadang memang perlu kita berikan kepada seseorang karena pujian adalah sebuah bentuk perhargaan dari kita untuk keberadaan atau hasil karya orang lain.
CACIAN adalah sebuah bentuk ketidak sukaan, ketidak sepahaman seseorang kepada orang lain. Cacian biasanya dilakukan melalui kata2 yang kurang enak didengar, cacian diberikan karena ketidak sepahaman seseorang akan kecantikan, kepintaran, kesabaran, kekayaan, pekerjaan, status social, dll. Sudah bisa dipastikan kita akan merasa tidak enak mendengar sebuah cacian atau bahkan banyak diantara kita yang merasakan sakit hati dengan sebuah cacian.
Lantas bagaiamana cara kita menyikapi sebuah PUJIAN dan CACIAN ???
Yang Pertama Harus Kita Ingat adalah PUJIAN dan CACIAN adalah salah satu UJIAN namun dalam bentuk yang berbeda, kita pasti selalu ingat bahwa Tuhan memberikan kita ujian dalam bentuk KEBAIKAN dan KEBURUKAN.
Pujian adalah sebuah ujian dalam bentuk kebaikan, kita dipuji karena kecantikan, kepintaran, kesabaran, kekayaan, pekerjaan, status social, dll. Kita pasti merasa senang dan bangga namun berhati-hatilah, karena kita sering lupa bahwa sesungguhnya saat itu kita sedang di uji oleh Tuhan. Di uji seberapa besar rasa syukur yg kita panjatkan kepada Tuhan atas semua kelebihan yang Tuhan berikan kepada kita sehingga kita bisa mendapat pujian dari orang lain. Apakah kita akan merasa tinggi hati dengan semua pujian atau kita akan bersikap rendah hati dan menyadari bahwa semua kelebihan yang kita punya adalah semata2 karunia dari Tuhan sang pencipta. Boleh kita merasa senang dengan pujian namun tetaplah BERSYUKUR kepada Tudah sang pencipta.
Cacian adalah bentuk ujian dalam bentuk keburukan, setidaknya itulah yang manusia rasakan jika mendapat sebuah cacian, merasa sakit hati dan marah. Namun ingatlah sebuah cacian bisa jadi adalah sebuah tolak ukur bagi kita agar kita bisa introspeksi diri, bagaimana kita bisa mengetahui bahwa kita salah jika kita tidak mendapat teguran dari orang lain. saat kita mendapat cacian Saat itu Tuhan menguji kita. seberapa besar KESABARAN kita dalam neghadapi sebuah cacian dan apakan cacian itu bisa merubah kita menjadi orang yang lebih baik atau kita malah menyesali diri dan menyalahkan orang lain yang telah mencaci kita.
Dalam hal ini yang terpenting adalah bagaimana cara kita menyikapi sebuah ujian ??? karena sikap yang paling baik adalah apabila mendapat kesenangan kita BERSYUKUR dan apabila kita ditimpa penderitaan kita BERSABAR.
Sabar dalam ujian adalah sesuatu kekuatan yang menolong manusia untuk tetap teguh pendirian di jalur kebenaran.
Sedangkan orang yang tidak sabar dengan ujian akan mudah gelisah, ketakutan, mudah stress, mudah menyerah.
Kita harus menjadi orang yang bisa menikmati sebuah ujian dan nikmatnya ujian akan dirasakan oleh orang-orang yang memiliki keyakinan akan kehidupan dan mempunyai sebuah landasan keimanan yang kuat.
So’ kita lebih suka PUJIAN atau CACIAN ???
Semua Tergantung pada cara kita dalam menyikapinya…..
==========================================
Dikisahkan, suatu hari ada seorang anak muda yang tengah menanjak karirnya tapi merasa hidupnya tidak bahagia. Istrinya sering mengomel karena merasa keluarga tidak lagi mendapat waktu dan perhatian yang cukup dari si suami. Orang tua dan keluarga besar, bahkan menganggapnya sombong dan tidak lagi peduli kepada keluarga besar. Tuntutan pekerjaan membuatnya kehilangan waktu untuk keluarga, teman-teman lama, bahkan saat merenung bagi dirinya sendiri.
Hingga suatu hari, karena ada masalah, si pemuda harus mendatangi salah seorang petinggi perusahaan di rumahnya. Setibanya di sana, dia sempat terpukau saat melewati taman yang tertata rapi dan begitu indah.
"Hai anak muda. Tunggulah di dalam. Masih ada beberapa hal yang harus Bapak selesaikan," seru tuan rumah. Bukannya masuk, si pemuda menghampiri dan bertanya, "Maaf, Pak. Bagaimana Bapak bisa merawat taman yang begitu indah sambil tetap bekerja dan bisa membuat keputusan-keputusan hebat di perusahaan kita?"
Tanpa mengalihkan perhatian dari pekerjaan yang sedang dikerjakan, si bapak menjawab ramah, "Anak muda, mau lihat keindahan yang lain? Kamu boleh kelilingi rumah ini. Tetapi, sambil berkeliling, bawalah mangkok susu ini. Jangan tumpah ya. Setelah itu kembalilah kemari".
Dengan sedikit heran, namun senang hati, diikutinya perintah itu. Tak lama kemudian, dia kembali dengan lega karena mangkok susu tidak tumpah sedikit pun. Si bapak bertanya, "Anak muda. Kamu sudah lihat koleksi batu-batuanku? Atau bertemu dengan burung kesayanganku?"
Sambil tersipu malu, si pemuda menjawab, "Maaf Pak, saya belum melihat apa pun karena konsentrasi saya pada mangkok susu ini. Baiklah, saya akan pergi melihatnya."
Saat kembali lagi dari mengelilingi rumah, dengan nada gembira dan kagum dia berkata, "Rumah Bapak sungguh indah sekali, asri, dan nyaman." tanpa diminta, dia menceritakan apa saja yang telah dilihatnya. Si Bapak mendengar sambil tersenyum puas sambil mata tuanya melirik susu di dalam mangkok yang hampir habis.
Menyadari lirikan si bapak ke arah mangkoknya, si pemuda berkata, "Maaf Pak, keasyikan menikmati indahnya rumah Bapak, susunya tumpah semua".
"Hahaha! Anak muda. Apa yang kita pelajari hari ini? Jika susu di mangkok itu utuh, maka rumahku yang indah tidak tampak olehmu. Jika rumahku terlihat indah di matamu, maka susunya tumpah semua. Sama seperti itulah kehidupan, harus seimbang. Seimbang menjaga agar susu tidak tumpah sekaligus rumah ini juga indah di matamu. Seimbang membagi waktu untuk pekerjaan dan keluarga. Semua kembali ke kita, bagaimana membagi dan memanfaatkannya. Jika kita mampu menyeimbangkan dengan bijak, maka pasti kehidupan kita akan harmonis".
Seketika itu si pemuda tersenyum gembira, "Terima kasih, Pak. Tidak diduga saya telah menemukan jawaban kegelisahan saya selama ini. Sekarang saya tahu, kenapa orang-orang menjuluki Bapak sebagai orang yang bijak dan baik hati".
Dapat membuat kehidupan seimbang tentu akan mendatangkan keharmonisan dan kebahagiaan. Namun bisa membuat kehidupan menjadi seimbang, itulah yang tidak mudah.kita membutuhkan proses pematangan pikiran dan mental. Butuh pengorbanan, perjuangan, dan pembelajaran terus menerus. Dan yang pasti, untuk menjaga supaya tetap bisa hidup seimbang dan harmonis, ini bukan urusan 1 atau 2 bulan, bukan masalah 5 tahun atau 10 tahun, tetapi kita butuh selama hidup. Selamat berjuang! -smoga brmanfaat-
Hingga suatu hari, karena ada masalah, si pemuda harus mendatangi salah seorang petinggi perusahaan di rumahnya. Setibanya di sana, dia sempat terpukau saat melewati taman yang tertata rapi dan begitu indah.
"Hai anak muda. Tunggulah di dalam. Masih ada beberapa hal yang harus Bapak selesaikan," seru tuan rumah. Bukannya masuk, si pemuda menghampiri dan bertanya, "Maaf, Pak. Bagaimana Bapak bisa merawat taman yang begitu indah sambil tetap bekerja dan bisa membuat keputusan-keputusan hebat di perusahaan kita?"
Tanpa mengalihkan perhatian dari pekerjaan yang sedang dikerjakan, si bapak menjawab ramah, "Anak muda, mau lihat keindahan yang lain? Kamu boleh kelilingi rumah ini. Tetapi, sambil berkeliling, bawalah mangkok susu ini. Jangan tumpah ya. Setelah itu kembalilah kemari".
Dengan sedikit heran, namun senang hati, diikutinya perintah itu. Tak lama kemudian, dia kembali dengan lega karena mangkok susu tidak tumpah sedikit pun. Si bapak bertanya, "Anak muda. Kamu sudah lihat koleksi batu-batuanku? Atau bertemu dengan burung kesayanganku?"
Sambil tersipu malu, si pemuda menjawab, "Maaf Pak, saya belum melihat apa pun karena konsentrasi saya pada mangkok susu ini. Baiklah, saya akan pergi melihatnya."
Saat kembali lagi dari mengelilingi rumah, dengan nada gembira dan kagum dia berkata, "Rumah Bapak sungguh indah sekali, asri, dan nyaman." tanpa diminta, dia menceritakan apa saja yang telah dilihatnya. Si Bapak mendengar sambil tersenyum puas sambil mata tuanya melirik susu di dalam mangkok yang hampir habis.
Menyadari lirikan si bapak ke arah mangkoknya, si pemuda berkata, "Maaf Pak, keasyikan menikmati indahnya rumah Bapak, susunya tumpah semua".
"Hahaha! Anak muda. Apa yang kita pelajari hari ini? Jika susu di mangkok itu utuh, maka rumahku yang indah tidak tampak olehmu. Jika rumahku terlihat indah di matamu, maka susunya tumpah semua. Sama seperti itulah kehidupan, harus seimbang. Seimbang menjaga agar susu tidak tumpah sekaligus rumah ini juga indah di matamu. Seimbang membagi waktu untuk pekerjaan dan keluarga. Semua kembali ke kita, bagaimana membagi dan memanfaatkannya. Jika kita mampu menyeimbangkan dengan bijak, maka pasti kehidupan kita akan harmonis".
Seketika itu si pemuda tersenyum gembira, "Terima kasih, Pak. Tidak diduga saya telah menemukan jawaban kegelisahan saya selama ini. Sekarang saya tahu, kenapa orang-orang menjuluki Bapak sebagai orang yang bijak dan baik hati".
Dapat membuat kehidupan seimbang tentu akan mendatangkan keharmonisan dan kebahagiaan. Namun bisa membuat kehidupan menjadi seimbang, itulah yang tidak mudah.kita membutuhkan proses pematangan pikiran dan mental. Butuh pengorbanan, perjuangan, dan pembelajaran terus menerus. Dan yang pasti, untuk menjaga supaya tetap bisa hidup seimbang dan harmonis, ini bukan urusan 1 atau 2 bulan, bukan masalah 5 tahun atau 10 tahun, tetapi kita butuh selama hidup. Selamat berjuang! -smoga brmanfaat-
============================================
Aku belajar....bahwa pelajaran dikelas terbaik didunia dipelajari didekat kaki orangtua yg bijak.
Aku belajar.... bahwa saat kita jatuh cinta, itu akan jelas terlihat.
Aku belajar... bahwa hanya karena seseorang berkata padaku "Engkau membahagiakan hariku!" maka itu akan membahagiakan hariku.
Aku belajar... bahwa menjadi seorang yg baik, adalah lebih penting dari menjadi benar.
Aku belajar... bahwa aku selalu bisa berdoa utk seseorang, khususnya disaat aku tak mempunyai kemampuan apapun utk menolongnya dengan cara lain.
I've learned.... That no matter how serious your life requires you to be, sometimes everyone needs a friend to act goofy with. Aku belajar.... bahwa seberapapun seriusnya hidup yang harus anda jalani, kadang setiap orang membutuhkan seorang teman untuk "gila2an"bersamanya.
Aku belajar.... bahwa kadang2 yg dibutuhkan semua orang hanyalah tangan seseorang yang memegang & membimbing dan hati yang mengerti.
Aku belajar...bahwa hidup ini seperti kertas tissue toilet, menjelang penghabisan, semakin cepat habis.
Aku belajar... bahwa kita harus bersyukur bahwa ALLAH tidak memberikan semua hal yang kita minta, sehingga kita tidak serakah.
Aku belajar... bahwa uang tak dapat membeli kehormatan.
Aku belajar... bahwa hal2 kecil yang terjadi sehari2lah yg sering membuat hidup ini menjadi luar biasa.
I've learned ... That under everyone's hard shell is someone who wants to be appreciated and loved. Aku belajar... bahwa dibalik seseorang berpenampilan keras, adalah seseorg yg butuh dihargai & dicintai.
Aku belajar... bahwa Tuhan tidak menciptakan dunia ini dalam sehari. Jadi apa yang membuatku berpikir bahwa aku bisa melakukan banyak hal dalam sehari? kemajuan dicapai setahap demi tahap.
I've learned.... That to ignore the facts does not change the facts. Aku belajar... bahwa mengabaikan kenyataan, tidak akan merubah kenyataan.
Aku belajar... bahwa Cinta, bukan waktu, yang akan menyembuhkan semua luka2 hati.
Aku belajar... bahwa cara termudah bagiku utk tumbuh menjadi pribadi yang cerdas adalah menempatkan diriku bersama orang2 yang lebih cerdas dariku.
Aku belajar... bahwa setiap orang yg anda temui layak untuk disambut dgn senyuman.
Aku belajar... tiada seorang yg sempurna hingga anda jatuh cinta dgn seseorang.
Aku belajar... bahwa hidup ini keras, tapi aku lebih kuat.
Aku belajar... kesempatan2 takkan pernah hilang, hanya seseorg akan mengambil kesempatan2 yg kita lewatkan.
Aku belajar... bahwa saat anda melabuhkan kepahitan & dendam, maka kebahagiaan akan merapat ke tempat lain.
Aku belajar.. bahwa aku berharap telah menyampaikan pada ibuku bahwa aku mencintainya, sekali lagi, sebelum nanti ia pergi kehadapan yang Kuasa.
Aku belajar... bahwa sebuah senyuman adalah satu cara termurah utk memperbaiki penampilan anda.
Aku belajar... bahwa aku tak dapat memilih perasaanku, tapi aku dapat memilih apa yg akan kulakukan terhadap perasaan itu.
Aku belajar... bahwa setiap orang ingin hidup dipuncak gunung kesuksesannya, namun sebenarnya semua kebahagiaan & pertumbuhan terjadi saat kita mendakinya.
Aku belajar... bahwa adalah baik utk memberi nasehat hanya saat dalam dua keadaan; saat diminta & saat dlm situasi yg membahayakan hidup.
Aku belajar... bahwa semakin singkat waktu bekerja, justru semakin banyak hal yang dapat kuselesaikan.
Aku belajar.... bahwa berjalan kaki sejenak bersama ayahku mengelilingi komplek perumahan dimalam hari saat masa kecilku, ternyata menjadi saat2 terindah & menakjubkan yg tak terlupakan, bahkan hingga di-saat aku telah dewasa.
Aku belajar.... bahwa saat seorang bayi kecil terlelap dibahuku, itu adalah saat yang paling penuh damai didalam hidupku
Aku belajar ... bahwa disaat seorang bayi yang baru lahir memegang jemari anda dalam genggaman tangan mungilnya, maka anda sdg terjebak dlm kelembutan cintanya.
Dan akhirnya akupun ingin mengajak kalian belajar tentang hal itu.
Aku belajar.... bahwa saat kita jatuh cinta, itu akan jelas terlihat.
Aku belajar... bahwa hanya karena seseorang berkata padaku "Engkau membahagiakan hariku!" maka itu akan membahagiakan hariku.
Aku belajar... bahwa menjadi seorang yg baik, adalah lebih penting dari menjadi benar.
Aku belajar... bahwa aku selalu bisa berdoa utk seseorang, khususnya disaat aku tak mempunyai kemampuan apapun utk menolongnya dengan cara lain.
I've learned.... That no matter how serious your life requires you to be, sometimes everyone needs a friend to act goofy with. Aku belajar.... bahwa seberapapun seriusnya hidup yang harus anda jalani, kadang setiap orang membutuhkan seorang teman untuk "gila2an"bersamanya.
Aku belajar.... bahwa kadang2 yg dibutuhkan semua orang hanyalah tangan seseorang yang memegang & membimbing dan hati yang mengerti.
Aku belajar...bahwa hidup ini seperti kertas tissue toilet, menjelang penghabisan, semakin cepat habis.
Aku belajar... bahwa kita harus bersyukur bahwa ALLAH tidak memberikan semua hal yang kita minta, sehingga kita tidak serakah.
Aku belajar... bahwa uang tak dapat membeli kehormatan.
Aku belajar... bahwa hal2 kecil yang terjadi sehari2lah yg sering membuat hidup ini menjadi luar biasa.
I've learned ... That under everyone's hard shell is someone who wants to be appreciated and loved. Aku belajar... bahwa dibalik seseorang berpenampilan keras, adalah seseorg yg butuh dihargai & dicintai.
Aku belajar... bahwa Tuhan tidak menciptakan dunia ini dalam sehari. Jadi apa yang membuatku berpikir bahwa aku bisa melakukan banyak hal dalam sehari? kemajuan dicapai setahap demi tahap.
I've learned.... That to ignore the facts does not change the facts. Aku belajar... bahwa mengabaikan kenyataan, tidak akan merubah kenyataan.
Aku belajar... bahwa Cinta, bukan waktu, yang akan menyembuhkan semua luka2 hati.
Aku belajar... bahwa cara termudah bagiku utk tumbuh menjadi pribadi yang cerdas adalah menempatkan diriku bersama orang2 yang lebih cerdas dariku.
Aku belajar... bahwa setiap orang yg anda temui layak untuk disambut dgn senyuman.
Aku belajar... tiada seorang yg sempurna hingga anda jatuh cinta dgn seseorang.
Aku belajar... bahwa hidup ini keras, tapi aku lebih kuat.
Aku belajar... kesempatan2 takkan pernah hilang, hanya seseorg akan mengambil kesempatan2 yg kita lewatkan.
Aku belajar... bahwa saat anda melabuhkan kepahitan & dendam, maka kebahagiaan akan merapat ke tempat lain.
Aku belajar.. bahwa aku berharap telah menyampaikan pada ibuku bahwa aku mencintainya, sekali lagi, sebelum nanti ia pergi kehadapan yang Kuasa.
Aku belajar... bahwa sebuah senyuman adalah satu cara termurah utk memperbaiki penampilan anda.
Aku belajar... bahwa aku tak dapat memilih perasaanku, tapi aku dapat memilih apa yg akan kulakukan terhadap perasaan itu.
Aku belajar... bahwa setiap orang ingin hidup dipuncak gunung kesuksesannya, namun sebenarnya semua kebahagiaan & pertumbuhan terjadi saat kita mendakinya.
Aku belajar... bahwa adalah baik utk memberi nasehat hanya saat dalam dua keadaan; saat diminta & saat dlm situasi yg membahayakan hidup.
Aku belajar... bahwa semakin singkat waktu bekerja, justru semakin banyak hal yang dapat kuselesaikan.
Aku belajar.... bahwa berjalan kaki sejenak bersama ayahku mengelilingi komplek perumahan dimalam hari saat masa kecilku, ternyata menjadi saat2 terindah & menakjubkan yg tak terlupakan, bahkan hingga di-saat aku telah dewasa.
Aku belajar.... bahwa saat seorang bayi kecil terlelap dibahuku, itu adalah saat yang paling penuh damai didalam hidupku
Aku belajar ... bahwa disaat seorang bayi yang baru lahir memegang jemari anda dalam genggaman tangan mungilnya, maka anda sdg terjebak dlm kelembutan cintanya.
Dan akhirnya akupun ingin mengajak kalian belajar tentang hal itu.
==========================================
RESIKO LENTERA KEHIDUPAN
Kehidupan adalah ibarat sebuah perjalanan yang banyak mengandung resiko, hidup akan terasa lebih hidup dan lebih bermakna bukan karena hal-hal besar, melainkan dari hal-hal kecil yang dikerjakan dengan jiwa yang besar. Cahaya kehidupan bukan tampak dari kemilau harta, bukan dari keindahan tahta kedudukan atau dari deretan gelar yang disandang. Cahaya kehidupan justru dimulai dari lentera kecil yang ada dalam diri yang menyala dengan tulus dalam memberi pertolongan kepada orang lain.
Lentera kehidupan bukan berarti hanya memberi pertolongan kepada orang yang baik pada kita, memberi pertolongan kepada orang yang baik pada kita adalah hal biasa namun memberi pertolongan dengan dasar cinta kasih kepada orang-orang yang justru membenci kita merupakan nilai tertinggi dari lentera kehidupan.
Ketika lentera menyala bukan berarti tidak ada resiko, paling tidak resiko tertiup angin dan padam. hambatan utama dalam menyalakan lentera kehidupan justru datang dari dalam diri manusia itu sendiri yang tidak mau keluar memperhatikan dan membantu orang lain.
“ orang yang menaklukan orang lain adalah orang kuat, sedangkan orang yang menaklukan dirinya sendiri adalah orang yang berkekuatan dahsyat ”
Ada beberapa contoh resiko yang timbul dalam sendi-sendi kehidupan misalnya, menunjukan perasaan berarti mengambil resiko menunjukan diri sejati kita, mengasihi berarti mengambil resiko tidak dikasihi, hidup berarti mengambil resiko mati, berharap berarti mengambil resiko putus asa, mencoba berarti mengambil resiko gagal.
Keberanian mengambil resiko untuk memberikan yang terbaik bagi orang lain merupakan awal yang baik untuk memulai hidup baru dengan menyalakan lentera kehidupan.
Berani berarti melawan rasa takut, menguasai rasa takut Bukannya tidak merasa takut. Lebih baik mengambil resiko sekarang daripada selalu hidup dalam ketakutan.
“ kehidupan yang paling menyedihkan adalah ketidak beranian mengambil resiko sekecil apa pun. Orang yang tidak mau mengambil resiko berarti tidak dapat meraih apa pun, tidak memiliki apa pun, dan akhirnya tidak menjadi siapa-siapa. Jadi NYALAKANLAH LENTERA KEHIDUPANMU DENGAN RESIKO APAPUN, BESOK MUNGKIN SUDAH TERLAMBAT DAN PADAM “
Adakalanya kita mengabaikan hal-hal yang kecil yang kita anggap sepele namun tanpa kita sadari hal-hal kecil itulah yang merupakan lentera kehidupan kita untuk menuju kepada keberhasilan yang lebih besar, jadi lakukan segala kebaikan dalam bentuk sekecil apapun karena disanalah awal kehidupan kita.
Kehidupan adalah ibarat sebuah perjalanan yang banyak mengandung resiko, hidup akan terasa lebih hidup dan lebih bermakna bukan karena hal-hal besar, melainkan dari hal-hal kecil yang dikerjakan dengan jiwa yang besar. Cahaya kehidupan bukan tampak dari kemilau harta, bukan dari keindahan tahta kedudukan atau dari deretan gelar yang disandang. Cahaya kehidupan justru dimulai dari lentera kecil yang ada dalam diri yang menyala dengan tulus dalam memberi pertolongan kepada orang lain.
Lentera kehidupan bukan berarti hanya memberi pertolongan kepada orang yang baik pada kita, memberi pertolongan kepada orang yang baik pada kita adalah hal biasa namun memberi pertolongan dengan dasar cinta kasih kepada orang-orang yang justru membenci kita merupakan nilai tertinggi dari lentera kehidupan.
Ketika lentera menyala bukan berarti tidak ada resiko, paling tidak resiko tertiup angin dan padam. hambatan utama dalam menyalakan lentera kehidupan justru datang dari dalam diri manusia itu sendiri yang tidak mau keluar memperhatikan dan membantu orang lain.
“ orang yang menaklukan orang lain adalah orang kuat, sedangkan orang yang menaklukan dirinya sendiri adalah orang yang berkekuatan dahsyat ”
Ada beberapa contoh resiko yang timbul dalam sendi-sendi kehidupan misalnya, menunjukan perasaan berarti mengambil resiko menunjukan diri sejati kita, mengasihi berarti mengambil resiko tidak dikasihi, hidup berarti mengambil resiko mati, berharap berarti mengambil resiko putus asa, mencoba berarti mengambil resiko gagal.
Keberanian mengambil resiko untuk memberikan yang terbaik bagi orang lain merupakan awal yang baik untuk memulai hidup baru dengan menyalakan lentera kehidupan.
Berani berarti melawan rasa takut, menguasai rasa takut Bukannya tidak merasa takut. Lebih baik mengambil resiko sekarang daripada selalu hidup dalam ketakutan.
“ kehidupan yang paling menyedihkan adalah ketidak beranian mengambil resiko sekecil apa pun. Orang yang tidak mau mengambil resiko berarti tidak dapat meraih apa pun, tidak memiliki apa pun, dan akhirnya tidak menjadi siapa-siapa. Jadi NYALAKANLAH LENTERA KEHIDUPANMU DENGAN RESIKO APAPUN, BESOK MUNGKIN SUDAH TERLAMBAT DAN PADAM “
Adakalanya kita mengabaikan hal-hal yang kecil yang kita anggap sepele namun tanpa kita sadari hal-hal kecil itulah yang merupakan lentera kehidupan kita untuk menuju kepada keberhasilan yang lebih besar, jadi lakukan segala kebaikan dalam bentuk sekecil apapun karena disanalah awal kehidupan kita.
==========================================
“ RUPA AKAN BINASA TAPI HATI YANG MULIA AKAN TETAP BERHARGA “
Sungguh indah sebait kata diatas, yang menggambarkan bahwa seindah2 rupa manusia suatu saat akan mengalami hari tua, kecantikan dan ketampanan yg dahulu ada akan pudar dan menua. Tapi sebuah hati akan tetap berharga tak mengenal usia….
Banyak diantara manusia terkecoh dengan pesona duniawi seperti keindahan pakaian, fisik yang menarik, kedudukan, yang semuanya hanya bersifat semu berdasarkan kulit luar. Manusia sering lupa dengan hati yang merupakan organ paling penting dalam tubuh yang menggerakan segala kehidupan.
“INGATLAH, DALAM TUBUH MANUSIA ITU ADA SEGUMPAL DAGING. KALAU SEGUMPAL DAGING ITU BAIK MAKA AKAN BAIKLAH SELURUH TUBUHNYA. APABILA RUSAK, MAKA AKAN RUSAK PULA SELURUH TUBUHNYA, SEGUMPAL DAGING ITU BERNAMA HATI “
kita selalu sibuk mempercantik penampilan luar dengan berbagaimacam cara yang bisa dilakukan untuk memperindah penampilan dan hasilnya menjamurlah toko2 pakaian, butik2 terkenal, salon2 kecantikan, dan tempat-tempat lain yang menawarkan semua hal untuk membuat kita terlihat elegan. Keindahan bukan hanya milik kaum perempuan di zaman modern sekarang kaum pria pun sangat memperhatikan penampilan karena dirasakan perlu untuk menunjang pekerjaan, bisnis, dll. Semua SYAH dilakukan karena keindahan luar memang penting dalam keseharian, namun kita harus tetap ingat bahwa ada juga yang harus dipercantik dan diperindah yaitu HATI.
“ TAK ADA YANG PALING MERUGI DI DUANIA INI KECUALI ORANG YANG TERPUKAU OLEH SEGALA KEINDAHAN DAN KEMEWAHAN DUNIAWI DENGAN SEGALA ISINYA, LALAI MEMELIHARA HATI SEBAGAI HARTA YANG PALING BERHARGA “
Kita tidak bisa menilai isi hati kita atau isi hati orang lain secara kasat mata namun ada 2 kondisi hati yang bisa mencerminkan tingkah laku manusia :
1. HATI MATI/ HATI SAKIT
Kondisi hati mati bisa diidentikan dengan prilaku yang mempunyai pikiran buntu, mudah putus asa, tidak bisa menyeleksi mana larangan dan mana perintah, tidak mau menjalankan amanat apapun dan akhirnya menjerumuskan diri (bahkan keluarga) pada sebuah permasalahan besar
2. HATI SEHAT
Kondisi hati sehat bisa dirasakan dengan sikap yang selalu bersyukur dalam menyikapi kebahagiaan dan ujian seberat apapun dengan rasa sabar. TIDAK mudah stress, bisa mengendalikan hawa nafsu, menghindari sikap pamer atau membanggakan segala kelebihan yang ada pada dirinya, selalu bertobat, dan senantiasa mengisi hatinya dengan hal-hal yang baik.
Setiap manusia sangat ingin terlihat sempurna dengan kecantikan atau ketampanan yang dimiliki, namun alangkah lebih indah jika kita senantiasa mempercantik hati kita dengan berbagai kebaikan, menjaga lisan sehingga apa yang keluar dari mulut dan hatinya akan senantiasa menjadi ibadah untuknya. Sungguh indah rasanya jika kita mempunyai rupa dan hati yg sama2 cantik
Semoga bermanfaat…
Sungguh indah sebait kata diatas, yang menggambarkan bahwa seindah2 rupa manusia suatu saat akan mengalami hari tua, kecantikan dan ketampanan yg dahulu ada akan pudar dan menua. Tapi sebuah hati akan tetap berharga tak mengenal usia….
Banyak diantara manusia terkecoh dengan pesona duniawi seperti keindahan pakaian, fisik yang menarik, kedudukan, yang semuanya hanya bersifat semu berdasarkan kulit luar. Manusia sering lupa dengan hati yang merupakan organ paling penting dalam tubuh yang menggerakan segala kehidupan.
“INGATLAH, DALAM TUBUH MANUSIA ITU ADA SEGUMPAL DAGING. KALAU SEGUMPAL DAGING ITU BAIK MAKA AKAN BAIKLAH SELURUH TUBUHNYA. APABILA RUSAK, MAKA AKAN RUSAK PULA SELURUH TUBUHNYA, SEGUMPAL DAGING ITU BERNAMA HATI “
kita selalu sibuk mempercantik penampilan luar dengan berbagaimacam cara yang bisa dilakukan untuk memperindah penampilan dan hasilnya menjamurlah toko2 pakaian, butik2 terkenal, salon2 kecantikan, dan tempat-tempat lain yang menawarkan semua hal untuk membuat kita terlihat elegan. Keindahan bukan hanya milik kaum perempuan di zaman modern sekarang kaum pria pun sangat memperhatikan penampilan karena dirasakan perlu untuk menunjang pekerjaan, bisnis, dll. Semua SYAH dilakukan karena keindahan luar memang penting dalam keseharian, namun kita harus tetap ingat bahwa ada juga yang harus dipercantik dan diperindah yaitu HATI.
“ TAK ADA YANG PALING MERUGI DI DUANIA INI KECUALI ORANG YANG TERPUKAU OLEH SEGALA KEINDAHAN DAN KEMEWAHAN DUNIAWI DENGAN SEGALA ISINYA, LALAI MEMELIHARA HATI SEBAGAI HARTA YANG PALING BERHARGA “
Kita tidak bisa menilai isi hati kita atau isi hati orang lain secara kasat mata namun ada 2 kondisi hati yang bisa mencerminkan tingkah laku manusia :
1. HATI MATI/ HATI SAKIT
Kondisi hati mati bisa diidentikan dengan prilaku yang mempunyai pikiran buntu, mudah putus asa, tidak bisa menyeleksi mana larangan dan mana perintah, tidak mau menjalankan amanat apapun dan akhirnya menjerumuskan diri (bahkan keluarga) pada sebuah permasalahan besar
2. HATI SEHAT
Kondisi hati sehat bisa dirasakan dengan sikap yang selalu bersyukur dalam menyikapi kebahagiaan dan ujian seberat apapun dengan rasa sabar. TIDAK mudah stress, bisa mengendalikan hawa nafsu, menghindari sikap pamer atau membanggakan segala kelebihan yang ada pada dirinya, selalu bertobat, dan senantiasa mengisi hatinya dengan hal-hal yang baik.
Setiap manusia sangat ingin terlihat sempurna dengan kecantikan atau ketampanan yang dimiliki, namun alangkah lebih indah jika kita senantiasa mempercantik hati kita dengan berbagai kebaikan, menjaga lisan sehingga apa yang keluar dari mulut dan hatinya akan senantiasa menjadi ibadah untuknya. Sungguh indah rasanya jika kita mempunyai rupa dan hati yg sama2 cantik
Semoga bermanfaat…
==========================================
Ada cerita menarik mengenai seorang kakek yang mengeluh karena tak dapat membeli sepatu, padahal sepatunya sudah lama rusak. Suatu sore ia melihat seseorang yang tak mempunyai kaki, tapi tetap ceria. Saat itu juga si kakek berhenti mengeluh dan mulai bersyukur.
Hal kedua yang sering membuat kita tak bersyukur adalah kecenderungan membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Kita merasa orang lain lebih beruntung. Kemanapun kita pergi, selalu ada orang yang lebih pandai, lebih tampan, lebih cantik, lebih percaya diri, dan lebih kaya dari kita.
Rumput tetangga memang sering kelihatan lebih hijau dari rumput di pekarangan sendiri. Ada cerita menarik mengenai dua pasien rumah sakit jiwa.
Pasien pertama sedang duduk termenung sambil menggumam, "Lulu, Lulu."
Seorang pengunjung yang keheranan menanyakan masalah yang dihadapi orang ini. Si dokter menjawab, "Orang ini jadi gila setelah cintanya ditolak oleh Lulu."
Si pengunjung manggut-manggut, tapi begitu lewat sel lain ia terkejut melihat penghuninya terus menerus memukulkan kepalanya di tembok dan berteriak, "Lulu, Lulu". "Orang ini juga punya masalah dengan Lulu?" tanyanya keheranan. Dokter kemudian menjawab, "Ya, dialah yang akhirnya menikah dengan Lulu."
Hidup akan lebih bahagia kalau kita dapat menikmati apa yang kita miliki. Karena itu bersyukur merupakan kualitas hati yang tertinggi.
Cerita terakhir adalah mengenai seorang ibu yang sedang terapung di laut karena kapalnya karam, namun tetap berbahagia. Ketika ditanya kenapa demikian, ia menjawab, "Saya mempunyai dua anak laki-laki. Yang pertama sudah meninggal, yang kedua hidup di tanah seberang. Kalau berhasil selamat,saya sangat bahagia karena dapat berjumpa dengan anak kedua saya. Tetapi kalaupun mati tenggelam, saya juga akan berbahagia karena saya akan berjumpa dengan anak pertama saya di surga."
Semoga bermanfaat & Semoga kita semua akan menjadi pribadi yang selalu bersyukur.
Hal kedua yang sering membuat kita tak bersyukur adalah kecenderungan membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Kita merasa orang lain lebih beruntung. Kemanapun kita pergi, selalu ada orang yang lebih pandai, lebih tampan, lebih cantik, lebih percaya diri, dan lebih kaya dari kita.
Rumput tetangga memang sering kelihatan lebih hijau dari rumput di pekarangan sendiri. Ada cerita menarik mengenai dua pasien rumah sakit jiwa.
Pasien pertama sedang duduk termenung sambil menggumam, "Lulu, Lulu."
Seorang pengunjung yang keheranan menanyakan masalah yang dihadapi orang ini. Si dokter menjawab, "Orang ini jadi gila setelah cintanya ditolak oleh Lulu."
Si pengunjung manggut-manggut, tapi begitu lewat sel lain ia terkejut melihat penghuninya terus menerus memukulkan kepalanya di tembok dan berteriak, "Lulu, Lulu". "Orang ini juga punya masalah dengan Lulu?" tanyanya keheranan. Dokter kemudian menjawab, "Ya, dialah yang akhirnya menikah dengan Lulu."
Hidup akan lebih bahagia kalau kita dapat menikmati apa yang kita miliki. Karena itu bersyukur merupakan kualitas hati yang tertinggi.
Cerita terakhir adalah mengenai seorang ibu yang sedang terapung di laut karena kapalnya karam, namun tetap berbahagia. Ketika ditanya kenapa demikian, ia menjawab, "Saya mempunyai dua anak laki-laki. Yang pertama sudah meninggal, yang kedua hidup di tanah seberang. Kalau berhasil selamat,saya sangat bahagia karena dapat berjumpa dengan anak kedua saya. Tetapi kalaupun mati tenggelam, saya juga akan berbahagia karena saya akan berjumpa dengan anak pertama saya di surga."
Semoga bermanfaat & Semoga kita semua akan menjadi pribadi yang selalu bersyukur.
==========================================
Aga panjang. Kalo lg ga mood mending jgn dibaca dulu.
Ada filosofi jepang yang mengatakan “ Kejarlah Matahari Itu Dimana Ia Tak Pernah Melupakan Bumi Untuk Menyinarinya “.
Setelah saya mendengar itu saya terasa membuat saya sangat bodoh dan lalai terhadap anugrah apa yang telah diberikan Tuhan, dan membuat saya bagaimana harus merenungkan perkataan yang sangat simple dan mengandung arti yang sangat dalam .
Ucapan , kejadian, atau masalah kecil yang terkadang disepelekan, itulah yang membuat saya ingin sekali memahami itu semua . Saya ingin mencoba mengajak teman2 untuk melihat Negara Jepang yang sangat Mendewakan Matahari, sampai – sampai mereka sangat “Memujanya”, (Dalam artian bukan kita harus mengikutinya)
Hal itu membuat bertanya-tanya MENGAPA ???
Karena menurut mereka matahari tidak pernah melalaikan waktu untuk menyinari bumi,tinggal bagaimana teman – teman memahaminya kata2 yang sangat mendasar itu, mungkin saya bisa sedikit memberikan contoh :
Setiap momentum pergantian tahun dalam perjalanan hidup kita, selalu kita iringi dengan melakukan celebrasi. Hal ini dilakukan bukan sekedar untuk mengenang masa lalu, namun sebagai persiapan untuk menghadapi masa depan. Dengan melakukan celebrasi, kita dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan, peluang maupun tantangan yang kita miliki.
Contoh mendasar diatas mungkin kita sangatlah sudah mengerti, tetapi kita lalai apa yang sudah kita dedikasikan sendiri makna diatas, sehingga kita merasa setiap tahun berganti tidak ada perubahan hidup yang signifikan alias begitu – gitu aja.
Yuu mari kita lihat lagi negara Jepang, negara tersebut dengan caranya sendiri mampu mengantarkan masyarakatnya menjadi masyarakat dengan peradaban modern. Rahasia pencapaian kemajuan mereka adalah MATAHARI. MATAHARI adalah konsep Jepang atau Filosofi Jepang yang menurut saya baik untuk dicontoh, masyarakat Jepang bagaimana mereka mengajarkan kepada anak2nya yang selalu berpegang teguh untuk menghargai waktu sedetik untuk berfikir dan bertindak seperti matahari yang selalu konsisten bersinar setiap detik,menit,dan jam yang dilaluinya, akhirnya hal itu turun temurun digunakan untuk bekal hidup kedepan masyarakat Jepang. Kutipan sedikit yaa.. ; seorang pakar produktivitas perusahaan Jepang yang bernama Maasaki Imai,beliau yang sejak tahun 1950-an mempelajari produktivitas industri Amerika kemudian menulis buku Kaizen, The Key to Japan s Competitive Success (1986) yang berisi rahasia keberhasilan perusahaan dan industri Jepang. Strategi Kaizen merupakan konsep tunggal manajemen Jepang yang menjadi kunci sukses dalam persaingan. Kata beliau Kaizen berarti penyempurnaan secara kontinyu dan melakukan pengembangan secara total dengan melibatkan semua unsur dan potensi yang ada. Kaizen berorientasi pada proses dan usaha yang optimal, berbeda dengan manajemen Barat yang lebih berorientasi pada hasil.
Buat saya hal tersebut tidak mudah untuk dicapainya, cukup kita garis bawahi yang namanya “pakar”, yang namanya “ pakar “,pasti indentik dikenal dengan Ahli,dan namanya Ahli pasti mengerti dan paham sekali apa yang sudah diciptakannya dan penciptaan tersebut diakui oleh masyarakatnya akhirnya timbul kalimat Pakar,hal tersebut buat saya, pasti sekali berkaitan dengan Waktu,
Esensi konsep ini mugkin menurut saya, kita dapat terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam bentuk upaya untuk selalu mengembangkan dan menyempurnakan kemampuan, prestasi dan produktivitas spiritual, intelektual, fisik maupun material secara total.
Apa Hubungannya dengan MATAHARI, mugkin kalian masih bertanya tanya ???
Lebih tepatnya adalah Kita sering sekali tidak menghargai waktu, dan kita tahu semua bahwa waktu tidak pernah kembali, Matahari adalah anugrah Tuhan yang sangat berarti buat kita, karena matahari selalu ada setiap hari , selalu kita lihat, selalu kita nikmati cahaya nya ,dan tidak sekali pun meminta pamrih terhadap manusia, tetapi kita tidak memanfaatkan dan belajar dari hal tersebut.
Bagaimana Caranya, Saya pun masih belajar dan belajar ,tetapi tidak ada salahnya untuk berbagi :
Upaya pengembangan diri
Pengembangan diri sebenarnya merupakan proses pembaruan. Proses ini disebut oleh Stephen R. Covey dalam The 7 habits of Highly Effective People (1993) sebagai konsep asah gergaji. Pembaruan yang dilakukan, menurut Covey mesti meliputi empat dimensi yaitu: pembaruan fisik, spiritual, mental dan sosial/emosional.
Pembaruan fisik dapat dilakukan dengan melalui olahraga, asupan nutrisi, dan upaya pengelolaan stres. Pembaruan spiritual dapat diraih melalui penjelasan tentang nilai dan komitmen, melakukan studi atau kajian dan berkontemplasi dan ber do’a. Dimensi mental dapat diperbarui melalui kegiatan membaca, melakukan visualisasi, membuat perencanaan dan menulis. Adapun dimensi sosial/emosional diasah melalui pemberian pelayanan, bersikap empati, melakukan sinergi dan menumbuhkan rasa aman dalam diri. Dalam proses pengembangan diri diperlukan keseimbangan dan sinergi untuk mencapai hasil optimal sebagaimana yang diharapkan.
Pengembangan diri tidak muncul begitu saja. Untuk meraihnya, diperlukan latihan dengan pola seperti menikmati waktu sedetik. Pola ini melatih kita untuk bergerak ke atas sepanjang waktu secara terus-menerus. Pola waktu ini memaksa kita untuk melalui tiga tahap kegiatan yakni belajar, berkomitmen, dan berbuat. Latihan ini harus terus-menerus berjalan secara berulang-ulang sampai kualitas dan produktivitas diri kita menjadi semakin tinggi.
Apa yang perlu dikembangkan?
Menurut saya Dalam melakukan pengembangan diri, kita memerlukan tolok ukur yang nyata dan aplikatif untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan yang telah kita capai .
1. Memperluas pengetahuan mengenai fakta situasional. Jangan bersikap tak acuh dengan lingkungan sekitar;
2. Menjalin hubungan dengan orang lain;
3. Mengelola waktu secara efektif;
4. Menjaga keaktualan pengetahuan agar tidak tertinggal dan relevan. Jangan malas mencari pengetahuan baru;
5. Berlatih untuk mengumpulkan fakta dan membuat asumsi;
6.Membuat jurnal pribadi dengan menggunakan catatan harian agar jadwal kita menjadi teratur.;
Menentukan batas-batas kekuasaan dan otoritas yang kita miliki
1. Jelas agar kita dapat leluasa berkembang;
2.Mendengarkan dengan seksama;
3.Melakukan pengambilan keputusan dengan baik;
4. Membiasakan membuat teknik perencanaan (planning) yang baik.
Melakukan secara mandiri
Proses pengembangan diri yang kita lakukan tidak akan berjalan lancar apabila kita mengandalkan dukungan dari luar. Diperlukan sebuah etos KOMIT DAN KONSISTEN (self education) yang berasal dari dalam diri kita sendiri, atau lebih tepatnya MINAT dahulu. Pembelajaran yang harus dilakukan secara mandiri ini setidaknya mencakup tiga hal, yaitu: kemampuan membuat kurikulum atau agenda pribadi (self curriculum), kemampuan menjadi pembelajar yang cepat (speed learner), dan belajar secara mandiri (self learning).
Melakukan proses pengembangan diri memang tidak bebas hambatan, bahkan seringkali penuh kendala. Albert Ellis, psikolog dan penulis terkenal dalam bukunya Feeling Better, Getting Better, Staying Better (2001) memperkenalkan konsep terapi Rational Emotive Behavior Theraphy (REBT) . Konsep ini diperkenalkan oleh Ellis untuk membantu mengatasi hambatan dalam pengembangan diri. Beberapa hal yang disampaikannya berikut ini dapat menjadi bahan renungan kita:
Bicara adalah perkara mudah. Namun, hanya bicara yang diikuti oleh tindakan yang dapat membuat segalanya menjadi lebih baik.
• Kita tidak akan dapat mencapai kemajuan apabila selalu mengerjakan sesuatu dengan cara yang sama. Oleh karena, mengubah cara harus sering dilakukan meskipun dapat membuat anda merasa kurang nyaman.
• Kita harus berusaha menghentikan kebiasaan yang tidak baik dengan sungguh-sungguh.
• Semakin lama kita tenggelam dalam perilaku yang merugikan diri sendiri, semakin lama kita harus berjuang untuk menghentikannya.
• Menghindari tindakan yang kita kuatirkan akan gagal hanya dapat mengurangi kecemasan kita sementara. Dalam jangka panjang, penghindaran ini justru dapat berakibat buruk. Oleh karena itu lebih baik menghadapinya, ketimbang mengindar. Lebih baik telat dari pada tidak sama sekali
• Makin sering anda berfikir bahwa kita tidak berguna dan tidak berharga setelah mengalami kegagalan, semakin sulit
Ada filosofi jepang yang mengatakan “ Kejarlah Matahari Itu Dimana Ia Tak Pernah Melupakan Bumi Untuk Menyinarinya “.
Setelah saya mendengar itu saya terasa membuat saya sangat bodoh dan lalai terhadap anugrah apa yang telah diberikan Tuhan, dan membuat saya bagaimana harus merenungkan perkataan yang sangat simple dan mengandung arti yang sangat dalam .
Ucapan , kejadian, atau masalah kecil yang terkadang disepelekan, itulah yang membuat saya ingin sekali memahami itu semua . Saya ingin mencoba mengajak teman2 untuk melihat Negara Jepang yang sangat Mendewakan Matahari, sampai – sampai mereka sangat “Memujanya”, (Dalam artian bukan kita harus mengikutinya)
Hal itu membuat bertanya-tanya MENGAPA ???
Karena menurut mereka matahari tidak pernah melalaikan waktu untuk menyinari bumi,tinggal bagaimana teman – teman memahaminya kata2 yang sangat mendasar itu, mungkin saya bisa sedikit memberikan contoh :
Setiap momentum pergantian tahun dalam perjalanan hidup kita, selalu kita iringi dengan melakukan celebrasi. Hal ini dilakukan bukan sekedar untuk mengenang masa lalu, namun sebagai persiapan untuk menghadapi masa depan. Dengan melakukan celebrasi, kita dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan, peluang maupun tantangan yang kita miliki.
Contoh mendasar diatas mungkin kita sangatlah sudah mengerti, tetapi kita lalai apa yang sudah kita dedikasikan sendiri makna diatas, sehingga kita merasa setiap tahun berganti tidak ada perubahan hidup yang signifikan alias begitu – gitu aja.
Yuu mari kita lihat lagi negara Jepang, negara tersebut dengan caranya sendiri mampu mengantarkan masyarakatnya menjadi masyarakat dengan peradaban modern. Rahasia pencapaian kemajuan mereka adalah MATAHARI. MATAHARI adalah konsep Jepang atau Filosofi Jepang yang menurut saya baik untuk dicontoh, masyarakat Jepang bagaimana mereka mengajarkan kepada anak2nya yang selalu berpegang teguh untuk menghargai waktu sedetik untuk berfikir dan bertindak seperti matahari yang selalu konsisten bersinar setiap detik,menit,dan jam yang dilaluinya, akhirnya hal itu turun temurun digunakan untuk bekal hidup kedepan masyarakat Jepang. Kutipan sedikit yaa.. ; seorang pakar produktivitas perusahaan Jepang yang bernama Maasaki Imai,beliau yang sejak tahun 1950-an mempelajari produktivitas industri Amerika kemudian menulis buku Kaizen, The Key to Japan s Competitive Success (1986) yang berisi rahasia keberhasilan perusahaan dan industri Jepang. Strategi Kaizen merupakan konsep tunggal manajemen Jepang yang menjadi kunci sukses dalam persaingan. Kata beliau Kaizen berarti penyempurnaan secara kontinyu dan melakukan pengembangan secara total dengan melibatkan semua unsur dan potensi yang ada. Kaizen berorientasi pada proses dan usaha yang optimal, berbeda dengan manajemen Barat yang lebih berorientasi pada hasil.
Buat saya hal tersebut tidak mudah untuk dicapainya, cukup kita garis bawahi yang namanya “pakar”, yang namanya “ pakar “,pasti indentik dikenal dengan Ahli,dan namanya Ahli pasti mengerti dan paham sekali apa yang sudah diciptakannya dan penciptaan tersebut diakui oleh masyarakatnya akhirnya timbul kalimat Pakar,hal tersebut buat saya, pasti sekali berkaitan dengan Waktu,
Esensi konsep ini mugkin menurut saya, kita dapat terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam bentuk upaya untuk selalu mengembangkan dan menyempurnakan kemampuan, prestasi dan produktivitas spiritual, intelektual, fisik maupun material secara total.
Apa Hubungannya dengan MATAHARI, mugkin kalian masih bertanya tanya ???
Lebih tepatnya adalah Kita sering sekali tidak menghargai waktu, dan kita tahu semua bahwa waktu tidak pernah kembali, Matahari adalah anugrah Tuhan yang sangat berarti buat kita, karena matahari selalu ada setiap hari , selalu kita lihat, selalu kita nikmati cahaya nya ,dan tidak sekali pun meminta pamrih terhadap manusia, tetapi kita tidak memanfaatkan dan belajar dari hal tersebut.
Bagaimana Caranya, Saya pun masih belajar dan belajar ,tetapi tidak ada salahnya untuk berbagi :
Upaya pengembangan diri
Pengembangan diri sebenarnya merupakan proses pembaruan. Proses ini disebut oleh Stephen R. Covey dalam The 7 habits of Highly Effective People (1993) sebagai konsep asah gergaji. Pembaruan yang dilakukan, menurut Covey mesti meliputi empat dimensi yaitu: pembaruan fisik, spiritual, mental dan sosial/emosional.
Pembaruan fisik dapat dilakukan dengan melalui olahraga, asupan nutrisi, dan upaya pengelolaan stres. Pembaruan spiritual dapat diraih melalui penjelasan tentang nilai dan komitmen, melakukan studi atau kajian dan berkontemplasi dan ber do’a. Dimensi mental dapat diperbarui melalui kegiatan membaca, melakukan visualisasi, membuat perencanaan dan menulis. Adapun dimensi sosial/emosional diasah melalui pemberian pelayanan, bersikap empati, melakukan sinergi dan menumbuhkan rasa aman dalam diri. Dalam proses pengembangan diri diperlukan keseimbangan dan sinergi untuk mencapai hasil optimal sebagaimana yang diharapkan.
Pengembangan diri tidak muncul begitu saja. Untuk meraihnya, diperlukan latihan dengan pola seperti menikmati waktu sedetik. Pola ini melatih kita untuk bergerak ke atas sepanjang waktu secara terus-menerus. Pola waktu ini memaksa kita untuk melalui tiga tahap kegiatan yakni belajar, berkomitmen, dan berbuat. Latihan ini harus terus-menerus berjalan secara berulang-ulang sampai kualitas dan produktivitas diri kita menjadi semakin tinggi.
Apa yang perlu dikembangkan?
Menurut saya Dalam melakukan pengembangan diri, kita memerlukan tolok ukur yang nyata dan aplikatif untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan yang telah kita capai .
1. Memperluas pengetahuan mengenai fakta situasional. Jangan bersikap tak acuh dengan lingkungan sekitar;
2. Menjalin hubungan dengan orang lain;
3. Mengelola waktu secara efektif;
4. Menjaga keaktualan pengetahuan agar tidak tertinggal dan relevan. Jangan malas mencari pengetahuan baru;
5. Berlatih untuk mengumpulkan fakta dan membuat asumsi;
6.Membuat jurnal pribadi dengan menggunakan catatan harian agar jadwal kita menjadi teratur.;
Menentukan batas-batas kekuasaan dan otoritas yang kita miliki
1. Jelas agar kita dapat leluasa berkembang;
2.Mendengarkan dengan seksama;
3.Melakukan pengambilan keputusan dengan baik;
4. Membiasakan membuat teknik perencanaan (planning) yang baik.
Melakukan secara mandiri
Proses pengembangan diri yang kita lakukan tidak akan berjalan lancar apabila kita mengandalkan dukungan dari luar. Diperlukan sebuah etos KOMIT DAN KONSISTEN (self education) yang berasal dari dalam diri kita sendiri, atau lebih tepatnya MINAT dahulu. Pembelajaran yang harus dilakukan secara mandiri ini setidaknya mencakup tiga hal, yaitu: kemampuan membuat kurikulum atau agenda pribadi (self curriculum), kemampuan menjadi pembelajar yang cepat (speed learner), dan belajar secara mandiri (self learning).
Melakukan proses pengembangan diri memang tidak bebas hambatan, bahkan seringkali penuh kendala. Albert Ellis, psikolog dan penulis terkenal dalam bukunya Feeling Better, Getting Better, Staying Better (2001) memperkenalkan konsep terapi Rational Emotive Behavior Theraphy (REBT) . Konsep ini diperkenalkan oleh Ellis untuk membantu mengatasi hambatan dalam pengembangan diri. Beberapa hal yang disampaikannya berikut ini dapat menjadi bahan renungan kita:
Bicara adalah perkara mudah. Namun, hanya bicara yang diikuti oleh tindakan yang dapat membuat segalanya menjadi lebih baik.
• Kita tidak akan dapat mencapai kemajuan apabila selalu mengerjakan sesuatu dengan cara yang sama. Oleh karena, mengubah cara harus sering dilakukan meskipun dapat membuat anda merasa kurang nyaman.
• Kita harus berusaha menghentikan kebiasaan yang tidak baik dengan sungguh-sungguh.
• Semakin lama kita tenggelam dalam perilaku yang merugikan diri sendiri, semakin lama kita harus berjuang untuk menghentikannya.
• Menghindari tindakan yang kita kuatirkan akan gagal hanya dapat mengurangi kecemasan kita sementara. Dalam jangka panjang, penghindaran ini justru dapat berakibat buruk. Oleh karena itu lebih baik menghadapinya, ketimbang mengindar. Lebih baik telat dari pada tidak sama sekali
• Makin sering anda berfikir bahwa kita tidak berguna dan tidak berharga setelah mengalami kegagalan, semakin sulit
==========================================
Sebuah mutiara yang harganya mahal berasal dari masuknya sebutir kerikil pasir kedalam tiram yang terbuka. Pasir yang masuk itu menimbulkan sakit yang luar biasa sehingga untuk menahan rasa sakit yang luar biasa tersebut sang tiram membungkus pasir tersebut dengan air leyurnya secara terus menerus selama bertahun-tahun hingga akhirnya menjadi sebuah mutiara yang sangat indah.
Dalam hidup kadang kita juga merasakan rasa sakit dan ujian bahkan jatuh hingga titik nol, namun dari sanalah kita akan menemukan banyak hikmah dari sebuah kehidupan. Ujian bukanlah sebuah kegagalan dalam hidup, namun sebuah langkah awal bagi kita untuk lebih baik dimasa yang akan datang.
‘ hanya ada satu tempat didunia ini dimana manusia terbebas dari ujian hidup, yaitu kuburan. Berarti, tanda bahwa manusia tersebut masih hidup adalah ketika dia mengalami ujian, kegagalan, dan penderitaan. Lebih baik kita tahu mengapa kita gagal daripada tidak tahu mengapa kita berhasil”
Saat kita bergelut dengan segala aktifitas hidup tanpa terasa ada banyak kesalahan yang kita buat yang akhirnya menjadi dosa atau “kotoran hidup” ( karakter, watak, kebiasaan negatif yang sulit lepas sekalipun sudah berkali-kali berusaha untuk meninggalkanya), maka saat itulah kita perlu masuk kedalam dapur pengujian hidup agar dapat menemukan kembali makna hidup itu sendiri.
Banyak cara agar kita bisa memaknai sebuah ujian,
BERSYUKUR dengan segala yang terjadi dalam hidup karena kita yakin semua adalah kuasa dari sang Maha Kuasa.
INTROSPEKSI dan PERBAIKI DIRI agar kita bisa menjadi lebih baik setelah mendapat beberapa ujian.
SABAR dalam setiap ujian agar kita tergolong orang-orang yang merasakan nikmatnya sebuah ujian.
Jangan pernah merasa putus asa dengan segala ujian yang menimpa kita karena Tuhan sangat membenci orang yang bersputus asa,
“MATAHARI AKAN TETAP BERSINAR, SEANDAINYA SEKARANG MENDUNG, BUKAN BERARTI MATAHARI BERHENTI BERSINAR, CEPAT ATAU LAMBAT MENDUNG AKAN BERLALU DAN MATAHARI AKAN MENUNJUKAN WAJAHNYA KEMBALI”
Percayalah ujian hidup yang sedang kita alami saat ini sedang dipersiapkan untuk memberi jalan amal bagi kita, jika sebuah ujian datang kepada kita berdoalah supaya kita diberi kekuatan untuk melalui dan menghadapi ujian tersebut.
Semoga kita selalu meraih MAKNA HIDUP dari setiap UJIAN HIDUP
Semoga bermanfaat…
Dalam hidup kadang kita juga merasakan rasa sakit dan ujian bahkan jatuh hingga titik nol, namun dari sanalah kita akan menemukan banyak hikmah dari sebuah kehidupan. Ujian bukanlah sebuah kegagalan dalam hidup, namun sebuah langkah awal bagi kita untuk lebih baik dimasa yang akan datang.
‘ hanya ada satu tempat didunia ini dimana manusia terbebas dari ujian hidup, yaitu kuburan. Berarti, tanda bahwa manusia tersebut masih hidup adalah ketika dia mengalami ujian, kegagalan, dan penderitaan. Lebih baik kita tahu mengapa kita gagal daripada tidak tahu mengapa kita berhasil”
Saat kita bergelut dengan segala aktifitas hidup tanpa terasa ada banyak kesalahan yang kita buat yang akhirnya menjadi dosa atau “kotoran hidup” ( karakter, watak, kebiasaan negatif yang sulit lepas sekalipun sudah berkali-kali berusaha untuk meninggalkanya), maka saat itulah kita perlu masuk kedalam dapur pengujian hidup agar dapat menemukan kembali makna hidup itu sendiri.
Banyak cara agar kita bisa memaknai sebuah ujian,
BERSYUKUR dengan segala yang terjadi dalam hidup karena kita yakin semua adalah kuasa dari sang Maha Kuasa.
INTROSPEKSI dan PERBAIKI DIRI agar kita bisa menjadi lebih baik setelah mendapat beberapa ujian.
SABAR dalam setiap ujian agar kita tergolong orang-orang yang merasakan nikmatnya sebuah ujian.
Jangan pernah merasa putus asa dengan segala ujian yang menimpa kita karena Tuhan sangat membenci orang yang bersputus asa,
“MATAHARI AKAN TETAP BERSINAR, SEANDAINYA SEKARANG MENDUNG, BUKAN BERARTI MATAHARI BERHENTI BERSINAR, CEPAT ATAU LAMBAT MENDUNG AKAN BERLALU DAN MATAHARI AKAN MENUNJUKAN WAJAHNYA KEMBALI”
Percayalah ujian hidup yang sedang kita alami saat ini sedang dipersiapkan untuk memberi jalan amal bagi kita, jika sebuah ujian datang kepada kita berdoalah supaya kita diberi kekuatan untuk melalui dan menghadapi ujian tersebut.
Semoga kita selalu meraih MAKNA HIDUP dari setiap UJIAN HIDUP
Semoga bermanfaat…
==========================================
70 TAHUN BERDOA
Ada seorang kakek yang tinggal di India. Umurnya
sudah lebih dari 70 th. Sepanjang hidupnya selama
70 th itu, ia gunakan untuk menyembah berhala dari
batu. Setiap hari ia begitu taat menyembah tuhannya itu.
Suatu ketika, kakek ini punya suatu keinginan. Ia pun kemudian
mendatangi tuhannya seraya memohon agar doa‘nya dapat
dikabulkan.
“Oh, tuhanku Latta. Oh tuhanku Uzza. Tujuh puluh tahun aku terus
menerus menyembahmu. Selama itu, tak ada sesuatupun yang
aku mohonkan kepadamu. Sekarang, aku ada permohonan
kepadamu. Mohon, kabulkanlah permohonanku ini”.
Kakek itu memohon sambil merengek-rengek kepada Latta dan
Uzza kiranya doa‘nya dapat dikabulkan. Demikian seterusnya
dia lakukan. Setelah sampai tujuh puluh kali doa‘ itu ia panjatkan,
tak ada sedikitpun pengabulan dari berhala tuhannya yang ia
peroleh. Maka kakek itu sedih sekali dan akhirnya putus asa.
Dalam keputusasaannya itu, ternyata Allah SWT memberi
hidayah kepada kakek. Hati sang kakek dilapangkan oleh Allah,
dan sang kakek segera sadar akan kekeliruannya selama ini.
Gantilah kakek itu berdoa‘ kepada Allah SWT .
“ Ya Allah SWT, baru sekarang aku menghadap-Mu. Aku
memohon ssuatu kepada-Mu. Kabulkanlah, ya Allah SWT,
permohonanku ini “.
Selesai kakek itu bermunajat kepada Allah SWT, maka sesaat
kemudian ia mendengar jawban dari Allah SWT.
“ Wahai hamba-Ku, mintalah kamu kepada-Ku, niscaya Aku akan
memberimu “.
Waktu para malaikat mendengar jawaban yang diberikan Allah
SWT kepada sang kakek, maka gemparlah para malaikat.
“ Ya Allah SWT, tujuh puluh tahun lamanya orang itu musyrik
dan menyembah berhala. Dan telah tujuh puluh kali pula ia telah
memohon kepada berhalanya agar dikabulkan permohonannya,
namun itu tidak terjadi. Sekarang, ia baru sekali saja berdoa`
kepada-Mu, mengapa Engkau kabulkan permohonannya itu ?”
Mendengar pertanyaan para malaikat itu, maka Allah SWT
segera memberi penjelasan.
“ Wahai para malaikat, jika berhala yang benda mati itu tidak
bisa mengabulkan permohonannya dan Aku-pun juga tidak, lalu
dimana letak perbedaannya antara Aku dan berhala itu ?”
============================================
KOPI ASIN
Dia bertemu dengan gadis itu di sebuah pesta, gadis
yang menakjubkan. Banyak pria berusaha
mendekatinya. Sedangkan dia sendiri hanya seorang
laki-laki biasa. Tak ada yang begitu menghiraukannya. Saat pesta
telah usai, dia mengundang gadis itu untuk minum kopi
bersamanya. Walaupun terkejut dengan undangan yang
mendadak, si gadis tidak mau mengecewakannya.
Mereka berdua duduk di sebuah kedai kopi yang nyaman. Si
laki-laki begitu gugup untuk mengatakan sesuatu, sedangkan
sang gadis merasa sangat tidak nyaman.
“Ayolah, cepat. Aku ingin segera pulang”, kata sang gadis dalam
hatinya.
Tiba-tiba si laki-laki berkata pada pelayan, “Tolong ambilkan
saya garam. Saya ingin membubuhkan dalam kopi saya.”
Semua orang memandang dan melihat aneh padanya. Mukanya
kontan menjadi merah, tapi ia tetap mengambil dan
membubuhkan garam dalam kopi serta meminum kopinya.
Sang gadis bertanya dengan penuh rasa ingin tahu kepadanya,
“Kebiasaanmu kok sangat aneh?”.
“Saat aku masih kecil, aku tinggal di dekat laut. Aku sangat suka
bermain-main di laut, di mana aku bisa merasakan laut.. asin
dan pahit. Sama seperti rasa kopi ini”, jawab si laki-laki.
“Sekarang, tiap kali aku minum kopi asin, aku jadi teringat akan
masa kecilku, tanah kelahiranku. Aku sangat merindukan
kampung halamanku, rindu kedua orangtuaku yang masih
tinggal di sana”, lanjutnya dengan mata berlinang.
Sang gadis begitu terenyuh. Itu adalah hal sangat menyentuh
hati. Perasaan yang begitu dalam dari seorang laki-laki yang
mengungkapkan kerinduan akan kampung halamannya. Ia pasti
seorang yang mencintai dan begitu peduli akan rumah dan
keluarganya. Ia pasti mempunyai rasa tanggung jawab akan
tempat tinggalnya. Kemudian sang gadis memulai
pembicaraan, mulai bercerita tentang tempat tinggalnya yang
jauh, masa kecilnya, keluarganya... Pembicaraan yang sangat
menarik bagi mereka berdua. Dan itu juga merupakan awal yang
indah dari kisah cinta mereka.
Mereka terus menjalin hubungan. Sang gadis menyadari bahwa
ia adalah laki-laki idaman baginya. Ia begitu toleran, baik hati,
hangat, penuh perhatian.. pokoknya ia adalah pria baik yang
hampir saja diabaikan begitu saja. Untung saja ada kopi asin !
Cerita berlanjut seperti tiap kisah cinta yang indah: sang putri
menikah dengan sang pangeran, dan mereka hidup bahagia...
Dan, tiap ia membuatkan suaminya secangkir kopi, ia
membubuhkan sedikit garam didalamnya, karena ia tahu itulah
kesukaan suaminya.
Setelah 40 tahun berlalu, si laki-laki meninggal dunia. Ia
meninggalkan sepucuk surat bagi istrinya:
“Sayangku, maafkanlah aku. Maafkan kebohongan yang telah
aku buat sepanjang hidupku. Ini adalah satu-satunya
kebohonganku padamu - tentang kopi asin. Kamu ingat kan saat
kita pertama kali berkencan? Aku sangat gugup waktu itu.
Sebenarnya aku menginginkan sedikit gula. Tapi aku malah
mengatakan garam. Waktu itu aku ingin membatalkannya, tapi
aku tak sanggup, maka aku biarkan saja semuanya. Aku tak
pernah mengira kalau hal itu malah menjadi awal pembicaraan
kita. Aku telah mencoba untuk mengatakan yang sebenarnya
kepadamu. Aku telah mencobanya beberapa kali dalam hidupku,
tapi aku begitu takut untuk melakukannya, karena aku telah
berjanji untuk tidak menyembunyikan apapun darimu... Sekarang
aku sedang sekarat. Tidak ada lagi yang dapat aku khawatirkan,
maka aku akan mengatakan ini padamu: Aku tidak menyukai
kopi yang asin. Tapi sejak aku mengenalmu, aku selalu minum
kopi yang rasanya asin sepanjang hidupku. Aku tidak pernah
menyesal atas semua yang telah aku lakukan padamu. Aku tidak
pernah menyesali semuanya. Dapat berada disampingmu adalah
kebahagiaan terbesar dalam hidupku. Jika aku punya kesempatan
untuk menjalani hidup sekali lagi, aku tetap akan berusaha
mengenalmu dan menjadikanmu istriku walaupun aku harus
minum kopi asin lagi.”
Sambil membaca, airmatanya membasahi surat itu.
Suatu hari seseorang menanyainya, “Bagaimana rasa kopi asin?”
Ia menjawab, “Rasanya begitu manis.”
============================================
KERJA ADALAH SEBUAH KEHORMATAN
Seorang pemuda yang sedang lapar pergi menuju
restoran jalanan dan iapun menyantap makanan yang
telah dipesan. Saat pemuda itu makan datanglah
seorang anak kecil laki-laki menjajakan kue kepada pemuda
tersebut, “Pak mau beli kue, Pak?”
Dengan ramah pemuda yang sedang makan menjawab “Tidak,
saya sedang makan”. Anak kecil tersebut tidaklah berputus asa
dengan tawaran pertama. Ia tawarkan lagi kue setelah pemuda
itu selesai makan, pemuda tersebut menjawab: “Tidak Dik saya
sudah kenyang”.
Setelah pemuda itu membayar ke kasir dan beranjak pergi dari
warung kaki lima, anak kecil penjaja kue tidak menyerah dengan
usahanya yang sudah hampir seharian menjajakan kue buatan
bunda. Mungkin anak kecil ini berpikir “Saya coba lagi tawarkan
kue ini kepada bapak itu, siapa tahu kue ini dijadikan oleh-oleh
buat orang di rumah”. Ini adalah sebuah usaha yang gigih
membantu ibunda untuk menyambung kehidupan yang serba
pas-pasan ini.
Saat pemuda tadi beranjak pergi dari warung tersebut anak
kecil penjaja kue menawarkan ketiga kali kue dagangan. “Pak
mau beli kue saya?”, pemuda yang ditawarkan jadi risih juga
untuk menolak yang ketiga kalinya, kemudian ia keluarkan uang
Rp 2000,- dari dompet dan ia berikan sebagai sedekah saja.
“Dik ini uang saya kasih, kuenya nggak usah saya ambil, anggap
saja ini sedekahan dari saya buat adik”.
Lalu uang yang diberikan pemuda itu ia ambil dan diberikan
kepada pengemis yang sedang meminta-minta. Pemuda tadi
jadi bingung, lho ini anak dikasih uang kok malah dikasihkan
kepada orang lain. “Kenapa kamu berikan uang tersebut, kenapa
tidak kamu ambil?. Anak kecil penjaja kue tersenyum lugu
menjawab, “Saya sudah berjanji sama ibu di rumah, ingin
menjualkan kue buatan ibu, bukan jadi pengemis, dan saya akan
bangga pulang ke rumah bertemu ibu kalau kue buatan ibu
terjual habis. Dan uang yang saya berikan kepada ibu hasil usaha
kerja keras saya. Ibu saya tidak suka saya jadi pengemis”.
Pemuda tadi jadi terkagum dengan kata-kata yang diucapkan
anak kecil penjaja kue yang masih sangat kecil buat ukuran
seorang anak yang sudah punya etos kerja bahwa “kerja itu
adalah sebuah kehormatan”, kalau dia tidak sukses bekerja
menjajakan kue, ia berpikir kehormatan kerja di hadapan ibunya
mempunyai nilai yang kurang. Suatu pantangan bagi ibunya,
bila anaknya menjadi pengemis, ia ingin setiap ia pulang ke
rumah melihat ibu tersenyum menyambut kedatangannya dan
senyuman bunda yang tulus ia balas dengan kerja yang terbaik
dan menghasilkan uang.
Kemudian pemuda tadi memborong semua kue yang dijajakan
lelaki kecil, bukan karena ia kasihan, bukan karena ia lapar tapi
karena prinsip yang dimiliki oleh anak kecil itu “kerja adalah
sebuah kehormatan”, ia akan mendapatkan uang kalau ia sudah
bekerja dengan baik.
Makna yang bisa diambil:
Kerja bukanlah masalah uang semata, namun lebih mendalam
mempunyai sesuatu arti bagi hidup kita. Kadang mata kita
menjadi “hijau” melihat uang, sampai akhirnya melupakan apa
arti pentingnya kebanggaan profesi yg kita miliki.
Bukan masalah tinggi rendah atau besar kecilnya suatu profesi,
namun yang lebih penting adalah etos kerja, dalam arti
penghargaan terhadap apa yang kita kerjakan. Sekecil apapun
yang kita kerjakan, sejauh itu memberikan rasa bangga di dalam
diri, maka itu akan memberikan arti besar.
============================================
50 TAHUN SALAH PAHAM
Dikisahkan, disebuh gedung pertemuan yang amat
megah, seorang pejabat senior istana sedang
menyelenggarakan pesta ulang tahun perkawinannya
yang ke-50. Peringatan kawin emas itu ramai didatangi oleh
tamu-tamu penting seperti para bangsawan, pejabat istana,
pedagang besar serta seniman-seniman terpandang dari
seluruh pelosok negeri. Bahkan kerabat serta kolega dari
kerajaan-kerajaan tetangga juga hadir. Pesta ulang tahun
perkawinan pun berlangsung dengan megah dan sangat
meriah.
Setelah berbagai macam hiburan ditampilkan, sampailah pada
puncak acara, yaitu jamuan makan malam yang sangat mewah.
Sebelum menikmati jamuan tersebut, seluruh hadirin mengikuti
prosesi penyerahan hidangan istimewa dari sang pejabat istana
kepada istri tercinta. Hidangan itu tak lain adalah sepotong ikan
emas yang diletakkan di sebuah piring besar yang mahal. Ikan
emas itu dimasak langsung oleh koki kerajaan yang sangat
terkenal.
“Hadirin sekalian, ikan emas ini bukanlah ikan yang mahal.
Tetapi, inilah ikan kegemaran kami berdua, sejak kami menikah
dan masih belum punya apa-apa, sampai kemudian di usia
perkawinan kami yang ke-50 serta dengan segala keberhasilan
ini. Ikan emas ini tetap menjadi simbol kedekatan, kemesraan,
kehangatan, dan cinta kasih kami yang abadi,” kata sang pejabat
senior dalam pidato singkatnya.
Lalu, tibalah detik-detik yang istimewa yang mana seluruh
hadirin tampak khidmat menyimak prosesi tersebut. Pejabat
senior istana mengambil piring, lalu memotong bagian kepala
dan ekor ikan emas. Dengan senyum mesra dan penuh
kelembutan, ia berikan piring berisikan potongan kepala dan
ekor ikan emas tadi kepada isterinya. Ketika tangan sang isteri
menerima piring itu, serentak hadirin bertepuk tangan dengan
meriah sekali. Untuk beberapa saat, mereka tampak ikut
terbawa oleh suasana romantis, penuh kebahagiaan, dan
mengharukan tersebut.
Namun suasana tiba-tiba jadi hening dan senyap. Samar-samar
terdengar isak tangis si isteri pejabat senior. Sesaat kemudian,
isak tangis itu meledak dan memecah kesunyian gedung pesta.
Para tamu yang ikut tertawa bahagia mendadak jadi diam
menunggu apa gerangan yang bakal terjadi. Sang pejabat
tampak kikuk dan kebingungan. Lalu ia mendekati isterinya dan
bertanya “Mengapa engkau menangis, isteriku?”
Setelah tangisan reda, sang isteri menjelaskan “Suamiku…sudah
50 tahun usia pernikahan kita. Selama itu. aku telah dengan
melayani dalam duka dan suka tanpa pernah mengeluh. Demi
kasihku kepadamu, aku telah rela selalu makan kepala dan ekor
ikan emas selama 50 tahun ini. Tapi sungguh tak kusangka, di hari
istimewa ini engkau masih saja memberiku bagian yang sama.
Ketahuilah suamiku, itulah bagian yang paling tidak aku sukai.”
tutur sang isteri.
Pejabat senior terdiam dan terpana sesaat. Lalu dengan mata
berkaca-kaca pula, ia berkata kepada isterinya,” Isteriku yang
tercinta…50 tahun yang lalu saat aku masih miskin, kau bersedia
menjadi isteriku. Aku sungguh-sungguh bahagia dan sangat
mencintaimu. Sejak itu aku bersumpah pada diriku sendiri, bahwa
seumur hidup aku akan bekerja keras, membahagiakanmu,
membalas cinta kasih dan pengorbananmu.”
Sambil mengusap air matanya, pejabat senior itu melanjutkan,
“Demi Tuhan, setiap makan ikan emas, bagian yang paling aku
sukai adalah kepala dan ekornya. Tapi sejak kita menikah, aku rela
menyantap bagian tubuh ikan emas itu. Semua kulakukan demi
sumpahku untuk memberikan yang paling berharga buatmu.”
Sang pejabat terdiam sejenak, lalu ia melanjutkan lagi “Walaupun
telah hidup bersama selama 50 tahun dan selalu saling mencintai,
ternyata kita tidak cukup saling memahami. Maafkan saya, hingga
detik ini belum tahu bagaimana cara membuatmu bahagia.”
Akhirnya, sang pejabat memeluk isterinya dengan erat. Tamutamu
terhormat pun tersentuh hatinya melihat keharuan tadi dan
mereka kemudian bersulang untuk menghormati kedua
pasangan tersebut.
……………………
Arti cerita diatas:
Bisa saja, sepasang suami - isteri saling mencintai dan hidup
serumah selama bertahun-tahun lamanya. Tetapi jika di
antaranya tidak ada saling keterbukaan dalam komunikasi, maka
kemesraan mereka sesungguhnya rawan dengan konflik.
Kebiasaan memendam masalah itu cukup riskan karena seperti
menyimpan bom waktu dalam keluarga. Kalau perbedaan tetap
disimpan sebagai ganjalan dihati, tidak pernah dibiacarakan
secara tulus dan terbuka, dan ketidakpuasan terus
bermunculan, maka konflik akan semakin tak tertahankan dan
akhirnya bisa meledak. Jika keadaan sudah seperti ini, tentulah
luka yang ditimbulkan akan semakin dalam dan terasa lebih
menyakitkan.
Kita haruslah selalu membangun pola komunikasi yang terbuka
dengan dilandasi kasih, kejujuran, kesetiaan, kepercayaan,
pengertian dan kebiasaan berpikir positif
============================================
Ada Tetesan Setelah Tetesan Terakhir
Pasar malam dibuka di sebuah kota. Penduduk menyambutnya dengan gembira. Berbagai macam permainan, stand makanan dan pertunjukan diadakan. Salah satu yang paling istimewa adalah atraksi manusia kuat.
Begitu banyak orang setiap malam menyaksikan unjuk kekuatan otot manusia kuat ini. Manusia kuat ini mampu melengkungkan baja tebal hanya dengan tangan telanjang. Tinjunya dapat menghancurkan batu bata tebal hingga berkeping-keping.
Ia mengalahkan semua pria di kota itu dalam lomba panco. Namun setiap kali menutup pertunjukkannya ia hanya memeras sebuah jeruk dengan genggamannya. Ia memeras jeruk tersebut hingga ke tetes terakhir.
'Hingga tetes terakhir', pikirnya.
Manusia kuat lalu menantang para penonton: "Hadiah yang besar kami sediakan kepada barang siapa yang bisa memeras hingga keluar satu tetes saja air jeruk dari buah jeruk ini!"
Kemudian naiklah seorang lelaki, seorang yang atletis, ke atas panggung. Tangannya kekar. Ia memeras dan memeras... dan menekan sisa jeruk... tapi tak setetespun air jeruk keluar. Sepertinya seluruh isi jeruk itu sudah terperas habis. Ia gagal.
Beberapa pria kuat lainnya turut mencoba, tapi tak ada yang berhasil. Manusia kuat itu tersenyum-senyum sambil berkata : "Aku berikan satu kesempatan terakhir, siapa yang mau mencoba?"
Seorang wanita kurus setengah baya mengacungkan tangan dan meminta agar ia boleh mencoba. "Tentu saja boleh nyonya. Mari naik ke panggung." Walau dibayangi kegelian di hatinya, manusia kuat itu membimbing wanita itu naik ke atas pentas. Beberapa orang tergelak-gelak mengolok-olok wanita itu. Pria kuat lainnya saja gagal meneteskan setetes air dari potongan jeruk itu apalagi ibu kurus tua ini. Itulah yang ada di pikiran penonton.
Wanita itu lalu mengambil jeruk dan menggenggamnya. Semakin banyak penonton yang menertawakannya. Lalu wanita itu mencoba memegang sisa jeruk itu dengan penuh konsentrasi. Ia memegang sebelah pinggirnya, mengarahkan ampas jeruk ke arah tengah, demikian terus ia ulangi dengan sisi jeruk yang lain. Ia terus menekan serta memijit jeruk itu, hingga akhirnya memeras... dan "ting!" setetes air jeruk muncul terperas dan jatuh di atas meja panggung.
Penonton terdiam terperangah. Lalu cemoohan segera berubah menjadi tepuk tangan riuh.
Manusia kuat lalu memeluk wanita kurus itu, katanya, "Nyonya, aku sudah melakukan pertunjukkan semacam ini ratusan kali. Dan, banyak orang pernah mencobanya agar bisa membawa pulang hadiah uang yang aku tawarkan, tapi mereka semua gagal. Hanya Anda satu-satunya yang berhasil memenangkan hadiah itu.
Boleh aku tahu, bagaimana Anda bisa melakukan hal itu?"
"Begini," jawab wanita itu, "Aku adalah seorang janda yang ditinggal mati suamiku. Aku harus bekerja keras untuk mencari nafkah bagi hidup kelima anakku.
Jika engkau memiliki tanggungan beban seperti itu, engkau akan mengetahui bahwa selalu ada tetesan air walau itu di padang gurun sekalipun. Engkau juga akan
mengetahui jalan untuk menemukan tetesan itu. Jika hanya memeras setetes air jeruk dari ampas yang engkau buat, bukanlah hal yang sulit bagiku. Selalu ada tetesan setelah tetesan terakhir. Aku telah ratusan kali mengalami jalan buntu untuk semua masalah serta kebutuhan yang keluargaku perlukan. Namun hingga saat ini aku selalu menerima tetes berkat untuk hidup keluargaku. Aku percaya Tuhanku hidup dan aku percaya tetesan berkat-Nya tidak pernah kering, walau mata jasmaniku melihat semuanya telah kering. Aku punya alasan untuk menerima jalan keluar dari masalahku. Saat aku mencari, aku menerimanya karena ada pribadi yang mengasihiku.”
Bila Anda memiliki alasan yang cukup kuat, Anda akan menemukan jalannya, demikian kata seorang bijak. Seringkali kita tak kuat melakukan sesuatu karena tak memiliki alasan yang cukup kuat untuk menerima hal tersebut.
============================================
Tetap Setia
Mungkin kisah yang terjadi di kota Amman, Jordania, tergolong langka, unik sekaligus mengundang geli. Seorang pria Jordania yang bernama Bakr Melhem merasa kesepian karena hidup terpisah dengan istrinya yang berada di luar kota. Pria ini iseng-iseng “berselingkuh” dengan wanita lain dalam dunia maya melalui chatroom (ruang ngobrol) di internet. Setelah tiga bulan saling chatting, mereka benar-benar merasa cocok dan saling jatuh cinta. Bahkan sepasang kekasih di dunia maya ini berniat menikah. Mereka lantas membuat janji untuk bertemu di sebuah tempat. Namun saat mereka berdua bertemu, mereka terkejut dan terkesima. Bukannya apa-apa, tapi ternyata “wanita selingkuhan” di internet ini adalah istrinya sendiri. Kontan saja mereka berdua saling menuduh bahwa ia pasangan yang tidak setia. Rencana perkawinanpun batal dan sebaliknya mereka berdua sepakat untuk cerai karena satu sama lain tidak setia!
Kesetiaan memang menjadi barang langka bagi peradaban dunia modern ini. Begitu mudahnya seorang suami berselingkuh dengan wanita lain, sementara itu si istri juga tidak mau kalah dan segera mencari pria idaman lain (PIL). Ujung-ujungnya pun sudah bisa ditebak, mereka memutuskan untuk cerai. Yang menyedihkan, hal yang seperti ini tidak hanya terjadi di kalangan orang yang tidak kenal Tuhan, sebaliknya banyak orang Kristen juga bercerai karena tidak ada lagi kesetiaan.
Semua ketidaksetiaan ini biasanya dipicu oleh pendapat umum yang berkata bahwa rumput tetangga memang selalu terlihat lebih hijau dibandingkan dengan rumput di halaman kita sendiri. Terjebak dengan pandangan yang seperti ini membuat satu sama lain mengorbankan kesetiaan demi mendapatkan sesuatu yang lebih “hijau”, padahal kenyataannya tidak seperti itu.
Perbedaan pendapat memang kerap kali terjadi dan kekurangan-kekurangan pasangan kita memang akan semakin terlihat, tetapi itu bukan berarti melegalkan ketidaksetiaan kita. Justru di saat kita melihat ada kekurangan dan kelemahan di sana sini, tugas kitalah untuk menutup dan menjadi pelengkap baginya. Andaikata setiap orang punya pandangan seperti ini, tentu ketidaksetiaan dan perselingkuhan bisa ditekan sampai titik nol!
Tidak ada yang melegalkan ketidaksetiaan, termasuk kekurangan dan kelemahan pasangan kita
============================================
Teruslah Mengetuk
Ketika Kolonel Harland Sanders pensiun pada usia 65, ia tidak memiliki uang banyak untuk dirinya sendiri, kecuali mobil van tua, sebuah pensiun bulanan senile $ 105, dan resep masakan daging ayam.
Mengetahui bahwa ia tidak bisa hidup layak di usia pensiun dengan penghasilan segitu, ia mengambil resep ayam di tangan, duduk di belakang kemudi dari mobil van-nya, dan berangkat untuk membuat kekayaannya. Rencana pertamanya adalah untuk menjual resep ayam untuk pemilik restoran, yang pada gilirannya akan memberinya sisa untuk setiap potong ayam mereka jual - 5 sen per ayam. Kunjungan Restoran pertama yang ia tawari menolaknya.
Begitu pula yang kedua.
Begitu pula yang ketiga.
Bahkan, sampai yang ke 1008 . kunjungan Colonel Sanders berakhir dengan penolakan. Namun, ia terus melakukan penawaran ke pemilik rumah makan. Saat ia melakukan perjalanan melintasi Amerika Serikat, ia tidur di mobil untuk menghemat uang. Baru pada penawaran ke 1009 memberinya jawaban pertama "ya."
Setelah berjalan dua tahun , telah tercatat penjualan total di lima restoran. Kolonel masih terus berjuang, ia tahu bahwa ia mempunyai resep besar ayam goreng dan bahwa suatu hari nanti ide itu akan sukses.
Tentu saja, Anda tahu bagaimana akhir cerita. Gagasan tersebut sukses. Pada 1963, Kolonel memiliki 600 restoran di seluruh negeri yang menjual resep rahasia Kentucky Fried Chicken (dengan 11 bumbu dan rempah-rempah).
Pada tahun 1964 royalti resepnya dibeli oleh gubernur Kentucky John Brown. Meskipun penjualan resep ayam goring membuatnya multi-jutawan, ia telap melanjutkan untuk mewakili dan mempromosikan KFC sampai kematiannya pada tahun 1990.
Kisah Colonel Sanders mengajarkan pelajaran penting: yaitu tidak pernah terlalu terlambat untuk memutuskan dan tidak pernah menyerah.
Sebelumnya dalam hidupnya Kolonel terlibat dalam usaha-usaha bisnis lainnya - tapi semua gagal. Dia pernah punya usaha pompa bensin di usia30-an, sebuah usaha restoran di usia 40-an, dan dia gagal pada kedua usahanya. Namun Pada usia 65 tahun, Harland Sanders memutuskan resep ayamnya yang merupakan ide yang gemilang, dan ia menolak untuk menyerah, bahkan dalam penolakan berulang-ulang.
Dia tahu bahwa jika ia terus mengetuk pintu, akhirnya seseorang akan berkata "ya." Ini adalah bagaimana Tuhan telah memerintahkan dalam kehidupan. Dia berkata, "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu." , "Mintalah - tidak hanya sekali, tetapi sebanyak-banyaknya. Teruslah mengetok mengetuk sampai pintu dibuka."
Jika Anda saat ini bekerja dengan setengah hati dalam menjalankan Takdir Tuhan dalam hidup Anda ...dan jika Anda memiliki sifat terlalu mudah menyerah di masa lalu ...
ingat:
Tidak pernah terlalu terlambat untuk gigih berjuang. Tidak pernah terlalu terlambat memutuskan jangan pernah menyerah. Terus mengetuk. Terus bertanya. Teruslah mencari.
============================================
YA TUHANKU, KENAPA ENGKAU
TIDAK MENOLONGKU?
Ada seorang laki - laki yang tinggal di dekat sebuah
sungai. Bulan - bulan musim penghujan sudah
dimulai.
Hampir tidak ada hari tanpa hujan baik hujan rintik-rintik
maupun hujan lebat.
Pada suatu hari terjadi bencana di daerah tersebut. Karena hujan
turun deras agak berkepanjangan, permukaan sungai semakin
lama semakin naik, dan akhirnya terjadilah banjir.
Saat itu banjir sudah sampai ketinggian lutut orang dewasa.
Daerah tersebut pelan-pelan mulai terisolir. Orang - orang sudah
banyak yang mulai mengungsi dari daerah tersebut, takut kalau
permukaan air semakin tinggi.
Lain dengan orang-orang yang sudah mulai ribut mengungsi,
lelaki tersebut tampak tenang tinggal di rumah. Akhirnya
datanglah truk penyelamat berhenti di depan rumah lelaki
tersebut.
“Pak, cepat masuk ikut truk ini, nggak lama lagi banjir semakin
tinggi”, teriak salah satu regu penolong ke lelaki tersebut.
Si lelaki menjawab: “Tidak, terima kasih, anda terus saja
menolong yang lain. Saya pasti akan diselamatkan Tuhan. Saya
ini kan sangat rajin berdoa.”
Setelah beberapa kali membujuk tidak berhasil, akhirnya truk
tersebut melanjutkan perjalanan untuk menolong yang lain.
Permukaan air semakin tinggi. Ketinggian mulai mencapai 1.5
meter. Lelaki tersebut masih di rumah, duduk di atas almari.
Datanglah regu penolong dengan membawa perahu karet dan
berhenti di depan rumah lelaki tersebut.
“Pak, cepat kesini, naik perahu ini. Keadaan semakin tidak
terkendali. Kemungkinan air akan semakin meninggi.
Lagi-lagi laki-laki tersebut berkata: “ Terima kasih, tidak usah
menolong saya, saya orang yang beriman, saya yakin Tuhan akan
selamatkan saya dari keadaan ini.
Perahu dan regu penolongpun pergi tanpa dapat membawa
lelaki tersebut.
Perkiraan banjir semakin besar ternyata menjadi kenyatan.
Ketinggian air sudah sedemikian tinggi sehingga air sudah
hampir menenggelamkan rumah-rumah disitu. Lelaki itu
nampak di atas wuwungan rumahnya sambil terus berdoa.
Datanglah sebuah helikopter dan regu penolong. Regu
penolong melihat ada seorang laki-laki duduk di wuwungan
rumahnya. Mereka melempar tangga tali dari pesawat. Dari atas
terdengar suara dari megaphone: “ Pak, cepat pegang tali itu
dan naiklah kesini. “, tetapi lagi-lagi laki-laki tersebut menjawab
dengan berteriak: “Terima kasih, tapi anda tidak usah menolong
saya. Saya orang yang beriman dan rajin berdoa. Tuhan pasti
akan menyelamatkan saya”.
Ketinggian banjir semakin lama semakin naik, dan akhirnya
seluruh rumah di daerah tersebut sudah terendam seluruhnya.
Bagaimana nasib lelaki tersebut?
Lelaki tersebut akhirnya mati tenggelam.
Di akhirat dia dihadapkan pada Tuhan. Lelaki ini kemudian mulai
berbicara bernada protes: “Ya Tuhan, aku selalu berdoa padamu,
selalu ingat padamu, tapi kenapa aku tidak engkau selamatkan
dari banjir itu?”
Tuhan menjawab dengan singkat: “Aku selalu mendengar doa-doamu,
untuk itulah aku telah mengirimkan truk, kemudian
perahu dan terakhir pesawat helikopter. Tetapi kenapa kamu
tidak ikut salah satupun?
...............
Sebuah cerita menarik. Demikian juga dalam kehidupan kita,
kita bekerja dan selalu melakukan doa kepada Allah s.w.t. Dan
Allah sudah sering mengirimkan “truk”, “perahu”, dan “pesawat”
kepada kita, tapi kita tidak menyadarinya.
============================================
MAMPUKAH KITA MENCINTAI
TANPA SYARAT?
Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia
yang sudah senja bahkan sudah mendekati malam,
Pak Suyatno 58 tahun kesehariannya diisi dengan
merawat istrinya yang sakit istrinya juga sudah tua. mereka
menikah sudah lebih 32 tahun Mereka dikarunia 4 orang anak
di sinilah awal cobaan menerpa, setelah istrinya melahirkan anak
ke empat tiba-tiba kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan
itu terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ketiga seluruh
tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang
lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.
Setiap hari Pak Suyatno memandikan, membersihkan kotoran,
menyuapi, dan mengangkat istrinya ke atas tempat tidur.
Sebelum berangkat kerja dia letakkan istrinya didepan TV
supaya istrinya tidak merasa kesepian.
Walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu melihat istrinya
tersenyum, untunglah tempat usaha Pak Suyatno tidak begitu
jauh dari rumahnya sehingga siang hari dia pulang untuk
menyuapi istrinya makan siang. Sorenya dia pulang
memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib
dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apaapa
saja yang dia alami seharian.
Walaupun istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa
menanggapi, Pak Suyatno sudah cukup senang bahkan dia
selalu menggoda istrinya setiap berangkat tidur.
Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun,
dengan sabar dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan
ke empat buah hati mereka, sekarang anak-anak mereka sudah
dewasa tinggal si bungsu yg masih kuliah.
Pada suatu hari ke empat anak Suyatno berkumpul dirumah
orang tua mereka sambil menjenguk ibunya. Karena setelah
anak mereka menikah sudah tinggal dengan keluarga masingmasing
dan Pak Suyatno memutuskan ibu mereka dia yg
merawat, yang dia inginkan hanya satu semua anaknya berhasil.
Dengan kalimat yg cukup hati-hati anak yg sulung berkata “Pak
kami ingin sekali merawat ibu , semenjak kami kecil melihat
bapak merawat ibu tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari
bibir bapak.........bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu” .
Dengan air mata berlinang anak itu melanjutkan kata-katanya”
sudah yg keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah
lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak
menikmati masa tua bapak dengan berkorban seperti ini kami
sudah tidak tega melihat bapak, kami janji kami akan merawat
ibu sebaik-baik secara bergantian”.
Pak Suyatno menjawab hal yg sama sekali tidak diduga anak2
mereka.
“Anak-anakku ......... Jikalau perkawinan dan hidup didunia ini
hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah......tapi
ketahuilah dengan adanya ibu kalian disampingku itu sudah
lebih dari cukup, dia telah melahirkan kalian…sejenak
kerongkongannya tersekat,... kalian yg selalu kurindukan hadir
didunia ini dengan penuh cinta yg tidak satupun dapat
menghargai dengan apapun. coba kalian tanya ibumu apakah
dia menginginkan keadaanya seperti ini.
Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa
bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya sekarang,
kalian menginginkan bapak yg masih diberi Tuhan kesehatan
dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yg masih
sakit.”
Sejenak meledaklah tangis anak-anak Pak Suyatno. Merekapun
melihat butiran2 kecil jatuh dipelupuk mata Ibu Suyatno..
dengan pilu ditatapnya mata suami yg sangat dicintainya itu.
Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun
TV swasta untuk menjadi nara sumber dan merekapun
mengajukan pertanyaan kepada Suyatno
kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yg
sudah tidak bisa apa-apa.
disaat itulah meledak tangis beliau dengan tamu yg hadir di
studio. kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup
menahan haru
disitulah pak Suyatno bercerita;
***Jika manusia didunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam
perkawinannya, tetapi tidak mau memberi ( memberi waktu,
tenaga, pikiran, perhatian ) adalah kesia-siaan.
Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan
sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai
saya dengan hati dan batinnya bukan dengan mata, dan dia
memberi saya 4 orang anak yg lucu-lucu. Sekarang dia sakit
karena berkorban untuk cinta kita bersama…dan itu merupakan
ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk
mencintainya apa adanya, sehatpun belum tentu saya mencari
penggantinya apalagi dia sakit ***
============================================
SUMPAH SUCI ORANG SUCI
Seorang suci sedang bermeditasi di bawah sebuah
pohon pada pertemuan dua jalan. Meditasinya
terganggu seorang pemuda yang berlari dengan
panik ke arah jalan yang menuju dirinya.
“Tolonglah saya,” pemuda itu memohon. “Ada orang yang salah
menuduh, dikiranya saya mencuri. Ia mengejar saya bersama
banyak orang. Kalau mereka sampai menangkap saya, kedua
tangan saya akan dipotong.”
Pemuda itu kemudian memanjat pohon yang digunakan
pendeta itu untuk bermeditasi dan cepat bersembunyi di antara
dahan-dahannya, “ Tolong jangan katakan kepada mereka
dimana saya bersembunyi,” kata pemuda itu memelas. Pendeta
suci itu melihat dengan mata hatinya, bahwa si pemuda
memang tidak bersalah dan telah berkata sesungguhnya.
Beberapa menit kemudian datanglah sekelompok orang desa
dan pemimpinnya bertanya, “Bapak melihat pemuda yang
berlari ke arah sini?”
Berpuluh tahun sebelumnya pendeta itu pernah bersumpah
untuk selalu berkata jujur, jadi ia mengatakan telah melihat
pemuda itu.
“Kemana perginya?” kata si Kepala Desa itu tak sabar.
Pendeta itu sebenarnya tidak ingin mengkhianati pemuda,
namun sumpahnya telah menakutkannya. Ditunjuknya pohon
di atasnya. Penduduk desa beramai-ramai menyeret si pemuda
keluar dari sela-sela dahan dan memotong kedua tangannya.
Ketika pendeta itu mati, dia dibawa ke Mahkamah Agung Surga.
Ia dikutuk karena sikapnya terhadap pemuda tidak berdosa itu.
Tetapi, si pendeta protes, “saya telah bersumpah suci saya akan
selalu berkata jujur.”
Pengadilan itu berkata, “Namun hari itu kamu lebih mencintai
kebanggaan dari kebajikan. Bukan demi kebajikan kamu
menyerahkan pemuda itu kepada penuntutnya, namun kamu
semata-mata mempertahankan citra kosong tentang dirimu
sendiri sebagai orang ‘suci’.
Kebajikan manusia yang terbatas kerap memandu pemahaman
menjadi kekuatan yang memaksa kita untuk berbuat jahat...”
============================================
AYAM DAN BEBEK
Sepasang pengantin baru tengah berjalan
bergandengan tangan di sebuah Taman pada suatu
malam musim panas yang indah, seusai makan malam.
Mereka sedang menikmati kebersamaan yang menakjubkan
tatkala mereka Mendengar suara di kejauhan: “Kuek! Kuek!”
“Dengar,” kata si istri, “Itu pasti suara ayam.”
“Bukan, bukan. Itu suara bebek,” kata si suami.
“Nggak, aku yakin itu ayam,” si istri bersikeras.
“Mustahil. Suara ayam itu ‘kukuruyuuuk!’, bebek itu ‘kuek! Kuek!’
Itu bebek, Sayang,” kata si suami dengan disertai gejala-gejala
awal Kejengkelan.
“Kuek! Kuek!” terdengar lagi.
“Nah, tuh! Itu suara bebek,” kata si suami.
“Bukan, Sayang. Itu ayam. Aku yakin betul,” tandas si istri, sembari
Menghentakkan kaki.
“Dengar ya! Itu a... DA... Lah... Be... Bek, B-E-B-E-K. Bebek!
Mengerti?” si suami berkata dengan gusar. “Tapi itu ayam,” masih
saja si istri bersikeras.
“Itu jelas-jelas bue... Bek, kamu... Kamu....”
Terdengar lagi suara, “Kuek! Kuek!” sebelum si suami
mengatakan sesuatu Yang sebaiknya tak dikatakannya. Si istri
sudah hampir menangis, “Tapi itu ayam....”
Si suami melihat air Mata yang mengambang di pelupuk Mata
istrinya, Dan Akhirnya.... Wajahnya melembut Dan katanya
dengan mesra, “Maafkan aku, Sayang. Kurasa kamu benar. Itu
memang suara ayam kok.”
“Terima kasih, Sayang,” kata si istri sambil menggenggam
tangan Suaminya.
“Kuek! Kuek!” terdengar lagi suara di hutan, mengiringi mereka
berjalan Bersama dalam cinta.
…………..
Maksud dari cerita bahwa si suami akhirnya sadar adalah: siapa
sih yang Peduli itu ayam atau bebek? Yang lebih penting adalah
keharmonisan Mereka, yang membuat mereka dapat
menikmati kebersamaan pada malam yang Indah itu.
Berapa banyak pernikahan yang hancur hanya gara-gara
persoalan sepele?
Berapa banyak perceraian terjadi karena hal-hal “ayam atau
bebek”?
Ketika Kita memahami cerita tersebut, Kita akan ingat apa yang
menjadi Prioritas Kita. Pernikahan jauh lebih penting ketimbang
mencari siapa yang benar tentang apakah itu ayam atau bebek.
Lagi pula, betapa sering Kita merasa yakin, amat sangat mantap,
mutlak bahwa Kita benar, namun belakangan ternyata Kita salah?
Lho, siapa tahu? Mungkin saja itu adalah ayam yang direkayasa
genetik sehingga bersuara seperti bebek!
..............
============================================
TIGA PERTANYAAN
Ada seorang pemuda yang mencari seorang guru
agama, pemuka agama atau siapapun yang bisa
menjawab tiga pertanyaannya. Akhirnya sang
pemuda itu menemukan seorang bijaksana.
Pemuda (P) : Anda siapa? Bisakah menjawab pertanyaan-pertanyaan
saya?
Bijaksana (B) : Saya hamba Allah dan dengan izin-Nya saya akan
menjawab pertanyaan anda.
P : Anda yakin? Sedang profesor dan banyak orang pintar saja
tidak mampu menjawab pertanyaan saya.
B : Saya akan mencoba sejauh kemampuan saya.
P : Saya punya tiga buah pertanyaan.
1. Kalau memang Tuhan itu ada, tunjukkan wujud Tuhan kepada
saya.
2. Apakah yang dinamakan takdir?
3. Kalau setan diciptakan dari api kenapa dimasukkan ke neraka
yang terbuat dari api, tentu tidak menyakitkan buat setan,
sebab mereka memiliki unsur yang sama. Apakah Tuhan tidak
pernah berfikir sejauh itu?
Tiba-tiba sang orang bijaksana tersebut menampar pipi si
pemuda dengan keras.
P (sambil menahan sakit) : Kenapa anda marah kepada saya?
B : Saya tidak marah… Tamparan itu adalah jawaban saya atas
tiga buah pertanyaan yang Anda ajukan.
P : Saya sungguh-sungguh tidak mengerti.
B : Bagaimana rasanya tamparan saya?
P : Tentu saja saya merasa sakit.
B : Jadi anda percaya bahwa sakit itu ada?
P : Ya.
B : Tunjukkan pada saya wujud sakit itu!
P : Saya tidak bisa.
B : Itulah jawaban pertanyaan pertama. Kita semua merasakan
keberadaan Tuhan tanpa mampu melihat wujudNya
B : Apakah tadi malam Anda bermimpi akan ditampar oleh saya?
P : Tidak.
B : Apakah pernah terpikir oleh Anda akan menerima sebuah
tamparan dari saya hari ini?
P : Tidak.
B : Itulah yang dinamakan Takdir.
B : Terbuat dari apa tangan yang saya gunakan untuk menampar
anda?
P : Kulit.
B : Terbuat dari apa pipi anda?
P : Kulit.
B : Bagaimana rasanya tamparan saya?
P : Sakit
B : Walaupun setan dan neraka sama terbuat dari api, neraka
tetap menjadi tempat menyakitkan untuk setan.
============================================
TOKO SUAMI
Sebuah toko yang menjual suami baru saja dibuka di
kota New York dimana wanita dapat memilih suami.
Diantara instruksi-instruksi yang ada di pintu masuk
terdapat instruksi yang menunjukkan bagaimana aturan main
untuk masuk toko tersebut. “Kamu hanya dapat mengunjungi
toko ini SATU KALI” Toko tersebut terdiri dari 6 lantai dimana
setiap lantai akan menunjukkan sebuah calon kelompok suami.
Semakin tinggi lantainya, semakin tinggi pula nilai lelaki
tersebut. Bagaimanapun, ini adalah semacam jebakan. Kamu
dapat memilih lelaki di lantai tertentu atau lebih memilih ke
lantai berikutnya tetapi dengan syarat tidak bisa turun ke lantai
sebelumnya kecuali untuk keluar dari toko... Lalu, seorang wanita
pun pergi ke toko “suami” tersebut untuk mencari suami..
Di lantai 1 terdapat tulisan seperti ini : Lantai 1: Lelaki di lantai
ini memiliki pekerjaan dan taat pada Tuhan
Wanita itu tersenyum, kemudian dia naik ke lantai selanjutnya.
Di lantai 2 terdapat tulisan seperti ini: Lantai 2: Lelaki di lantai
ini memiliki pekerjaan, taat pada Tuhan, dan senang anak kecil
Kembali wanita itu naik ke lantai selanjutnya.
Di lantai 3 terdapat tulisan seperti ini : Lantai 3: Lelaki di lantai
ini memiliki pekerjaan, taat pada Tuhan, senang anak kecil dan
cakep banget.
“Wow”, tetapi pikirannya masih penasaran dan terus naik.
Lalu sampailah wanita itu di lantai 4 dan terdapat tulisan
Lantai 4 : Lelaki di lantai ini yang memiliki pekerjaan, taat pada
Tuhan, senang anak kecil, cakep banget dan suka membantu
pekerjaan rumah.
“Ya ampun !” Dia berseru, “Aku hampir tak percaya”
Dan dia tetap melanjutkan ke lantai 5 dan terdapat tulisan
seperti ini:
Lantai 5 : Lelaki di lantai ini memiliki pekerjaan, taat pada Tuhan,
senang anak kecil, cakep banget, suka membantu pekerjaan
rumah, dan memiliki rasa romantis.
Dia tergoda untuk berhenti tapi kemudian dia melangkah
kembali ke lantai 6 dan terdapat tulisan seperti ini:
Lantai 6 : Anda adalah pengunjung yang ke 4.363.012. Tidak
ada lelaki di lantai ini. Lantai ini hanya semata-mata bukti untuk
wanita yang tidak pernah puas.
Terima kasih telah berbelanja di toko “Suami”. Hati-hati ketika
keluar toko dan semoga hari yang indah buat anda.
====================================================================
PILIHAN SULIT
Silahkan pilih orang yang terpenting dalam sepanjang
hidupmu.
Disaat menuju jam-jam istirahat kelas, dosen
mengatakan pada mahasiswa dan mahasiswinya:
“Mari kita buat satu permainan, mohon bantu saya sebentar.”
Kemudian salah satu mahasiswi berjalan menuju pelataran
papan tulis.
DOSEN: Silahkan tulis 20 nama yang paling dekat dengan anda,
pada papan tulis.
Dalam sekejap sudah di tuliskan semuanya oleh mahasiswi
tersebut. Ada nama tetangganya, teman kantornya, orang
terkasih dan lain-lain.
DOSEN: Sekarang silahkan coret satu nama diantaranya yang
menurut anda paling tidak penting !
Mahasiswi itu lalu mencoret satu nama, nama tetangganya.
DOSEN: Silahkan coret satu lagi!
Kemudian mahasiswi itu mencoret satu nama teman kantornya
lagi.
DOSEN: Silahkan coret satu lagi !
Mahasiswi itu mencoret lagi satu nama dari papan tulis dan
seterusnya.
Sampai pada akhirnya di atas papan tulis hanya tersisa tiga
nama, yaitu nama orang tuanya, suaminya dan nama anaknya.
Dalam kelas tiba-tiba terasa begitu sunyi tanpa suara, semua
Mahasiswa dan mahasiswi tertuju memandang ke arah dosen,
dalam pikiran mereka (para mahasiswa atau mahasiswi) mengira
sudah selesai tidak ada lagi yang harus dipilih oleh mahasiswi
itu.
Tiba-tiba dosen memecahkan keheningan dengan berkata,
“Silahkan coret satu lagi!”
Dengan pelahan-lahan mahasiswi itu melakukan suatu pilihan
yang amat sangat sulit. Dia kemudian mengambil kapur tulis,
mencoret nama orang tuanya.
DOSEN: Silahkan coret satu lagi!
Hatinya menjadi binggung. Kemudian ia mengangkat kapur
tulis tinggi-tinggi. Lambat laun menetapkan dan mencoret
nama anaknya. Dalam sekejap waktu, terdengar suara isak
tangis, sepertinya sangat sedih.
Setelah suasana tenang, Dosen lalu bertanya, “Orang terkasihmu
bukannya Orang tuamu dan Anakmu? Orang tua yang
membesarkan anda, anak adalah anda yang melahirkan, sedang
suami itu bisa dicari lagi. Tapi mengapa anda berbalik lebih
memilih suami sebagai orang yang paling sulit untuk
dipisahkan?
Semua teman sekelas mengarah padanya, menunggu apa yang
akan di jawabnya.
Setelah agak tenang, kemudian pelahan-lahan ia berkata,
“Sesuai waktu yang berlalu, orang tua akan pergi dan
meninggalkan saya, sedang anak jika sudah besar setelah itu
menikah bisa meninggalkan saya juga, yang benar-benar bisa
menemani saya dalam hidup ini hanyalah suami saya.”
SEBENARNYA, KEHIDUPAN BAGAIKAN BAWANG BOMBAI, JIKA
DIKUPAS SESIUNG DEMI SESIUNG, ADA KALANYA KITA DAPAT
DIBUAT MENANGIS
=================================================================
ANGKA 0 DAN ANGKA 1
Cobalah sebutkan angka terbesar yang kita ketahui, dan
kalikanlah dengan angka Nol, kita akan mendapatkan
hasil selalu Nol.
Cobalah sebutkan angka terkecil yang kita ketahui, dan bagilah
dengan angka Nol, kita akan mendapatkan hasil tidak terhingga.
Sedang angka 1, berapapun angka yang kita sebutkan, dibagi
ataupun dikali hasilnya selalu sama dengan bilangan itu sendiri.
Angka Nol adalah representasi dari KEIKHLASAN. KEIKHLASAN
selalu membawa/ membuahkan KEBERKAHAN.
Angka Satu adalah representasi kebalikan dari KEIKHLASAN. Dan
KETIDAK IKHLASAN tidak pernah membawa keberkahan.
Manusia dengan kehidupannya, pada awalnya dan masa kanakkanaknya
berada pada posisi angka Nol. Semakin dewasa,
dengan segala pengalaman hidupnya dia akan bergerak naik
turun ke arah 1 atau ke arah 0.
Orang yang mengikuti hawa nafsunya, akan semakin mendekati
ke angka 1. Pada saat mencapai angka 1, dia akan menuhankan
dirinya. Dia akan merasa bahwa dunia sudah digenggamnya
dan itu atas usaha dan jerih payahnya. Tampak sekali
kesombongan selalu muncul dari tingkah lakunya.
Orang yang mampu mengendalikan hawa nafsunya, dia akan
bergerak ke arah Nol, menuju ke fitrahnya kembali. Orang
seperti ini selalu rendah hati (bukan rendah diri), selalu tawadlu,
berserah diri dan bertawakal, baik pada saat diberi kelebihan
maupun kekurangan.
Dari sisi rizki, orang yang berada pada angka 1, apabila misalnya
mendapatkan rizki Rp. 1.000.000,-, maka itulah uang yang
diperolehnya, tidak lebih dan tidak kurang. Nilai keberkahannya
adalah 1 juta rupiah dibagi 1 sama dengan 1 juta rupiah.
Orang yang berada pada angka 0, apabila misalnya
mendapatkan rizki Rp. 1.000.000,-, maka nilai keberkahannya
adalah tak terhingga. Berapapun rizki yang diperoleh, dia
mendapatkan rizki yang berkah tidak terhingga. Orang dengan
angka Nol ini derajat keikhlasannya sudah tertinggi, sehingga
berapapun yang diperoleh, selalu dapat mencukupi dirinya,
bahkan mampu menolong orang lain.
Orang dengan angka 0 hanya terdapat pada para Nabi.
Semakin ikhlas seseorang, semakin mendekat ke arah 0.
Misalnya 0.2, maka nilai keberkahannya adalah 1 Juta dibagi 0.2
= Rp 5.000.000,-
Sebaliknya, pada saat orang mendapatkan halangan dan
cobaan. Orang-orang yang ikhlas, yang memiliki angka 0,
berapapun bilangan halangan dan cobaannya, dikalikan dengan
0 akan sama dengan 0. Dia tidak pernah merasakan beban
apapun terhadap halangan dan cobaan yang menimpanya.
Sedangkan pada orang yang berbilangan 1, dia akan merasakan
sakit, stress dan bahkan sakit jiwa atau berputus asa, karena dia
selalu merasakan gejolak jiwa sesuai dengan besar dan kecilnya
cobaan.
Itulah keikhlasan yang terkait dengan keberkahan. Keikhlasan
adalah dari hati, dan hanya hati kita sendiri dan Allah saja yang
mengetahui.
Maka, seorang penjual es keliling yang menyumbangkan Rp
2.000,- ke kotak Masjid secara ikhlas, sangat jauh nilainya di
depan Allah dibanding dengan seorang Jutawan yang
menyumbangkan uang Rp 1 Juta ke kotak Masjid karena niat
yang lain.
Untuk itu, setiap manusia perlu mengupayakan kembali atau
mengarah ke titik Nol. Maka akan diperoleh ketenangan dan
kecukupan yang telah dijanjikan Allah.
=================================================
Bosan....!!
Bosan ?Seorang tua yang bijak ditanya oleh tamunya.
Tamu :"Sebenarnya apa itu perasaan 'bosan', pak tua?"
Pak Tua :
"Bosan adalah keadaan dimana pikiran menginginkan perubahan, mendambakan sesuatu yang baru, dan menginginkan berhentinya rutinitas hidup dan keadaan yang monoton dari waktu ke waktu."
Tamu :"Kenapa kita merasa bosan?"
Pak Tua :"Karena kita tidak pernah merasa puas dengan apa yang kita miliki."
Tamu :"Bagaimana menghilangkan kebosanan?"
Pak Tua : "Hanya ada satu cara, nikmatilah kebosanan itu, maka kita pun akan terbebas darinya."
Tamu :"Bagaimana mungkin bisa menikmati kebosanan?"
Pak Tua:"Bertanyalah pada dirimu sendiri: mengapa kamu tidak pernah bosan makan nasi yang sama rasanya setiap hari?"
Tamu :"Karena kita makan nasi dengan lauk dan sayur yang berbeda, Pak Tua."
Pak Tua :"Benar sekali, anakku, tambahkan sesuatu yang baru dalam rutinitasmu maka kebosanan pun akan hilang."
Tamu: "Bagaimana menambahkan hal baru dalam rutinitas?"
Pak Tua :
"Ubahlah caramu melakukan rutinitas itu. Kalau biasanya menulis sambil duduk, cobalah menulis sambil jongkok atau berbaring. Kalau biasanya membaca di kursi, cobalah membaca sambil berjalan-jalan atau meloncat-loncat. Kalau biasanya menelpon dengan tangan kanan, cobalah dengan tangan kiri atau dengan kaki kalau bisa. Dan seterusnya."
Lalu Tamu itu pun pergi.
Beberapa hari kemudian Tamu itu mengunjungi Pak Tua lagi.
Tamu :"Pak tua, saya sudah melakukan apa yang Anda sarankan, kenapa saya masih merasa bosan juga?"
Pak Tua :"Coba lakukan sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan."
Tamu :"Contohnya? "
Pak Tua :"Mainkan permainan yang paling kamu senangi di waktu kecil dulu."
Lalu Tamu itu pun pergi.
Beberapa minggu kemudian, Tamu itu datang lagi ke rumah Pak Tua.
Tamu :
"Pak tua, saya melakukan apa yang Anda sarankan. Di setiap waktu senggang saya bermain sepuas-puasnya semua permainan anak-anak yang saya senangi dulu. Dan keajaibanpun terjadi. Sampai sekarang saya tidak pernah merasa bosan lagi, meskipun di saat saya melakukan hal-hal yang dulu pernah saya anggap membosankan. Kenapa bisa demikian, Pak Tua?"
Sambil tersenyum Pak Tua berkata:
"Karena segala sesuatu sebenarnya berasal dari pikiranmu sendiri, anakku. Kebosanan itu pun berasal dari pikiranmu yang berpikir tentang kebosanan. Saya menyuruhmu bermain seperti anak kecil agar pikiranmu menjadi ceria. Sekarang kamu tidak merasa bosan lagi karena pikiranmu tentang keceriaan berhasil mengalahkan pikiranmu tentang kebosanan. Segala sesuatu berasal dari pikiran. Berpikir bosan menyebabkan kau bosan. Berpikir ceria menjadikan kamu ceria."
============================================
Tempayan Retak
Seorang tukang air memiliki dua tempayan besar. Masing-masing bergantung pada kedua ujung sebuah pikulan, yang dibawa menyilang pada bahunya. Satu dari tempayan itu retak. Sedangkan tempayan yang satunya lagi tidak.
Jika tempayan yang tidak retak itu selalu dapat membawa air penuh setelah perjalanan panjang dari mata air ke rumah majikannya, tempayan yg retak itu hanya dapat membawa air setengah penuh.
Selama dua tahun, hal ini terjadi setiap hari. Si tukang air hanya dapat membawa satu setengah tempayan air ke rumah majikannya. Tentu saja si tempayan yang tidak retak merasa bangga akan prestasinya, karena dapat menunaikan tugasnya dengan sempurna. Namun si tempayan retak yang malang itu merasa malu sekali akan ketidak-sempurnaannya, dan merasa sedih sebab ia hanya dapat memberikan setengah dari porsi yang seharusnya dapat diberikannnya.
Setelah dua tahun tertekan oleh kegagalan pahit ini, tempayan retak itu berkata kepada si tukang air, "Saya sungguh malu pada diri saya sendiri, dan saya ingin mohon maaf kepadamu."
"Kenapa?" tanya si tukang air. "Kenapa kamu merasa malu?"
"Saya hanya mampu, selama dua tahun ini, membawa setengah porsi air dari yang seharusnya dapat saya bawa karena adanya retakan pada sisi saya telah membuat air yang saya bawa bocor sepanjang jalan menuju rumah majikan kita. Karena cacadku itu, saya telah membuatmu rugi." kata tempayan itu.
Si tukang air merasa kasihan pada si tempayan retak. Dan dalam belas kasihannya, ia berkata, "Jika kita kembali ke rumah majikan besok, aku ingin kamu memperhatikan bunga-bunga indah di sepanjang jalan."
Benar, ketika mereka naik ke bukit, si tempayan retak memperhatikan. Dan baru menyadari bahwa ada bunga-bunga indah di sepanjang sisi jalan. Dan itu membuatnya sedikit terhibur.
Namun pada akhir perjalanan, ia kembali sedih karena separuh air yang dibawanya telah bocor, dan kembali tempayan retak itu meminta maaf pada si tukang air atas kegagalannya.
Si tukang air berkata kepada tempayan itu, "Apakah kamu memperhatikan adanya bunga-bunga di sepanjang jalan si sisimu, tapi tidak ada bunga di sepanjang jalan di sisi tempayan yang lain yang tidak retak itu. Itu karena aku selalu menyadari akan cacadmu, dan aku memanfaatkannya. Aku telah menanam benih-benih bunga di sepanjang jalan di sisimu. Dan setiap hari jika kita berjalan pulang dari mata air, kamu mengairi benih-benih itu. Selama dua tahun ini aku telah dapat memetik bunga-bunga indah itu untuk menghias meja majikan kita. Tanpa kamu sebagaimana kamu ada, majikan kita tak akan dapat menghias rumahnya seindah sekarang."
PESAN MORAL :
Setiap dari kita memiliki cacad dan kekurangan kita sendiri.
Kita semua adalah tempayan retak.
Namun jika kita mau, Tuhan akan menggunakan kekurangan kita untuk menghias-Nya.
Di mata Tuhan yang bijaksana, tak ada yang terbuang percuma.
Jangan takut akan kekuranganmu.
Kenalilah kelemahanmu dan kamu pun dapat menjadi sarana keindahan Tuhan.
Ketahuilah, di dalam kelemahan kita, kita menemukan kekuatan kita.
===================================================================
Segitiga Cinta
Artikel ini bagus banget untuk jadi bahan renungan setiap orang....
Apa pun status Anda saat ini.... menikah, cerai, belum menikah, ingin menikah, pacaran menuju pernikahan, dalam perselingkuhan, dan apa pun itu deh....
Segitiga Cinta
Ada banyak alasan orang untuk menikah. Ada yang bilang bahwa pasangannya enak diajak bicara. Ada yang bilang pasangannya sangat perhatian. Ada yang bilang merasa aman dekat dengan pasangannya. Ada yang bilang pasangannya macho atau sexy. Ada yang bilang pasangannya pandai melucu. Ada yang bilang pasangannya pandai memasak. Ada yang bilang pasangannya pandai menyenangkan orang tua. Pendek kata kebanyakan orang bilang dia COCOK dengan pasangannya.
Ada banyak alasan pula untuk bercerai. Ada yang bilang pasangannya judes, bila diajak bicara cenderung emosional. Ada yang bilang pasangannya sangat memperhatikan pekerjaannya saja, lupa kepada orang-orang di rumah yang setia menunggu. Ada yang bilang pasangannya sangat pendiam, tidak dapat bertindak cepat dalam situasi darurat, sehingga merasa kurang terlindungi.
Ada yang bilang pasangannya kurang menggairahkan.
Ada yang bilang pasangannya gak nyambung kalau bicara. Ada yang bilang masakan pasangannya terlalu asing atau terlalu manis. Ada yang bilang pasangannya tidak dapat mengambil hati mertuanya. Pendek kata kebanyakan orang bilang bahwa dia TIDAK COCOK LAGI dengan pasangannya.
Kebanyakan orang sebetulnya menikah dalam ketidakcocokan. Bukan dalam kecocokan. Dr. Paul Gunadi menyebut kecocokan-kecocokan diatas sebagai sebuah ilusi pernikahan. Dua orang yang pada waktu pacaran merasa cocok tidak akan serta merta berubah menjadi tidak cocok setelah mereka menikah.
Ada hal-hal yang hilang setelah mereka menikah, yang sebelumnya mereka pertahankan benar-benar selama pacaran. Sebagai contoh, pada waktu pacaran dua sejoli akan saling memperhatikan, saling mendahulukan satu dengan yang lain, saling menghargai, saling mencintai. Lalu apa yang dapat menjadi pengikat yang mampu terus mempertahankan sebuah pernikahan, bila kecocokan-kecocokan itu tidak ada lagi? Jawabannya adalah KOMITMEN.
Seorang kawan saya di Surabaya membuat sebuah penelitian, perilaku selingkuh kaum adam pada waktu mereka dinas luar kota dan jauh dari anak /isterinya. Apa yang membuat pria-pria tersebut selingkuh tidak perlu dijabarkan lagi. Tetapi apa yang membuat pria-pria tersebut bertahan untuk tidak selingkuh? Jawaban dari penelitian tersebut sama dengan diatas yaitu : KOMITMEN.
Hanya komitmen yang kuat mampu menahan gelombang godaan dunia modern pada waktu seorang pria berada jauh dari keluarganya.
Begitu pula sebaliknya, pada kasus wanita yang berselingkuh.
Komitmen adalah sebagian dari cinta dalam definisi seorang psikolog kenamaan bernama Sternberg. Dia menyebutnya sebagai "triangular love" atau segitiga cinta dimana ketiga sudutnya berisi : Intimacy (keintiman), Passion (gairah) dan Commitment (komitmen). Sebuah cinta yang lengkap dalam sebuah rumah tangga selayaknya memiliki ketiga hal diatas.
Intimacy atau keintiman adalah perasaan dekat, enak, nyaman, ada ikatan satu dengan yang lainnya.
Passion atau gairah adalah perasaan romantis, ketertarikan secara fisik dan seksual dan berbagai macam perasaan hangat antar pasangan.
Commitment atau komitmen adalah sebuat keputusan final bahwa seseorang akan mencintai pasangannya dan akan terus memelihara cinta tersebut "until death do us apart".
Itulah segitiga cinta karya Sternberg yang cukup masuk akal untuk dipelihara dalam kehidupan rumah tangga. Bila sebuah relasi kehilangan salah satu atau lebih dari 3 unsur diatas, maka relasi itu tidak dapat dikatakan sebagai cinta yang lengkap dalam konteks hubungan suami dan isteri, melainkan akan menjadi bentuk-bentuk cinta yang berbeda.
Sebagai contoh :
Bila sebuah relasi hanya berisi intimacy dan commitment saja, maka relasi seperti ini biasa disebut sebagai persahabatan.
Bila sebuah relasi hanya bersisi passion dan intimacy saja tanpa commitment, maka ia biasa disebut sebagai kumpul kebo.
Bila sebuah relasi hanya mengandung passion saja tanpa intimacy dan commitment, maka ia biasa disebut sebagai infatuation (tergila-gila) .
Nah, bagaimana bentuk cinta anda... ???
============================================
Cinta : sebuah karya dari khalil gibran
kenapa kita menutup mata ketika kita tidur?
ketika kita menangis?
ketika kita membayangkan?
itu karena hal terindah di dunia tdk terlihat
ketika kita menemukan seseorang yang
keunikannya sejalan dengan kita, kita bergabung
dengannya dan jatuh ke dalam suatu keanehan
serupa yang dinamakan cinta.
Ada hal2 yang tidak ingin kita lepaskan,
seseorang yang tidak ingin kita tinggalkan,
tapi melepaskan bukan akhir dari dunia,
melainkan suatu awal kehidupan baru,
kebahagiaan ada untuk mereka yang tersakiti,
mereka yang telah dan tengah mencari dan
mereka yang telah mencoba.
karena merekalah yang bisa menghargai betapa
pentingnya orang yang telah menyentuh kehidupan
mereka.
Cinta yang sebenarnya adalah ketika kamu
menitikan air mata dan masih peduli terhadapnya,
adalah ketika dia tidak memperdulikanmu dan
kamu masih menunggunya dengan setia.
Adalah ketika di mulai mencintai orang lain dan
kamu masih bisa tersenyum dan berkata
” aku turut berbahagia untukmu ”
Apabila cinta tidak bertemu bebaskan dirimu,
biarkan hatimu kembalike alam bebas lagi.
kau mungkin menyadari, bahwa kamu menemukan
cinta dan kehilangannya, tapi ketika cinta itu mati
kamu tidak perlu mati bersama cinta itu.
Orang yang bahagia bukanlah mereka yang selalu
mendapatkan keinginannya, melainkan mereka
yang tetap bangkit ketika mereka jatuh, entah
bagaimana dalam perjalanan kehidupan.
kamu belajar lebih banyak tentang dirimu sendiri
dan menyadari bahwa penyesalan tidak
seharusnya ada, cintamu akan tetap di hatinya
sebagai penghargaan abadi atas pilihan2 hidup
yang telah kau buat.
Teman sejati, mengerti ketika kamu berkata ” aku
lupa ….”
menunggu selamanya ketika kamu berkata ”
tunggu sebentar ”
tetap tinggal ketika kamu berkata ” tinggalkan aku
sendiri ”
mebuka pintu meski kamu belum mengetuk dan
belum berkata ” bolehkah saya masuk ? ”
mencintai juga bukanlah bagaimana kamu
melupakan dia bila ia berbuat kesalahan,
melainkan bagaimana kamu memaafkan.
Bukanlah bagaimana kamu mendengarkan,
melainkan bagaimana kamu mengerti.
bukanlah apa yang kamu lihat, melainkan apa
yang kamu rasa,
bukanlah bagaimana kamu melepaskan melainkan
bagaimana kamu bertahan.
Mungkin akan tiba saatnya di mana kamu harus
berhenti mencintai seseorang, bukan karena orang
itu berhenti mencintai kita melainkan karena kita
menyadari bahwa orang iu akan lebih berbahagia
apabila kita melepaskannya.
kadangkala, orang yang paling mencintaimu adalah
orang yang tak pernah menyatakan cinta
kepadamu, karena takut kau berpaling dan
memberi jarak, dan bila suatu saat pergi, kau akan
menyadari bahwa dia adalah cinta yang tak kau
sadari
kenapa kita menutup mata ketika kita tidur?
ketika kita menangis?
ketika kita membayangkan?
itu karena hal terindah di dunia tdk terlihat
ketika kita menemukan seseorang yang
keunikannya sejalan dengan kita, kita bergabung
dengannya dan jatuh ke dalam suatu keanehan
serupa yang dinamakan cinta.
Ada hal2 yang tidak ingin kita lepaskan,
seseorang yang tidak ingin kita tinggalkan,
tapi melepaskan bukan akhir dari dunia,
melainkan suatu awal kehidupan baru,
kebahagiaan ada untuk mereka yang tersakiti,
mereka yang telah dan tengah mencari dan
mereka yang telah mencoba.
karena merekalah yang bisa menghargai betapa
pentingnya orang yang telah menyentuh kehidupan
mereka.
Cinta yang sebenarnya adalah ketika kamu
menitikan air mata dan masih peduli terhadapnya,
adalah ketika dia tidak memperdulikanmu dan
kamu masih menunggunya dengan setia.
Adalah ketika di mulai mencintai orang lain dan
kamu masih bisa tersenyum dan berkata
” aku turut berbahagia untukmu ”
Apabila cinta tidak bertemu bebaskan dirimu,
biarkan hatimu kembalike alam bebas lagi.
kau mungkin menyadari, bahwa kamu menemukan
cinta dan kehilangannya, tapi ketika cinta itu mati
kamu tidak perlu mati bersama cinta itu.
Orang yang bahagia bukanlah mereka yang selalu
mendapatkan keinginannya, melainkan mereka
yang tetap bangkit ketika mereka jatuh, entah
bagaimana dalam perjalanan kehidupan.
kamu belajar lebih banyak tentang dirimu sendiri
dan menyadari bahwa penyesalan tidak
seharusnya ada, cintamu akan tetap di hatinya
sebagai penghargaan abadi atas pilihan2 hidup
yang telah kau buat.
Teman sejati, mengerti ketika kamu berkata ” aku
lupa ….”
menunggu selamanya ketika kamu berkata ”
tunggu sebentar ”
tetap tinggal ketika kamu berkata ” tinggalkan aku
sendiri ”
mebuka pintu meski kamu belum mengetuk dan
belum berkata ” bolehkah saya masuk ? ”
mencintai juga bukanlah bagaimana kamu
melupakan dia bila ia berbuat kesalahan,
melainkan bagaimana kamu memaafkan.
Bukanlah bagaimana kamu mendengarkan,
melainkan bagaimana kamu mengerti.
bukanlah apa yang kamu lihat, melainkan apa
yang kamu rasa,
bukanlah bagaimana kamu melepaskan melainkan
bagaimana kamu bertahan.
Mungkin akan tiba saatnya di mana kamu harus
berhenti mencintai seseorang, bukan karena orang
itu berhenti mencintai kita melainkan karena kita
menyadari bahwa orang iu akan lebih berbahagia
apabila kita melepaskannya.
kadangkala, orang yang paling mencintaimu adalah
orang yang tak pernah menyatakan cinta
kepadamu, karena takut kau berpaling dan
memberi jarak, dan bila suatu saat pergi, kau akan
menyadari bahwa dia adalah cinta yang tak kau
sadari